Irigasi permukaan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Irigasi banjir
Irigasi dengan mengalirkan air dari pipa ke guludan
Irigasi dengan bantuan pipa siphon

Irigasi permukaan adalah penerapan irigasi dengan cara mendistribusikan air ke lahan pertanian dengan cara gravitasi (membiarkan air mengalir di permukaan lahan pertanian). Metode ini merupakan cara yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Irigasi permukaan yang cenderung tidak terkendali umumnya disebut dengan irigasi banjir atau irigasi basin, yaitu merendam lahan pertanian hingga ketinggian tertentu dengan jumlah air yang berlebih. Irigasi permukaan yang terkelola dengan baik biasanya dilakukan dengan mengalirkan air di antara guludan (furrow) atau batas tertentu.

Jenis irigasi permukaan[sunting | sunting sumber]

Irigasi basin dilakukan membanjiri satu petak lahan, dan memungkinkan drainase dari petak yang lebih tinggi menjadi sumber air bagi petak yang lebih rendah. Irigasi basin tidak harus didrainase melainkan membiarkan air menyerap ke dalam tanah atau terevaporasi ke udara, yang disebut dengan "basin tertutup". Irigasi basin diutamakan di daerah dengan laju infiltrasi yang rendah, karena dibutuhkan waktu yang lama bagi air untuk menyerap ke dalam tanah sehingga lahan dibanjiri selama beberapa waktu.[1]

Irigasi gelombang (surge irrigation) dilakukan dengan secara periodik mensuplai air lalu menghentikannya supaya tanah mengalami siklus kering dan basah yang mampu mengurangi laju infiltrasi tanah dan menjadikan kondisi tanah seragam. Berkurangnya laju infiltrasi ini dikarenakan partikel tanah terkonsolidasi, pori-pori dan rekahan mikro di tanah terisi air, dan menjadi tertutup rata ketika partikel tanah yang besar menjadi pecah karena munculnya kelembaban yang tiba-tiba dari kondsi yang kering. Partikel tanah yang telah mengecil tersebut menutup celah pada tanah seiring dengan keringnya tanah, dan seterusnya siklus tersebut berlanjut.[2] Metode irigasi ini hanya cocok pada tanah jenis remah, dan tidak bisa dilakukan pada tanah liat karena tanah liat dapat menutup pori-porinya dengan cepat meski dalam kondisi basah.[1]

Permasalahan[sunting | sunting sumber]

Irigasi permukaan dapat memunculkan masalah ketika tidak diterapkan dengan tepat, yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan dan keberlanjutan usaha pertanian:[3]

  • Penggenangan yang dapat menyebabkan akar terendam secara permanen sehingga pertumbuhan terhenti.[4][5]
  • Drainase dalam, yaitu fenomena mengalirnya air keluar dari lahan pertanian bukan melalui permukaan melainkan melalui bawah tanah. Fenomena ini jika terjadi di daerah dengan air tanah berkadar garam tinggi dapat menyebabkan salinisasi tanah.
  • Salinisasi terjadi ketika air yang digunakan mengandung kadar mineral tinggi dan menambah kadar garam tanah. Tanah yang terlalu asin dapat menyebabkan tumbuhan tidak dapat hidup. Peningkatan kadar garam dapat dicegah dengan drainase bawah permukaan karena air yang mengalir dari atas membasuh garam dan mengalirkannya ke bawah tanah sehingga mencegah garam naik ke permukaan.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Walker, W.R. (1987). Surface irrigation: Theory and practice. Prentice-Hall, Englewood Cliffs. 
  2. ^ Kemper, W. D. (1988). "Mechanisms by which surge irrigation reduces furrow infiltration rates in a silty loam soil". Transactions of the ASAE. 31 (3): 921–829. 
  3. ^ ILRI, 1989, Effectiveness and Social/Environmental Impacts of Irrigation Projects: a Review. In: Annual Report 1988, International Institute for Land Reclamation and Improvement (ILRI), Wageningen, The Netherlands, pp. 18 - 34 . On line: [1]
  4. ^ Drainage Manual: A Guide to Integrating Plant, Soil, and Water Relationships for Drainage of Irrigated Lands. Interior Dept., Bureau of Reclamation. 1993. ISBN 0-16-061623-9. 
  5. ^ "Free articles and software on drainage of waterlogged land and soil salinity control". Diakses tanggal 2010-07-28. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]