Kapal Borobudur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Apero Fublic (bicara | kontrib)
k banyak idealisme fanatis kesukuan, subjektif
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Borobudur ship.JPG|jmpl|ka|260px|Ukiran kapal pada relief Borobudur.]]
[[Berkas:Borobudur ship.JPG|jmpl|ka|260px|Ukiran kapal pada relief Borobudur.]]


'''Kapal Borobudur''' adalah kapal layar ber[[cadik]] ganda terbuat dari kayu yang berasal dari abad ke-8 dan ke-9 di [[Nusantara]] yang digambarkan dalam beberapa relief [[Borobudur]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].<ref>{{cite web|url=http://voices.nationalgeographic.com/2015/09/25/the-borobudur-temple-ship-bringing-a-memory-back-to-life/|title=The Borobudur Temple Ship: Bringing a Memory Back to Life|author=Naʻalehu Anthony|date=September 25, 2015|work=National Geographic|accessdate=3 November 2015}}</ref> Kapal ini adalah kapal [[suku Jawa]], kapal turunan yang seukurannya masih bertahan dalam perdagangan pesisir Jawa Timur setidaknya sampai tahun 1940-an.{{sfn|Hornell|1946|p=216}}
'''Kapal Borobudur''' adalah kapal layar ber[[cadik]] ganda terbuat dari kayu yang berasal dari abad ke-1 Masehi di [[Nusantara]] yang digambarkan dalam beberapa relief [[Borobudur]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].<ref>{{cite web|url=http://voices.nationalgeographic.com/2015/09/25/the-borobudur-temple-ship-bringing-a-memory-back-to-life/|title=The Borobudur Temple Ship: Bringing a Memory Back to Life|author=Naʻalehu Anthony|date=September 25, 2015|work=National Geographic|accessdate=3 November 2015}}</ref> Candi borobudur merupakan salah satu candi buddha yang dibangun oleh Kedatuan Sriwijaya semasa berkuasanya zuriat Dapunta Hyang di Jawa Tengah dikenal dengan Dinasti Saylendra. Kapal ini adalah kapal asli nusantara, kapal turunan yang seukurannya masih bertahan dalam perdagangan pesisir Jawa Timur setidaknya sampai tahun 1940-an.{{sfn|Hornell|1946|p=216}}


== Karakteristik ==
== Karakteristik ==
Karakteristik kapal-kapal yang terdapat dalam candi Borobudur antara lain: Memiliki cadik yang tidak sepanjang lambungnya, memiliki tiang ''bipod'' (kaki dua) atau ''tripod'' (kaki tiga) dengan layar persegi miring ([[layar tanja]]), memiliki tiang cucur dengan layar cucur, memiliki galeri pendayung (tempat orang duduk atau berdiri mendayung), memiliki rumah atas, memiliki ''oculi'' (ukiran mata), dan kemudi samping. Beberapa kapal digambarkan dengan dayung, berjumlah setidaknya 6, 8, atau 9, dan beberapa yang lain tidak memilikinya.{{sfn|Inglis|2014|p=108-116}}
Karakteristik kapal-kapal yang terdapat dalam candi Borobudur antara lain: Memiliki cadik yang tidak sepanjang lambungnya, memiliki tiang ''bipod'' (kaki dua) atau ''tripod'' (kaki tiga) dengan layar persegi miring ([[layar tanja]]), memiliki tiang cucur dengan layar cucur, memiliki galeri pendayung (tempat orang duduk atau berdiri mendayung), memiliki rumah atas, memiliki ''oculi'' (ukiran mata), dan kemudi samping. Beberapa kapal digambarkan dengan dayung, berjumlah setidaknya 6, 8, atau 9, dan beberapa yang lain tidak memilikinya.{{sfn|Inglis|2014|p=108-116}}


== Kesalahpahaman umum ==
== Pemahaman Umum ==
Ada beberapa kesalahpahaman umum tentang kapal Borobudur:
Ada beberapa Pemahaman umum tentang kapal Borobudur:


# '''Kapal pada candi Borobudur Kapal Asli Nusantara'''. Salah satu ciri kapal nusantara bercadik dan berkembang menjadi lebih modern dan tidak bercadik. Kapal bercadik dan berkayu merupakan kapal kuno nusantara yang dikembangkan bersama-sama oleh nenek moyang Indonesia dari setiap tempat.
# '''Kapal yang digambarkan pada candi Borobudur adalah kapal India'''. Pendapat ini didukung oleh sarjana India dan Belanda yang menghubung-hubungkan pengaruh India pada kerajaan Nusantara ("Indianisasi"), sehingga kapal yang digambarkan di candi itu pastilah berasal dari India. Ini juga berasal dari anggapan bahwa kapal Jawa lebih inferior dari kapal India.{{sfn|Inglis|2014|p=96-97}}{{sfn|Van Erp|1923|p=10}} Argumen ini telah dibantah, orang Jawa sudah menjadi navigator berpengalaman dan membangun kapal besar, sejak milenium pertama Masehi (lihat ''[[K'un-lun po|kolandiaphonta]]'').<ref>{{Cite book|last=Dames|first=Mansel Longworth|year=1921|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.47303/page/n233/mode/2up?q=|title=The Book Of Duarte Barbosa Vol. II|location=London|publisher=Printed for the Hakluyt Society}}</ref>{{rp|193}}<ref name=":2">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1993|title=Trading Ships of the South China Sea. Shipbuilding Techniques and Their Role in the History of the Development of Asian Trade Networks|journal=Journal of the Economic and Social History of the Orient|pages=253–280}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Dick-Read|first=Robert|date=July 2006|title=Indonesia and Africa: questioning the origins of some of Africa's most famous icons|journal=The Journal for Transdisciplinary Research in Southern Africa|volume=2|issue=1|pages=23–45|doi=10.4102/td.v2i1.307|doi-access=free}}</ref>{{Rp|28-29}} Karakteristiknya justru mengindikasikan asal Indonesia, antara lain: Adanya cadik, penggunaan layar miring dengan pekaki, penggunaan tiang ''bipod'' dan ''tripod'', dan galeri pendayung.{{sfn|Inglis|2014|p=116}}
# '''Kapal itu adalah kapal Sriwijaya atau kapal suku Melayu'''. Sebenarnya, tidak ada sama sekali bukti yang mendukung pernyataan ini. Catatan epigrafi [[Sriwijaya]] jarang sekali mencatat jenis kendaraan air, jenis perahu Melayu yang tercatat adalah ''samvau'' (bahasa Melayu modern: [[Sampan]]) pada [[prasasti Kedukan Bukit]] (683 M). Kendaraan air lainnya yang tercatat adalah ''[[lancang]]'', dari 2 prasasti di pesisir Bali berbahasa Bali kuno utara berangka tahun 896 dan 923 M.<ref name=":1">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. Dalam G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (hlm. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|149-150}} Sedangkan kapal Borobudur hanya terdapat di candi Borobudur, yang merupakan peninggalan Jawa, bukan Sumatra atau Melayu.<ref name=":122">Kumar, Ann (2012). 'Dominion Over Palm and Pine: Early Indonesia’s Maritime Reach', dalam Geoff Wade (ed.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies), 101–122.</ref>{{rp|109-110}}{{sfn|Inglis|2014|p=98-101}}
# '''Kapal di Borobudur Digunakan Kedatuan Sriwijaya'''. Bukti kapal ini sebagai kapal Sriwijaya adalah sudah banyak ditemukannya data arkeologi dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, disimpan di Musium Sriwijaya di Kota Palembang. Catatan epigrafi [[Sriwijaya]] jarang sekali mencatat jenis kendaraan air, jenis perahu Melayu yang tercatat adalah ''samvau'' (bahasa Melayu modern: [[Sampan]]) pada [[prasasti Kedukan Bukit]] (683 M). Kendaraan air lainnya yang tercatat adalah ''[[lancang]]'', dari 2 prasasti di pesisir Bali berbahasa Bali kuno utara berangka tahun 896 dan 923 M.<ref name=":1">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. Dalam G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (hlm. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|149-150}} Penyerbuan Dapunta Hyang ke Pulau Jawa menggunakan kapal ini. Kerajaan Jawa runtuh pertama adalah kerajaan di Jawab Barat Tarumanagara dan terus menaklukkan Jawa Tengah, bukti kekuasaan Sriwijaya di Jawa Tengah salah satunya adalah Prasasti Sojometro.<ref name=":122">Kumar, Ann (2012). 'Dominion Over Palm and Pine: Early Indonesia’s Maritime Reach', dalam Geoff Wade (ed.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies), 101–122.</ref>{{rp|109-110}}{{sfn|Inglis|2014|p=98-101}}
# '''Kapal Borobudur adalah kapal Majapahit'''. Faktanya, catatan kontemporer mengenai kapal utama Majapahit menyebut [[Jong (kapal)|jong]], [[malangbang]], dan [[kelulus]],<ref name=":12">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=978-602-9346-00-8}}</ref>{{rp|290-291}} yang semuanya tidak memiliki cadik.<ref name=":12" />{{Rp|266–267}}<ref name=":0" />
# '''Kapala Masa Abad 15 Masehi mengembangkan Kapal Masa Lalu di Nusantara'''. Nama kapal laut diantaranya, [[Jong (kapal)|jong]],[[malangbang]], dan [[kelulus]],<ref name=":12">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=978-602-9346-00-8}}</ref>{{rp|290-291}} yang semuanya tidak memiliki cadik.<ref name=":12" />{{Rp|266–267}}<ref name=":0" />


== Penggambaran ==
== Penggambaran ==

Revisi per 21 Desember 2023 08.56

Ukiran kapal pada relief Borobudur.

Kapal Borobudur adalah kapal layar bercadik ganda terbuat dari kayu yang berasal dari abad ke-1 Masehi di Nusantara yang digambarkan dalam beberapa relief Borobudur, Jawa Tengah, Indonesia.[1] Candi borobudur merupakan salah satu candi buddha yang dibangun oleh Kedatuan Sriwijaya semasa berkuasanya zuriat Dapunta Hyang di Jawa Tengah dikenal dengan Dinasti Saylendra. Kapal ini adalah kapal asli nusantara, kapal turunan yang seukurannya masih bertahan dalam perdagangan pesisir Jawa Timur setidaknya sampai tahun 1940-an.[2]

Karakteristik

Karakteristik kapal-kapal yang terdapat dalam candi Borobudur antara lain: Memiliki cadik yang tidak sepanjang lambungnya, memiliki tiang bipod (kaki dua) atau tripod (kaki tiga) dengan layar persegi miring (layar tanja), memiliki tiang cucur dengan layar cucur, memiliki galeri pendayung (tempat orang duduk atau berdiri mendayung), memiliki rumah atas, memiliki oculi (ukiran mata), dan kemudi samping. Beberapa kapal digambarkan dengan dayung, berjumlah setidaknya 6, 8, atau 9, dan beberapa yang lain tidak memilikinya.[3]

Pemahaman Umum

Ada beberapa Pemahaman umum tentang kapal Borobudur:

  1. Kapal pada candi Borobudur Kapal Asli Nusantara. Salah satu ciri kapal nusantara bercadik dan berkembang menjadi lebih modern dan tidak bercadik. Kapal bercadik dan berkayu merupakan kapal kuno nusantara yang dikembangkan bersama-sama oleh nenek moyang Indonesia dari setiap tempat.
  2. Kapal di Borobudur Digunakan Kedatuan Sriwijaya. Bukti kapal ini sebagai kapal Sriwijaya adalah sudah banyak ditemukannya data arkeologi dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, disimpan di Musium Sriwijaya di Kota Palembang. Catatan epigrafi Sriwijaya jarang sekali mencatat jenis kendaraan air, jenis perahu Melayu yang tercatat adalah samvau (bahasa Melayu modern: Sampan) pada prasasti Kedukan Bukit (683 M). Kendaraan air lainnya yang tercatat adalah lancang, dari 2 prasasti di pesisir Bali berbahasa Bali kuno utara berangka tahun 896 dan 923 M.[4]:149-150 Penyerbuan Dapunta Hyang ke Pulau Jawa menggunakan kapal ini. Kerajaan Jawa runtuh pertama adalah kerajaan di Jawab Barat Tarumanagara dan terus menaklukkan Jawa Tengah, bukti kekuasaan Sriwijaya di Jawa Tengah salah satunya adalah Prasasti Sojometro.[5]:109-110[6]
  3. Kapala Masa Abad 15 Masehi mengembangkan Kapal Masa Lalu di Nusantara. Nama kapal laut diantaranya, jong,malangbang, dan kelulus,[7]:290-291 yang semuanya tidak memiliki cadik.[7]:266–267[8]

Penggambaran

Penggambaran dari 5 kapal bercadik di relief candi Borobudur (dari total 7 kapal) pada buku Conradus Leemans Boro-Boedoer (1873). Perhatikan bahwa bentuk kapalnya berbeda-beda.[9]

Replika

  • Replika paling awal dari kapal ini dibuat di Filipina pada tahun 1985, dibuat berdasarkan struktur perahu Pontian. Ia dinamakan Sarimanok (burung kecil yang beruntung), digunakan untuk berlayar ke Jawa dan Madagaskar.[10]
  • Replika yang paling tidak terkenal bernama Damar Sagara, selesai pada 1992.[11]:286–287, 317
  • Replika yang paling terkenal, Samudra Raksa, ada di museum Samudra Raksa, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, dibuat tahun 2003. Ia dilayarkan ke Seychelles, Madagaskar, Afrika Selatan, dan Ghana antara Agustus 2003 sampai Februari 2004.[12]
  • Satu replika ada pada Marine March di Resorts World Sentosa, Singapura.[13]
  • Relief Borobudur juga menjadi dasar pembangunan kapal "Spirit of Majapahit", sebuah replika kapal Majapahit. Replika ini mendapat kecaman dari sejarawan, karena kapal yang digunakan Majapahit adalah jong sedangkan kapal relief Borobudur merupakan kapal dari era yang lebih awal.[8]
  • Sebuah replika dari kapal Borobudur ditampilkan pada upacara pembukaan Asian Games 2018 pada 18 Agustus 2018 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.[14]

Di media

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Naʻalehu Anthony (September 25, 2015). "The Borobudur Temple Ship: Bringing a Memory Back to Life". National Geographic. Diakses tanggal 3 November 2015. 
  2. ^ Hornell 1946, hlm. 216.
  3. ^ Inglis 2014, hlm. 108-116.
  4. ^ Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. Dalam G. Wade & L. Tana (Eds.), Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past (hlm. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.
  5. ^ Kumar, Ann (2012). 'Dominion Over Palm and Pine: Early Indonesia’s Maritime Reach', dalam Geoff Wade (ed.), Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies), 101–122.
  6. ^ Inglis 2014, hlm. 98-101.
  7. ^ a b Nugroho, Irawan Djoko (2011). Majapahit Peradaban Maritim. Suluh Nuswantara Bakti. ISBN 978-602-9346-00-8. 
  8. ^ a b Nugroho, Irawan Djoko. "Replika Kapal Majapahit, Replika Untuk Menghancurkan Sejarah Bangsa – Nusantara Review". Nusantara Review. Diakses tanggal 2020-04-30. 
  9. ^ Haddon, A.C. (1920). The Outriggers of Indonesian Canoes. London, Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland. 
  10. ^ Dennison, Richard (produser) (1985). Flight of the Sarimanok (Motion picture). Philippines: Orana Films. 
  11. ^ Liebner, Horst Hubertus (2014). The Siren of Cirebon: A Tenth-Century Trading Vessel Lost in the Java Sea (Tesis). The University of Leeds. 
  12. ^ Beale 2006, hlm. 22.
  13. ^ "I ship it! Historic Ship Harbour at RWS". S.E.A. Aquarium at Resorts World Sentosa (dalam bahasa Inggris). 2014-06-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-02. Diakses tanggal 2018-07-29. 
  14. ^ Pak Dosen (2018-08-18), Opening Ceremony Asian Games 2018 - Jakarta Palembang, 9:14, diakses tanggal 2018-08-26 

Bacaan lanjutan

  • Beale, Philip (2006), "From Indonesia to Africa: Borobudur Ship Expedition", ZIFF Journal, 3: 17–24 
  • Hornell, James (1946), Water transport: Origins and early Evolution, Cambridge: Cambridge University Press 
  • Inglis, Douglas Andrew (2014), The Borobudur Vessels in Context, Texas A&M University 
  • Pareanom, Yusi Avianto (2005), Cinnamon Route, The Samudraraksa Borobudur Expedition, Yogyakarta: PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko, Ministry of Culture and Tourism of Republic of Indonesia, Lontar Foundation, ISBN 979-8083-58-X 
  • Van Erp, Theodoor (1923), Voorstellingen van vaartuigen op de reliefs van den Boroboedoer, ’S-Gravenhage: Ādi-Poestaka 

Pranala luar