Kapal perusak Jepang Fubuki (1927)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Fubuki
Sejarah
Kekaisaran Jepang
Nama Fubuki
Asal nama Kapal perusak Jepang Fubuki (1905)
Pembangun Arsenal Angkatan Laut Maizuru
Nomor galangan Perusak No. 35
Pasang lunas 19 Juni 1926
Diluncurkan 15 November 1927
Mulai berlayar 10 Agustus 1928
Dipensiunkan 15 November 1942
Dicoret 15 November 1942
Identifikasi Nomor lambung: 20
Nasib Tenggelam dalam Pertempuran Tanjung Esperance pada 11 Oktober 1942
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis Kapal perusak kelas-Fubuki
Berat benaman
Panjang
  • 111,96 m (367,3 ft) (perpendikuler)
  • 115,3 m (378 ft) (garis air)
  • 118,41 m (388,5 ft) (keseluruhan)
  • Lebar 10,4 m (34 ft 1 in)
    Sarat air 3,2 m (10 ft 6 in)
    Tenaga 50.000 ihp (37.000 kW)
    Pendorong
    Kecepatan 38 knot (44 mph; 70 km/h)
    Jangkauan 5.000 nmi (9.300 km) pada 14 knot (26 km/h)
    Awak kapal 219 orang
    Senjata
    Catatan dinas
    Kode identifikasi: Penanda lambung: キブフ
    Operasi:

    Fubuki (吹雪, "Badai Salju")[1] adalah kapal pemimpin dari dua puluh empat kapal perusak kelas-Fubuki, yang dibangun untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di tengah Perang Dunia I. ketika pertama kali beroperasi, kapal dari kelas dialah yang diakui sebagai kapal perusak terkuat di dunia.[2] Mereka bertugas sebagai kapal perusak garis depan selama 1930-an, dan memiliki sistem senjata yang tergolong tetap tangguh bahkan sampai Perang Pasifik. Fubuki adalah veteran dari banyak pertempuran di awal masa perang, dan dia tenggelam di Ironbottom Sound ketika berpartisipasi dalam Pertempuran Tanjung Esperance pada Perang Dunia II.

    Latar belakang[sunting | sunting sumber]

    Walaupun saat itu Jepang berada di dalam batasan Traktat Angkatan Laut Washington, kapal perusak tipe khusus kelas Fubuki inilah yang akan mengejutkan seluruh dunia, dengan melampaui batasan-batasan definisi klasik kapal perusak itu sendiri.

    Walaupun dengan perjanjian yang membuat program militer "Armada 88" terhenti itu, situasi dimana angkatan laut Jepang membutuhkan kapal-kapal yang bisa melawan armada musuh kapan saja tetap tidak berubah.

    Kebutuhan yang disyaratkan oleh para petinggi militer Jepang pada saat itu adalah antara lain:

    • Meningkatkan kepantasan dan kemampuan berlayar di tengah laut lepas.
    • Persenjataan torpedo yang bisa digunakan secara lebih ofensif.
    • Kemampuan untuk menangkis armada kapal perusak musuh. Kemampuan untuk bertarung seimbang dengan kapal penjelajah ringan di tengah-tengah armada kapal perusak musuh. Dan lagi, mempunyai kekuatan tembak lebih tinggi dibandingkan kapal perusak musuh yang terbaru sekali pun.

    Untuk memenuhi tuntutan itu, spesifikasi ini mulai dibuat:

    • Untuk mendapatkan kecepatan yang dibutuhkan, meriam laras ganda diameter 12.7cm ditempatkan bersama-sama dengan tiga laras tabung torpedo rangkap tiga berdiameter 61cm (total 9 torpedo).
    • Anjungan kapal dibuat tertutup (anjungan kapal perusak generasi sebelumnya hanya menggunakan atap kanvas).
    • Haluan kapal diperbesar dan dibuat menggunakan bahan Duralumin. Namun, karena gampang terkena korosi oleh air laut, diganti menjadi pelat besi.
    • Untuk meningkatkan kepantasan ditinggali selama ekspedisi jangka panjang, lorong kamar untuk para awak kapal dilengkapi dengan kompor kapur, pemanas uap, dan kulkas.
    • Harus dilengkapi dengan turbin penjelajah.
    • Untuk memperkuat armor dan kemampuan penjelajahan, lambung kapal dibangun mulai dari haluan hingga buritan kapal.

    Spesifikasi dasar yang sepertinya terlalu muluk-muluk ini sangat berbeda dengan konsep ideal desainer kapal yang konvensional. Yang membuat Fubuki bisa lahir adalah hasil dari persyaratan yang dikemukakan oleh para petinggi militer dan para desainer modern yang berfokus pada inovasi untuk mewujudkannya. Kelahirannya sekaligus membuat kapal-kapal perusak generasi lama seperti kapal perusak kelas-Mutsukimenjadi kuno dan ketinggalan zaman.

    Masa dinas[sunting | sunting sumber]

    Selama penyerangan ke Pearl Harbor, Fubuki ditempatkan dalam Divisi Perusak ke-11 dari Skuadron Perusak ke-3 sebagai bagian dari Armada Pertama. Ia mengawal kapal penjelajah berat Kumano dan Suzuya bersama dengan kapal perusak Sigiri untuk membantu operasi militer dari Indochina Prancis (sekarang adalah Vietnam, Laos, Kamboja, dan Tiongkok bagian selatan) sampai ke Borneo Britania (sekarang Malaysia Timur dan Kalimantan Utara) kemudian ke Kuching.[3] Sagiri ditenggelamkan oleh kapal selam Belanda HNLMS K XVI dekat Kuching pada 24 Desember 1941.[4]

    Ia juga terlibat dalam Invasi Malaya dimana dia membantu untuk misi penyelamatan kapal transportasi Akita Maru yang ditorpedo oleh kapal selam Belanda O-19.[4] Pada 26-27 Januari 1942, Fubuki berpartisipasi dalam Pertempuran Endau (perairan di sebelah utara Palembang, Sumatera) dimana dia berhasil menenggelamkan kapal perusak Inggris, Thanet, bersama-sama dengan Sendai.[5]

    Dia juga membantu dalam Invasi Sumatra, dengan menyerang kapal pengiriman senjata dari pihak Sekutu yang kabur dari Singapura. Ia berhasil menangkap tujuh di antaranya. Fubuki juga hadir dalam Pertempuran Selat Sunda setelahnya. Di sana Fubuki dituduh melakukan friendly fire yang menenggelamkan empat kapal transportasi suplai Jepang dan sebuah kapal penyapu ranjau. Tetapi investigasi lebih jauh membuktikan bahwa kapal penjelajah berat Mogami yang bertanggung jawab atas insiden itu.

    Fubuki membantu operasi militer Jepang semakin jauh ke Asia Selatan, dimana dia juga hadir di front belakang Operasi Samudera Hindia dimana dia ditugaskan untuk mengawal pulang beberapa kapal perang dari Port Blair di Pulau Andaman.

    Dia juga terlibat dalam Pertempuran Midway, dimana dia ditugaskan untuk memberikan perlindungan anti pesawat tempur dari Amerika. Sayangnya, ia gagal melindungi para Kido Butai yang terdiri dari Akagi, Kaga, Souryuu, dan Hiryuu yang karam di pertempuran tersebut. Setelah itu, tugasnya menjadi terfokus sebagai kapal patroli anti kapal selam dan kapal pengawal beberapa kapal perang besar dari Jepang ke beberapa pangkalan militer di Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.

    Pertengahan 1942, Fubuki dikirim ke Kepulauan Solomon, dimana dia ditugaskan dalam beberapa misi penting seperti Tokyo Ekspres, Pengeboman Lapangan Udara Henderson (namun Ryuujo dan Mutsuki tenggelam di misi ini) dan memberikan perlindungan kepada beberapa kapal transportasi. Ia juga memberikan tembakan pendukung pada Pertempuran Punggung Bukit Edson.[6] Dan lagi-lagi, mengawal 5 kapal transportasi personil militer. Dengan demikian, hampir sebagian besar kariernya di Perang Dunia II dihabiskan menjadi kapal pengawal misi penting.

    Nasib[sunting | sunting sumber]

    Pertarungan terakhirnya adalah di Pertempuran Tanjung Esperance, dimana dia dan Hatsuyuki (yang salah diidentifikasikan sebagai Murakumo) ditugaskan untuk menjadi tameng bagi kapal penjelajah berat Aoba, Kinugasa dan Furataka yang ditugaskan untuk menyerbu Lapangan Udara Henderson.

    Pada saat itu adalah pertempuran malam. Armada Jepang salah mengidentifikasi kedatangan armada Amerika sebagai armada teman, disebabkan oleh radar yang tidak efektif pada saat itu. Kapal penjelajah berat USS San Francisco dan USS Boise adalah yang pertama menemukan Fubuki dan menembakkan beberapa peluru meriamnya ke arahnya. Kemudian disusul oleh ketujuh kapal yang lainnya, praktis membuat Fubuki terluka parah akibat dikepung oleh 9 kapal Amerika. Pengorbanannya membuat Kinugasa dan Hatsuyuki berhasil melarikan diri. 109 dari kru kapal Fubuki diselamatkan oleh kapal perusak Amerika USS McCalla dan 2 kapal penyapu ranjau Amerika: USS Hovey dan USS Trever. Namun, kapten Fubuki, Letnan Komandan Shizuo Yamashita terbunuh dalam tugas.[7]

    Fubuki resmi tenggelam pada 11 Oktober 1942, dan dihapus dari daftar angkatan laut Jepang pada 15 November 1942.[8] Kini dia beristirahat dengan tenang di kuburan para kapal perang terbesar di dunia, Ironbottom Sound.

    Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

    1. ^ Nelson. Japanese-English Character Dictionary. hal. 246
    2. ^ Globalsecurity.org. "IJN Fubuki class destroyers". 
    3. ^ L, Klemen (1999–2000). "The Invasion of British Borneo in 1942". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-01. 
    4. ^ a b L, Klemen (1999–2000). "The Dutch Submarine Operations in the Dutch East Indies 1941-1942". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 2018-09-17. 
    5. ^ Brown. Warship Losses of World War Two
    6. ^ Kilpatrick. Naval Night Battles of the Solomons.
    7. ^ D’Albas. Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II.
    8. ^ Nishidah, Hiroshi (2002). "Fubuki class 1st class destroyers". Materials of the Imperial Japanese Navy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-11. Diakses tanggal 2017-10-19. 

    Referensi[sunting | sunting sumber]

    • D'Albas, Andrieu (1965). Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II. Devin-Adair Pub. ISBN 0-8159-5302-X. 
    • Brown, David (1990). Warship Losses of World War Two. Naval Institute Press. ISBN 1-55750-914-X. 
    • Dull, Paul S. (1978). A Battle History of the Imperial Japanese Navy, 1941-1945. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-097-1. 
    • Howarth, Stephen (1983). The Fighting Ships of the Rising Sun: The Drama of the Imperial Japanese Navy, 1895–1945. Atheneum. ISBN 0-689-11402-8. 
    • Jentsura, Hansgeorg (1976). Warships of the Imperial Japanese Navy, 1869–1945. US Naval Institute Press. ISBN 0-87021-893-X. 
    • Kilpatrick, C. W. (1987). Naval Night Battles of the Solomons. Exposition Press. ISBN 0-682-40333-4. 
    • Nelson, Andrew N. (1967). Japanese–English Character Dictionary. Tuttle. ISBN 0-8048-0408-7. 
    • Watts, Anthony J (1967). Japanese Warships of World War II. Doubleday. ASIN B000KEV3J8. 
    • Whitley, M J (2000). Destroyers of World War Two: An International Encyclopedia. London: Arms and Armour Press. ISBN 1-85409-521-8. 

    Pranala luar[sunting | sunting sumber]