Iskandar Muhammad Djabir Sjah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Iskandar Muhammad Djabir Syah
Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah
Sultan Ternate ke-47
Berkuasa19291975
PendahuluMuhammad Usman Sjah
PenerusMudaffar Sjah
Informasi pribadi
Kelahiran(1902-03-04)4 Maret 1902
Kesultanan Ternate Ternate, Kesultanan Ternate
Kematian4 Juli 1975(1975-07-04) (umur 73)
Indonesia Jakarta, Indonesia
WangsaTernate
AyahMuhammad Usman Sjah
IbuBoki Mihir
PasanganBoki Mariam
Anak
AgamaIslam

Iskandar Muhammad Djabir Syah (4 Maret 1902 – 4 Juli 1975) adalah seorang sultan dari Kesultanan Ternate. Dia adalah sultan Ternate ke-47.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Sultan Iskandar dari Ternate (kiri) dan Willem Hoven, Direktur Binnenlands Bestuur pada Konferensi Malino di timur laut Makassar

Iskandar Muhammad Djabir Sjah (19021975) adalah Sultan Ternate ke-46. Sultan sangat membenci penjajahan. Hal ini tidak lepas dari pengalaman hidupnya. Ayahnya ditangkap dan dibuang oleh Belanda. Djabir dan saudara-saudaranya juga dibawa ke Batavia dan dididik menurut cara-cara Belanda. Tetapi di sana Djabir justru makin mengenal politik dan menjadi simpatisan Jong Islamieten Bond.

Pada tanggal 2 September 1929, Djabir dinobatkan sebagai Sultan Ternate. Usaha Belanda untuk menjadikan sultan sebagai “boneka”gagal, karena Sultan tidak mau tunduk. Ketika Jepang masuk, Sultan “rela” diungsikan Sekutu ke Australia melalui Operation Opossum. Tetapi pikiran dan hati Sultan tetap pada rakyatnya, sehingga Sultan rela bolak-balik Australia Ternate untuk kepentingan rakyatnya.

Salim Adjidjoedin, Kepala Desa Weda di Halmahera; Sultan Iskandar dari Ternate; Chassan Boesoiri sebagai delegasi Indonesia Timur sebagai peserta Konferensi Malino

Setelah Indonesia merdeka dan Sultan kembali ke Ternate, mulailah terjadi gesekan atau ketidaksesuaian dengan golongan pemuda. Para pemuda menginginkan negara berbentuk kesatuan, sedangkan Sultan teguh pada pendiriannya yaitu federal. Alasannya adalah pertimbangan kondisi alam dan geografis serta beraneka ragam kebudayaan yang ada di Indonesia. Konsep Moloku kia raha inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran dan pendapat Sultan. Walaupun begitu dalam sistem pemerintahan Sultan adalah nasional demokrat.

Pendapat Sultan mengenai konsep negara federal ini ternyata membawa akibat “buruk”. Gesekan semakin menjadi-jadi, bahkan Sultan difitnah terlibat gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Akhirnya Sultan dipanggil Presiden Republik Indonesia Soekarno ke Jakarta. Namun, sultan tetap bertahan pada ideologinya yaitu negara federal.

Sultan kemudian ditanya mau tinggal di Jakarta atau pulang ke Ternate. Sultan terpaksa memilih tinggal di Jakarta. Alasannya adalah bila kembali ke Ternate pasti timbul konflik dengan para pemuda. Yang kedua adalah untuk membersihkan nama baiknya. Di Jakarta Sultan bekerja di Kementerian Dalam Negeri. Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah wafat 4 Juli 1975. Tahun 1995 kerangkanya dipulangkan ke Ternate dengan penghormatan yang besar sesuai adat kerajaan.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Iskandar Muhammad Djabir Sjah
Lahir: 4 Maret 1902 Meninggal: 4 Juli 1975
Gelar
Didahului oleh:
Muhammad Usman Sjah
Sultan Ternate
1929—1975
Diteruskan oleh:
Mudaffar Sjah