Daya dukung tanah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung kehidupan bagi makhluk hidup yang bergantung kepada tanah. Kajian daya dukung tanah menjadi bagian dari ekologi dan arsitektur. Pada kajian ekologi, daya dukung tanah dikaitkan dengan pemanfaatan lahan untuk penanaman tanaman. Sementara pada arsitektur, pengetahuan tentang daya dukung tanah dimanfaatkan manusia untuk pembuatan fondasi pada bangunan, pemetaan dan pemodelan penurunan tanah, dan perkerasan jalan.

Penentu[sunting | sunting sumber]

Daya dukung tanah mempunyai dua makna yang umum. Makna pertama ialah daya dukung tanah sebagai kemampuan tanah menjadi tumpuan fisik bagi kehidupan. Pemaknaan ini yang paling umum. Lalu makna kedua ialah daya dukung tanah sebagai kemampuan tanah menjadi pendukung bagi kehidupan makhluk hidup sesuai dengan karakteristiknya. Pemaknaan ini berlaku bagi flora, fauna dan manusia. Penentuan daya dukung tanah sebagai pendukung kehidupan didasari oleh keragaman sifat-sifat tanah yang spesifik. Sifat-sifat ini sendiri dientukan oleh keragaman faktor-faktor pembentuk tanah sebagai hasil pelapukan batuan.[1]

Dalam kajian ekologi, daya dukung tanah merupakan kajian tentang tanah yang termasuk komponen abiotik dalam lingkungan. Daya dukung tanah dihitung melalui kebutuhan tanah per kapita. Perhitungannya melibatkan faktor luas lahan penanaman tanaman, lama waktu dan jeda waktu penanaman tanaman, dan persentase lahan penanaman yang ditanami terhadap lahan yang tidak ditanami.[2]

Kualitas[sunting | sunting sumber]

Pengetahuan mengenai daya dukung tanah dapat diperoleh melalui penyelidikan tanah.[3] Daya dukung tanah yang rendah umumnya terdapat pada jenis tanah yang lunak. Penurunan daya dukung tanah pada tanah yang lunak umumnya terjadi akibat penambahan beban yang berada di atas lapisan tanah disertai dengan penurunan tanah.[4] Jenis tanah lunak yang memberikan daya dukung tanah yang sangat kecil antara lain tanah liat, gambut, dan tanah ekspansif.[5]

Manfaat pengetahuan[sunting | sunting sumber]

Pembuatan fondasi[sunting | sunting sumber]

Fondasi dangkal (kiri) dan fondasi dalam (kanan) pada dua jenis bangunan yang berbeda.

Fondasi sangat terpengaruh dengan kondisi daya dukung tanah.[6] Syarat utama pembuatan fondasi adalah mengetahui daya dukung tanah. Baiki tidaknya daya dukung tanah terhadap fondasi sangat ditentukan kemampuannya oleh kuat geser tanah. Penentuan ini karena fondasi ditujukan untuk menahan beban struktur di bagian atasnya tanpa mengalami keruntuhan akibat pergeseran.[7]

Pengetahuan mengenai kuat-lemahnya daya dukung tanah pada lapisan tanah terhadap penopangan bangunan dimanfaatkan untuk menentukan jenis fondasi yang akan dibuat. Fondasi dangkal akan digunakan pada lapisan tanah daya dukung tanah yang kuat. Sementara pada kondisi lapisan tanah dengan daya dukung yang lemah digunakan fondasi dalam bertipe fondasi tiang atau fondasi sumuran.[8]

Perhitungan daya dukung tanah untuk desain fondasi ditentukan melalui perbandingan daya dukung tanah dengan hasil analisis faktor keamanan tanah. Perbandingan ini memerlukan data C- tanah, data N-SPT, dan data sondir. Nilai terkecil dari hasil analisisnya merupakan nilai yang paling aman.[9]

Pemetaan dan pemodelan penurunan tanah[sunting | sunting sumber]

Ilustrasi penurunan tanah karena air tanah.

Daya dukung tanah merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemetaan dan pemodelan penurunan tanah. Faktor daya dukung tanah ini saling berkaitan dengan faktor lainnya yaitu ketebalan tanah, ketebalan sedimen aluvial, dan kedalaman air tanah. Intensifitas penurunan tanah mengalami peningkatan ketika lapisan tanah tipis, daya dukung tanah rendah, tipisnya ketebalan sedimen aluvial, dan kedalaman air tanah yang dangkal. Lapisan tanah yang tipis mengurangi daya dukung tanah terhadap beban yang berada di atasnya dan membuat penurunan tanah dapat terjadi. Sementara dangkalnya kedalaman air tanah menyebabkan terjadinya ruang udara di antara air dan tanah yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penurunan tanah. Rendahnya daya dukung tanah yang disertai kondisi demikian dapat berakibat pada penurunan tanah yang disertai dengan kerusakan tanah.[10]

Perkerasan jalan[sunting | sunting sumber]

Lapisan perkerasan jalan

Daya dukung tanah pada lapisan tanah dasar sangat mempengaruhi daya dukung dan ketahanan struktur pada perkerasan jalan. Pengetahuan daya dukung tanah dasar meliputi beberapa permasalahan utama yang berkaitan dengan lapisan tanahnya. Pertama, daya dukung tanah menentukan perubahan bentuk tetap dan kerusakan struktur perkerasan jalan. Kedua, tanah memiliki sifat plasitisitas tinggi sehingga dapat mengambang dan menyusut dan menyebabkan kerusakan jalan akibat perubahan bentuk atau retak. Pemadatan tanah dasar akibat drainase dan kadar air mempercepat kerusakan ini. Ketiga, perbedaan jenis tanah juga memberikan perbedaan pada daya dukung tanah. Daya dukung tanah yang tidak merata dapat diatasi dengan penelitian akan sifat dan jenis tanah.[11]  

Daya dukung tanah dasar dapat menerima beban yang lebih ringan ketika perkerasan jalan menerapkan perkerasan jalan lentur. Pada metode ini, terdapat lapisan pada permukaan tanah yang menerima beban lalu lintas. Beban kemudian menyebar ke lapisan tanah yang berada di bawahnya. Pada kondisi ini, daya dukung tanah dasar menerima beban yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan lapisan tanah dasar.[12]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Buchori, D., dkk. (Januari 2017). Andarwulan, Nuri, ed. Peningkatan Produksi, Manfaat, dan Sustainability Biodiversitas Tanaman Indonesia Volume 2. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 367. ISBN 978-979-493-944-4. 
  2. ^ Syah, N., dan Danhas, Y. H. (Maret 2021). Ekologi Industri. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 63. ISBN 978-623-02-2544-4. 
  3. ^ Paramita, Mahditia (Maret 2020). Fardhani, E. D., dkk., ed. Modul Pendampingan Klinik Rumah Sehat: Merancang dan Membangun Rumah Sehat Secara Swadaya. Yogyakarta: Yayasan Hunian Rakyat Caritra Yogya. hlm. 132. ISBN 978-602-74261-4-6. 
  4. ^ Afriani, Lusmeilia (Desember 2020). Rahman, MS Khabibur, ed. Kerawanan Longsor pada Lereng Tanah Lunak dan Penanganannya. Klaten: Penerbit Lakeisha. hlm. 6. ISBN 978-623-6948-20-0. 
  5. ^ Saleh, A., Anggraini, M., dan Hardianto, R. (November 2022). Rerung, Rintho R., ed. Perkerasan Jalan Lentur: Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 42. ISBN 978-623-362-736-8. 
  6. ^ Satriani (April 2017). "Perilaku Interaksi Tanah dan Struktur Pondasi Telapak Setempat Beton Mutu Normal dengan Metode Elemen hingga 3D". Media Sains. 10 (1): 93. ISSN 2355-9136. 
  7. ^ Batutah, A., dkk. (Februari 2022). Ariani, Betty, ed. Teknologi, Manusia dan Lingkungan. Surabaya: UM Surabaya Publishing. hlm. 102. ISBN 978-623-433-054-0. 
  8. ^ Hanafiah, Jaya, Z., dan Reza, M. (2020). Erang, Theodorus, ed. Rekayasa Fondasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hlm. 3. ISBN 978-623-01-0326-1. 
  9. ^ Adhi Ksp, Robert (2010). Banjir Kanal Timur: Karya Anak Bangsa. Grasindo. hlm. 158. ISBN 978-979-081-118-8. 
  10. ^ Marfai, Muh. Aris (September 2014). Banjir Pesisir: Kajian Dinamika Pesisir Semarang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 60. ISBN 979-420-855-8. 
  11. ^ Akbar, Said Jalalal (2013). Wesli dan Jalil, A., ed. Teknik Evaluasi Runway Bandara Menurut Parameter Marshall: Bandara Malikussaleh Lhokseumawe. Lhokseumawe: CV. BieNa Edukasi. hlm. 84. ISBN 978-602-17036-4-9. 
  12. ^ Nur, N. K., dkk. (2021). Karim, A., dan Simarmata, J., ed. Perancangan Perkerasan Jalan. Yayasan Kita Menulis. hlm. 5–6. ISBN 978-623-342-128-7.