Antropologi kriminologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Antropologi kriminologi atau antropologi kriminal (Inggris: anthropological criminology) adalah salah mahzab yang mempelajari sebab kejahatan dengan mendasarkan pada aspek antropologis/fisik manusia. Jadi, secara harafiah diartikan sebagai kombinasi studi tentang manusia dan kejahatan. Pelopor antropologi kriminal ialah Cesare Lambroso, dokter dan kriminolog terkenal di Italia abad 19. Teori Lambroso dikenal sebagai mahzab kriminologi Italia yang diikuti oleh Raffaele Garofalo, Lorenzo Tenchini serta turut mempengaruhi Enrico Ferri dalam melahirkan Aliran Bio-Sosiologis. Dalam buku yang berjudul "Criminal Man", Lambroso menerangkan mengapa ada orang yang disebut penjahat. Menurutnya bahwa penjahat merupakan akibat penyimpangan tingkah laku sebagai akibat pengaruh nenek moyang terdahulu.[1] Penjahat terlahir dengan suatu bentuk keganjilan fisik yang dapat terlihat jelas (born criminal). Pandangan Lambroso ini menggabungkan positivisme Comte dengan Evolusi Darwin sehingga menurutnya bahwa penjahat memiliki bentuk yang mirip kera dalam hal sifat dan watak. Kriminalitas dianggap sebagai kecenderungan genetika yang turun temurun. Kejahatan mutlak bersumber dari internal individu bukan akibat kondisi atau struktur sosial di sekitarnya.

Teori Criminal Biology[sunting | sunting sumber]

Teori ini melihat dan menghubungkan ciri-ciri fisik tertentu sebagai penyebab orang melakukan kejahatan. Faktor biologi yang ada hubungannya dengan kejahatan meliputi:

Faktor Heriditer (Pewarisan Sifat) yakni tingkah laku kejahatan didapat dari warisan orang tuanya. Gen jahat sudah ada dalam dirinya sejak awal (born criminal).

Faktor Konstitusi (Rangka Manusia) yakni kejahatan erat kaitan dengan bentuk kerangka manusia. Faktor ini didasari pada teori animali.

Lambroso akhirnya membagi kategori penjahat menjadi 3 yakni born criminal, insane criminal, dan criminoloid. Insane Criminal berbeda dengan born criminal. Manusia jahat ada karena mereka mengalami gangguan di otak atau jiwanya. Untuk criminaloid, sulit dibedakan karena tampak normal akan tetapi susunan mental dan emosional sedemikian rupa sehingga sewaktu-waktu bisa melakukan perbuatan yang sangat kejam dan jahat.

Ciri-Ciri Umum Penjahat[sunting | sunting sumber]

Untuk mengetahui kaitan antara ciri fisik dengan bentuk kejahatan, Cesare Lambroso melakukan eksperimen dengan mengambil sampel terhadap orang-orang di penjara. Ia melakukan autopsi terhadap penjahat dan menemukan kesamaan fisiologi tubuh yakni mirip kera. Kesamaan ini mencakup surutnya dahi, tinggi badan, bentuk kepala dan ukuran. Ia lalu mendalilkan teori fisiognomi bahwa bakat jahat diwariskan secara genetik. Kejahatan ada karena faktor bakat alami (K=B).

Eksperimen Lamboroso itu menghasilkan 13 ciri-ciri fisik secara umum yang dimiliki oleh penjahat. Diantaranya memiliki badan yang sangat pendek atau tinggi; kepala kecil, tapi wajah besar; bibir berdaging, tapi bibir atas tipis; tonjolan (benjolan) di kepala dan di sekitar telinga; kerutan di dahi dan wajah; rongga sinus besar ; tato di tubuh; garis rambut surut; garis rahang yang kuat; dahi kecil dan miring; bahu miring tapi dada besar; berlengan panjangg; dan jari tangan atau kaki yang lancip.[2]

Penolakan[sunting | sunting sumber]

Ilmuwan Inggris Charles Buckman Goring (1870–1919) yang bekerja pada bidang yang sama menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan fisiologis yang mencolok antara orang yang taat hukum dan penjahat.[3] Maurice Parmelee, yang dipandang sebagai pendiri kriminologi modern Amerika, juga menolak teori kriminologi antropologi sehingga menyebabkan penarikan teori tersebut dari penelitian krimonologi. Teori Lambroso dianggap usang dan tidak relevan.

Zaman Modern[sunting | sunting sumber]

Meskipun teori Lombroso ditolak secara umum, antropologi kriminal masih mendapat tempat dalam membaca karakter penjahat modern. Secara historis (khususnya pada tahun 1930-an) antropologi kriminal telah dikaitkan dengan eugenika karena gagasan tentang kelemahan fisiologis dalam umat manusia sering dikaitkan dengan rencana untuk menghilangkan kelemahan tersebut.

Antropologi kriminal dan studi yang berkaitan erat dengan Fisiognomi juga menemukan jalan ke dalam studi psikologi sosial dan psikologi forensik. Fisiognomi modern di California Amerika Serikat, oleh seorang hakim terkenal berama Edward Vincent Jones pada abad ke-20 mengaitkan ciri wajah dan perilaku seseorang. Dalam fisiognomi modern ini, Edward meneliti watak terhadap ratusan orang di California termasuk politisi dan Presiden. Hasil penelitian tersebut didapati kecocokkan dan keakuratannya mencapai 92 persen.[4] Teori Lombroso juga ditemukan dalam studi tentang respon kulit Galvanik dan sindrom kromosom XYY.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ M.H, Prof Dr Nandang Sambas, S. H.; M.H, Dian Andrisari, S. H. (2021-08-30). Kriminologi: Perspektif Hukum Pidana. Sinar Grafika (Bumi Aksara). ISBN 978-979-007-949-6. 
  2. ^ "Anthropological Criminology". web.archive.org. 2006-10-09. Diakses tanggal 2024-02-28. 
  3. ^ Bedoya, AnaCristina; Portnoy, Jill (2023-11-17). "Biosocial Criminology: History, Theory, Research Evidence, and Policy". Victims & Offenders (dalam bahasa Inggris). 18 (8): 1599–1629. doi:10.1080/15564886.2022.2133035. ISSN 1556-4886. 
  4. ^ FNH. "Fisiognomi Lombrosso di Sidang Kopi Bersianida". hukumonline.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2024-02-26.