Glotokronologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Glotokronologi merupakan salah satu metode untuk menentukan kekerabatan bahasa dalam kajian linguistik historis. Metode glotokronologi berusaha mengadakan pengelompokan dengan lebih mengutamakan perhitungan waktu atau perhitungan usia pada bahasa-bahasa kerabat. Dalam hal ini, usia bahasa tidak dihitung secara mutlak dalam suatu tahun tertentu, tetapi dengan menggunakan perhitungan secara umum, misalnya mempergunakan satuan ribuan tahun atau millennium.[1] Penggunaan metode glotokronologi dapat memungkinkan ahli bahasa mengetahui sejak kapan bahasa-bahasa yang diteliti berkerabat.[2]

Dalam penggunaannya, metode glotokronologi tidak dapat dipisahkan dengan teknik leksikostatistik. Keduanya digunakan saling berkaitan, dan tumpang tindih. Untuk menghitung usia bahasa dengan metode glotokronologi membutuhkan persentase kata kerabat yang didapat dari perhitungan menggunakan metode leksikostatistik. Sebaliknya, untuk mengadakan pengelompokan bahasa dengan metode leksikostatistik, juga harus menggunakan perhitungan waktu kronologis dengan metode glotokronologi tersebut.[2]

Rumus Metode Glotokronologi[sunting | sunting sumber]

t = log C/ 2 log r[3]

keterangan:

t: waktu pisah dalam ribuan tahun yang lalu

log: logaritma

C: presentase kekerabatan

r: retensi atau presentase konstan dalam 1000 tahun

Prosedur Penggunaan Metode Glotokronologi dan Leksikostatistik[sunting | sunting sumber]

Terdapat beberapa tahapan analisis kekerabatan bahasa dengan menggunakan metode glotokronologi dan leksikostatistik. Tahapan pertama ialah mengumpulkan kosakata dasar dari bahasa yang diteliti, dengan menggunakan daftar kosakata Swadesh. Setelah kosakata dasar dikumpulkan, tahapan selanjutnya adalah menetapkan pasangan-pasangan kosakata yang saling berkerabat. Hal ini dapat dilakukan dengan menyortir terlebih dahulu kosakata-kosakata dari bahasa yang telah diteliti, kemudian menentukan kosakata kerabat. Dalam memutuskan apakah bentuk kosakata dari beberapa bahasa tersebut serumpun, perlu dipertimbangkan seberapa mirip kosakata tersebut, baik dari segi bentuk maupun maknanya. Apabila terdapat kosakata yang cukup mirip, dapat diasumsikan kosakata tersebut berasal dari satu bentuk asli dengan satu makna asli, sehingga dapat dikatakan berkerabat.[4] Tahapan ketiga, yaitu menghitung persentase kekerabatan (C), yang selanjutnya menghubungkanan hasil perhitungan tersebut dengan kategori kekerabatan berikut.[3]

  • Dialek 81-100%
  • Subkeluarga Bahasa 61-81%
  • Keluarga Bahasa 36-61%
  • Rumpun Keluarga Bahasa 12-36%
  • Rumpun Mikrofilum 4-12%
  • Mikrofilia dari Mesofilum 1-4%
  • Mesofilia dari Makrofilum 0-1[5]

Setelah persentase kekerabatan antara kedua bahasa telah diketahui, kemudian hitung masa pisah dengan menggunakan rumus metode glotokronologi, yang kemudian dilanjut dengan penghitungan jangka kesalahan dan memberikan perkiraan bahwa suatu hal mungkin terjadi dalam waktu tertentu. Penghitungan ini digunakan untuk menghindari kesalahan secara statistik.[3]

  • Rumus jangka kesalahan:

S= [3]

Keterangan

S: jangka kesalahan

C: persentase kekerabatan

n: jumlah kata yang diteliti

Setelah jangka kesalahan diketahui, diperlukan penghitungan masa pisah bahasa dengan menggabungkan rumus masa pisah dan rumus jangka kesalahan. Rumus tersebut adalah sebagai berikut.

t= log C/ 2 log r[3]

Ketika hasil penghitungan di atas sudah diketahui, tahapan selanjutnya ialah menghitung masa pisah rata-rata. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi waktu yang lama dengan waktu yang baru, agar dapat diperoleh usia masa pisah kedua bahasa. Tahapan terakhir dari serangkaian tahapan yang telah dilakukan, adalah menghubungkan masa pisah bahasa dengan tingkat pengelompokkan bahasa dengan merujuk pada persentase berikut.[3]

Tingkat Bahasa Waktu Pisah dalam Abad Persentase Kekerabatan

Bahasa (0-5)

Keluarga (5-25)

Rumpun (25-50)

Mikrofilum (50-75)

Mesofilum (75-100)

Makrofilum (100 ke atas)[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Keraf, Gorys (1984). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia. hlm. 121–122. 
  2. ^ a b "Leksikostatistik dan Glotokronologi Bahasa Batak: Hubungan Kekerabatan Bahasa Batak Dialek Toba, Simalungun, Mandailing dan Karo". Medan Makna. XI (1): 61–75. 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-22. Diakses tanggal 2022-10-19. 
  3. ^ a b c d e f g Suparman (2018). "Glotokronologi Bahasa Rampi dan Bahasa Wotu". Telaga Bahasa. 6 (1): 496–486. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-22. Diakses tanggal 2022-10-22. 
  4. ^ Crowley, Terry; Bowern, Claire (2010). An Introduction to Historical Linguistic. New York: Oxford University Press. hlm. 82. ISBN 978-0-19-536554-2. 
  5. ^ Sulistyono, Yunus; Fernandez, Inyo Yoz (Februari 2015). "Penerapan Teknik Leksikostatistik dalam Studi Komparatif Bahasa Baranusa, Kedang dan Lamalohot di Nusa Tenggara Timur". Jurnal Penelitian Humaniora. 16 (1): 1–9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-22. Diakses tanggal 2022-10-22.