Hewan penyaring

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hewan penyaring (filter feeder) adalah hewan yang memakan partikel dan materi organik dan makhluk hidup yang tersuspensi di air, umumnya dengan melewatkan air ke struktur penyaring yang dimiliki hewan tersebut. Beberapa menggunakan metode penghisapan (misal kerang, ubur-ubur, flamingo, bebek), lainnya diam secara pasif dan memanfaatkan arus air yang ada (misal porifera), dan yang lainnya harus bergerak agar air masuk ke dalam tubuh (misal paus). Hewan penyaring memiliki peran penting di dalam ekosistem karena membersihkan air dari partikel tersuspensi dan menjaga air tetap jernih, tetapi mereka sangat rentan terhadap pencemaran. Limbah dapat terakumulasi di dalam tubuh hewan penyaring dengan efek yang beragam bagi hewan tersebut dan predator/manusia yang memakannya.

Spons[sunting | sunting sumber]

Spons berbentuk tabung

Spons (porifera) tidak memiliki sistem sirkulasi yang sejati melainkan arus air laut yang tercipta melalui aliran di rongga tubuhnya. Gas dan makanan yang dibutuhkan untuk aktivitas sel didapatkan secara difusi langsung dari air laut. Limbah metabolisme juga didifusikan dari sel ke laut. Di dalam rongga tubuh sponge yang dialiri oleh air laut terdapat banyak silia yang berguna untuk menangkap partikel organik. Arus air di dalam rongga tubuh sponge relatif lebih lambat dibandingkan arus air di luar tubuh sponge sehingga memudahkan penangkapan partikel organik.[1]

Bivalvia[sunting | sunting sumber]

Bivalvia adalah moluska yang memiliki cangkang, umumnya berjumlah dua, simetri, dan dapat menutup untuk melindungi tubuhnya yang lunak. Bivalvia memiliki sekitar 30 ribu spesies, termasuk kerang dan tiram. Sebagian besar bivalvia adalah hewan penyaring yang mengekstrak materi organik dari air laut yang mereka hisap.

Tiram memompa air ke dalam tubuh mereka melalui insang mereka dengan menggunakan cilia yang berdenyut. Materi organik yang menjadi makanan mereka akan terperangkap di lendir yang terdapat di insang mereka yang lalu dipindahkan ke mulut untuk dimakan. Setiap tiram dapat menyaring hingga lima liter air per jam. Tiram menyerap nutrisi yang berlebih di muara sungai, termasuk limpasan dari lahan pertanian dan perkotaan.[2] Bivalvia secara garis besar mampu dimanfaatkan sebagai organisme untuk melakukan bioremediasi ekosistem perairan.[3] Cara ini dapat digunakan untuk mencegah eutrofikasi dan ledakan populasi alga, juga turunnya kadar oksigen di air akibat dekomposisi materi organik oleh bakteri. Bivalvia yang digunakan untuk remediasi tidak dapat dimakan namun dapat dijadikan pupuk dan pakan hewan ternak. Kerang mengandung 0.8-1.2 persen nitrogen dan 0.06-0.08 fosfor.[4][5][6]

Crustacea[sunting | sunting sumber]

Koloni teritip dengan kaki-kakinya yang keluar untuk menangkap partikel dari air

Mysidacea dari superordo Peracarida hidup dekat dengan pantai dan bergerak di atas dasar laut, menyaring partikel dari air. Mysidacea tergolong tahan terhadap pencemaran air dan mampu menimbun banyak limbah beracun di dalam tubuh mereka.

Kepiting dari famili Porcellanidae memiliki rambut di sekitar mulut mereka yang membantu menangkap partikel organik dari air yang mengalir melaluinya. Partikel organik ini dibawa langsung ke mulut untuk dimakan.[7]

Krill Antartika menggunakan kaki-kaki depan mereka untuk menangkap plankton dari air dengan kecepatan tinggi. Kaki-kaki depan dari enam ruas tubuhnya ini berkembang membentuk semacam jaring untuk menyaring.[8]

Teritip adalah kerang yang menetap di tempat yang sama sepanjang fase dewasanya secara koloni. Mereka menangkap plankton dari air dengan kaki yang telah termodifikasi.[9][10]

Ikan[sunting | sunting sumber]

Hiu penjemur dengan mulutnya yang terbuka

Ikan pakan (forage fish), yaitu ikan yang menjadi mangsa ikan yang lebih besar, sebagian besar merupakan hewan penyaring. Contohnya adalah ikan Brevoortia tyrannus yang memakan plankton di air. Ikan ini menghisap air dan menyaring plankton yang masuk. Ikan ini juga menjadi indikator alami bagi keberadaan pasang merah.[11]

Empat subkelas ikan hiu juga menjadi hewan penyaring:

  • Hiu paus menghisap air laut sebanyak mungkin, lalu menutup mulutnya, dan mengeluarkan airnya melalui insang. Plankton akan tersangkut di geligi kecil yang halus di dalam mulut tepat di pintu keluar insang. Partikel berukuran 2 hingga 3 mm akan tertangkap.[12][13][14]
  • Hiu bermulut besar memiliki organ yang bercahaya (photophore) di sekitar mulutnya, yang diyakini untuk menarik perhatian plankton dan ikan kecil untuk masuk ke dalam mulutnya. Ikan ini menghisap air lalu mengeluarkannya ke insang. Ikan hiu ini juga berenang dengan mulut tetap terbuka sehingga plankton akan masuk, juga ubur-ubur.
  • Hiu penjemur berenang dengan membuka mulutnya yang lebar dan menyaring plankton, ikan kecil, dan inverteberata. Hiu ini dapat menyaring hingga 2000 ton air per jam.[15] Berbeda dengan hiu paus dan hiu bermulut besar, hiu ini tidak memompa air melainkan berenang dengan mulut terbuka sehingga air mengalir ke mulutnya dan keluar melalui insangnya.[15]
  • Pari manta memiliki pola penyaringan makanan yang sama seperti hiu paus.

Paus balin[sunting | sunting sumber]

Piringan balin yang digunakan paus balin untuk menyaring makanan

Paus balin (subordo Mysticeti) adalah satu dari dua subordo di bawah Cetacea yang dicirikan dengan keberadaan piringan balin untuk menyaring makanan dari air. Piringan ini sebagai pengganti gigi, sehingga inilah yang membedakan mereka dengan paus bergigi (Odontoceti). Piringan ini terbuat dari keratin dengan sejumlah rambut, dan menempel di rahang atas. Paus balin bergerak dengan berdasarkan konsentrasi dari plankton dan berenang melaluinya dengan mulut terbuka. Di perairan selatan dekat antartika, mereka terlihat memangsa krill Antartika. Di perairan samudra Pasifik utara dan Atlantik utara, mereka juga terlihat menelan ikan kecil. Paus sikat dan paus biru merupakan dua paus yang paling terkenal dari subordo Mysticeti.[16]

Hewan penyaring lainnya[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Hickman and Roberts (2001) Integrated principles of zoology — 11th ed., p.247
  2. ^ "Oyster Reefs: Ecological importance". US National Oceanic and Atmospheric Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-03. Diakses tanggal 2008-01-16. 
  3. ^ NOAA. "Nutrient Bioextraction Overview". Long Island Sound Study.
  4. ^ Stadmark and Conley. 2011. Mussel farming as a nutrient reduction measure in the Baltic Sea: consideration of nutrient biogeochemical cycles. Marine Pollution Bull. 62(7):1385-8
  5. ^ Lindahl, O, Hernroth, R., Kollberg, S., Loo, L.-O, Olrog, L., Rehnstam-Holm, A.-S., Svensson, J., Svensson S., Syversen, U. (2005). "Improving marine water quality by mussel farming: A profitable solution for Swedish society". Ambio 34 (2): 131–138.
  6. ^ Miller and Wands. "Applying the System Wide Eutrophication Model (SWEM) for a Preliminary Quantitative Evaluation of Biomass Harvesting as a Nutrient Control Strategy for Long Island Sound" (PDF). HYDROQUAL, INC. 
  7. ^ Gerald R. Allen. "Anemone Crab Neopetrolisthes maculatus". Tropical Marine Life. Periplus nature guides. Tuttle Publishing. hlm. 35. ISBN 978-962-593-157-9. 
  8. ^ Kils, U.: Swimming and feeding of Antarctic Krill, Euphausia superba - some outstanding energetics and dynamics - some unique morphological details. In Berichte zur Polarforschung, Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research, Special Issue 4 (1983): "On the biology of Krill Euphausia superba", Proceedings of the Seminar and Report of Krill Ecology Group, Editor S. B. Schnack, 130-155 and title page image.
  9. ^ P. Doyle, A. E. Mather, M. R. Bennett & A. Bussell (1997). "Miocene barnacle assemblages from southern Spain and their palaeoenvironmental significance". Lethaia. 29 (3): 267–274. doi:10.1111/j.1502-3931.1996.tb01659.x. 
  10. ^ "Shore life". Encarta Encyclopedia 2005 DVD. 
  11. ^ H. Bruce Franklin (March 2006). "Net Losses: Declaring War on the Menhaden". Mother Jones. Diakses tanggal 27 February 2009. 
  12. ^ Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. "Rhincodon typus". FishBase. Diakses tanggal 17 September 2006. 
  13. ^ Martin, R. Aidan. "Elasmo Research". ReefQuest. Diakses tanggal 17 September 2006. 
  14. ^ "Whale shark". Icthyology at the Florida Museum of Natural History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-05. Diakses tanggal 17 September 2006. 
  15. ^ a b C. Knickle, L. Billingsley & K. DiVittorio. "Biological Profiles basking shark". Florida Museum of Natural History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-21. Diakses tanggal 2006-08-24. 
  16. ^ Bannister, John L. (2008). "Baleen Whales (Mysticetes)". Dalam Perrin, William F.; Würsig, Bernd; Thewissen, J. G. M. Encyclopedia of Marine Mammals. Academic Press. hlm. 80–89. ISBN 978-0-12-373553-9. 

Bahan bacaan terkait[sunting | sunting sumber]

  • Bullivant, JS (1968). "A Revised Classification of Suspension Feeders". Tuatara. 16 (2): 151–160. 
  • Some aspects of water filtering activity of filter-feeders // Hydrobiologia. 2005. Vol. 542, No. 1. P. 275 – 286

Pranala luar[sunting | sunting sumber]