Flores Pos

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Flores Pos merupakan koran harian pertama di Pulau Flores, didirikan pada 9 September 1999 oleh komunitas biarawan Societas Verbi Divini (SVD). Pendirinya antara lain Romo Henri Daros SVD, Romo John Dami Mukese SVD, Romo Frans Ndoi SVD, dan Valens G. Doy (wartawan Kompas, almarhum).

Fokus pemberitaan

Flores Pos pada umumnya lebih mengutamakan isu-isu lokal di Flores dan Nusa Tenggara Timur. Meski oplahnya masih sedikit, sekitar 3.500 kopi per hari, Flores Pos sangat dikenal masyarakat dan pejabat publik di NTT. Bahkan, koran ini menarik minat banyak peneliti pers di Indonesia.

Flores Pos adalah portal berita yang secara khusus menyediakan akses terhadap informasi bagi seluruh masyarakat NTT. Informasi atau berita yang disajikan mencakup setiap informasi tentang masyarakat NTT, baik itu realita kehidupannya juga prospek pengembangan masyarakat NTT pada berbagai sektor.

Kehadiran Flores Pos paling tidak bisa menjadi media strategis bagi interaksi masyarakat NTT di mana diharapkan melalui media ini setiap masyarakat NTT bisa memberi kontribusi pikiran atau konsep ataupun solusi bagi pengembangan masyarakat NTT. Diharapkan Flores Pos dapat menjadi mitra yang strategis bagi media lokal. Dalam hubungan kemitraan ini, Flores Pos berusaha menyajikan berita dari lingkup nasional (mengingat kegiatan peliputannya juga termasuk di Jakarta, selain di Kupang) untuk dirpoyeksikan menjadi konsumsi berita bagi media lokal.

Sebaliknya, Flores Pos juga memperoleh berita-berita daerah yang menarik dari media lokal. Pada akhirnya, ada harapan agar kehadiran setiap media informasi bagi masyarakat NTT, termasuk Flores Pos, sungguh-sungguh didorong oleh semangat yang luhur yakni mengarahkan masyarakat NTT menuju masyarakat yang lebih terbuka, lebih kritis, lebih tanggap, dan semakin bersatu.

Harian Umum Flores Pos yang terbit di Ende, Flores itu sudah melebarkan sayapnya hingga Ibukota Jakarta: Flores Pos Edisi Jakarta. Harian ini memiliki harga jual lima ribu rupiah, dengan tebal 16 halaman, ukuran tabloid, model Surat Kabar, Hitam-Putih, dan dicetak oleh Percetakan Gramedia. Redaksi dan sirkulasi merupakan bagian dari redaksi Majalah Mingguan HIDUP. HIDUP adalah Majalah bagi Umat Katolik. Karena manut ke Sirkulasi HIDUP, maka FP akan ada di setiap Gereja. Meski terbit setiap hari Rabu, namun banyak warga Flores yang berada di JABODETABEK membeli harian ini pada setiap hari Sabtu dan atau Minggu.Isinya beragam. Mulai dari laporan Utama. Hingga Kabar Nagi dari selutuh Kabupaten di Flores. Mulai dari Mabar, Manggarai, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, Flotim dan Lembata. Kemarin saya mendapatkan Nomor perkenalan Edisi "Ngada Resmi Terbelah". Isinya tentang resmi terbentuknya Kabupaten Nagekeo. Saya juga membeli edisi terbaru bertema "Wisma NTT". Ternyata NTT punya "rumah" juga di Jakarta. Kirain sebagai salah satu Provinsi termiskin di Indonesia, NTT tak punya cukup uang untuk membangun sekadar Kantor Penghubung. Sebagai mantan reporter FP di Ende, saya cukup "terhibur". Kalau mau langganan juga bisa, diberi bonus 10 edisi, jika berlanggannan 1 tahun (52 edisi). Tapi, saya pikir-pikir dulu. Jangan-jangan udah keburu bayar setahun, malah korannya terbit hanya setengah tahun. Kecian deh aku. hehehe. Nah, para warga Flores yang ada di Jabodetabek, segera hubungi bagian sirkulasi FP untuk mendapatkan kabar teranyar (meski ga anyar-anyar banget sih) dari Kampuang Nan Jauh di Mato. Alamat sirkulasi di Jakarta: Jl.Katedral No. 5 Jakarta Pusat, email:florespos_jakarta@yahoo.com, portal: florespos.com (Eja Nando)

Siaran Pers Pantau: Final Report Peningkatan Kapasitas Harian Umum Flores Pos

Pantau bekerjasama dengan Swisscontact-LED NTT membuat program Peningkatan Kapasitas Harian Umum Flores Pos. Program berlangsung selama satu tahun, dimulai sejak November 2006 hingga Oktober 2007, meliputi asistensi marketing, redaksi, dan disain.

Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas Flores Pos dalam hal redaksi, sales dan marketing, distribusi, iklan dan disain surat kabar agar lebih ‘friendly’ bagi pembaca. Tujuannya, membantu Flores Pos lebih siap menyambut kedatangan kelompok media besar di Flores. Brand image tentu lebih sulit dikalahkan jika Flores Pos kuat di benak pembacanya.

Peningkatan kapasitas Flores Pos dilakukan melalui rangkaian kegiatan assessment, pendampingan langsung, pelatihan, dan evaluasi.

Swisscontact mengalokasikan budget sebesar 150 juta rupiah untuk mensupport 61% dari total pembiayaan program ini. Sisa pembiayaan sebesar 39% dibebankan pada Flores Pos. Beberapa partner juga ikut membantu dalam membiayai kontribusi program ini, seperti Bank BRI, SVD Provincial, PT Ani, Investor Dailly.

Program pendampingan ini terlihat dampaknya di bagian redaksi, baik dari sisi pemahaman kemampuan jurnalistik maupun tampilan koran. Mengambil momentum ulang tahunnya pada 9 September 2006, Flores Pos hadir dengan disain baru. Oktober 2006, byline mulai digunakan, frekuensi berita yang menggunakan prosedur cek dan ricek serta cover both side, meningkat dari tahun sebelumnya. Terjadi juga peningkatan frekuensi rata-rata berita tentang persoalan ekonomi lokal Flores dan pemberitaan mengenai UKM.

Beberapa terobosan baru mengenai sistem dalam distribusi maupun periklanan sudah muncul dan terlihat. Efisiensi terhadap distribusi produk telah dilakukan. Ini dilihat melalui peningkatan persentase penjualan Flores Pos terhadap oplah selama masa pendampingan. Tetapi, penambahan wilayah baru distribusi Flores Pos belum terjadi hingga saat ini.

Sistem kerja marketing mulai diatur sejak Januari 2007 ketika mulai dialokasikan ruang untuk iklan baris. Ini adalah salah satu yang paling menonjol dari pelatihan bidang marketing. Bulan Desember 2006, saat masa pendampingan marketing berlangsung, pendapatan iklan mencapai level tertinggi selama periode November 2006 hingga Oktober 2007.

Secara umum, peningkatan bidang usaha bersifat jangka panjang. Analisis terhadap pendapatan iklan pun baru bisa dilakukan dengan data hingga pertengahan tahun 2007. Pastinya akan ada banyak perubahan nantinya. Namun, beberapa kendala yang terjadi selama masa pendampingan juga jadi catatan kami dalam evaluasi program ini.