Staphylococcus aureus resisten-metisilin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 77: Baris 77:


== Diagnosis ==
== Diagnosis ==
Laboratorium mikrobiologi diagnostik dan laboratorium rujukan memainkan peran penting dalam mengidentifikasi wabah MRSA. Biasanya, bakteri harus dibiakkan dari darah, urin, dahak, atau sampel cairan tubuh lainnya dalam jumlah yang cukup untuk melakukan tes konfirmasi sejak dini. Namun, karena tidak ada metode yang cepat dan mudah untuk mendiagnosis MRSA, pengobatan awal infeksi sering kali bergantung pada "kecurigaan yang kuat" dan teknik yang digunakan oleh dokter yang merawat. Teknik-teknik ini termasuk prosedur PCR kuantitatif, yang digunakan di laboratorium klinis untuk mendeteksi dan mengidentifikasi strain MRSA dengan cepat.
Laboratorium mikrobiologi diagnostik dan laboratorium rujukan memainkan peran penting dalam mengidentifikasi wabah MRSA. Biasanya, bakteri harus dibiakkan dari darah, urin, dahak, atau sampel cairan tubuh lainnya dalam jumlah yang cukup untuk melakukan tes konfirmasi sejak dini. Namun, karena tidak ada metode yang cepat dan mudah untuk mendiagnosis MRSA, pengobatan awal infeksi sering kali bergantung pada "kecurigaan yang kuat" dan teknik yang digunakan oleh dokter yang merawat. Teknik-teknik ini termasuk prosedur PCR kuantitatif, yang digunakan di laboratorium klinis untuk mendeteksi dan mengidentifikasi strain MRSA dengan cepat.<ref name="FrancoisP">{{cite book|vauthors=Francois P, Schrenzel J|year=2008|title=Staphylococcus: Molecular Genetics|publisher=Caister Academic Press|isbn=978-1-904455-29-5|chapter=Rapid Diagnosis and Typing of ''Staphylococcus aureus''|chapter-url=http://www.horizonpress.com/staph}}</ref><ref name="Mackay">{{cite book|year=2007|url=http://www.horizonpress.com/rtmic|title=Real-Time PCR in Microbiology: From Diagnosis to Characterization|publisher=Caister Academic Press|isbn=978-1-904455-18-9|editor=Mackay IM}}</ref>


Tes laboratorium umum lainnya adalah tes aglutinasi lateks cepat yang mendeteksi protein PBP2a. PBP2a adalah protein pengikat penisilin varian yang memungkinkan S. aureus resisten terhadap oksasilin.
Tes laboratorium umum lainnya adalah tes aglutinasi lateks cepat yang mendeteksi protein PBP2a. PBP2a adalah protein pengikat penisilin varian yang memungkinkan S. aureus resisten terhadap oksasilin.<ref name="Hardy">{{cite web|last=Seiken|first=Denka|title=MRSA latex test for PBP2|url=http://www.hardydiagnostics.com/catalog2/hugo/MRSALatexTest.htm|name-list-style=vanc}}</ref>


=== Mikrobiologi ===
=== Mikrobiologi ===
Mirip dengan semua S. aureus (kadang-kadang disingkat SA), S. aureus yang resisten terhadap metisilin adalah bakteri gram positif berbentuk bola (coccus) dengan diameter sekitar 1 mikron. Bakteri ini tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Bakteri ini sering ditemukan dalam kelompok atau rantai seperti anggur. Tidak seperti S. aureus yang rentan terhadap methicillin (MSSA), MRSA tumbuh lambat di berbagai media dan telah ditemukan dalam koloni campuran dengan MSSA. Gen mecA, yang memberikan resistensi terhadap beberapa antibiotik, selalu ada pada MRSA dan biasanya tidak ada pada MSSA. Namun, ada beberapa kasus di mana gen mecA ada di MSSA tetapi tidak diekspresikan. Pengujian reaksi berantai polimerase (PCR) adalah metode yang paling akurat untuk mengidentifikasi strain MRSA. Media kultur khusus telah dikembangkan untuk membedakan MSSA dan MRSA dengan lebih baik, dan dalam beberapa kasus, media ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi strain spesifik yang resisten terhadap antibiotik yang berbeda.
Mirip dengan semua ''S. aureus'', MRSA adalah bakteri gram positif berbentuk bola (kokus) dengan diameter sekitar 1 mikron. Bakteri ini tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Bakteri ini sering ditemukan dalam kelompok atau rantai seperti anggur. Tidak seperti S. aureus yang rentan terhadap metisilin (MSSA), MRSA tumbuh lambat di berbagai media dan telah ditemukan dalam koloni campuran dengan MSSA. Gen mecA, yang memberikan resistensi terhadap beberapa antibiotik, selalu ada pada MRSA dan biasanya tidak ada pada MSSA. Namun, ada beberapa kasus di mana gen mecA ada di MSSA tetapi tidak diekspresikan. Uji PCR merupakan metode yang paling akurat untuk mengidentifikasi strain MRSA. Media kultur khusus telah dikembangkan untuk membedakan MSSA dan MRSA dengan lebih baik, dan dalam beberapa kasus, media ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi strain spesifik yang resisten terhadap antibiotik yang berbeda.<ref name="Murray">{{cite book|last=Murray|first=Patrick|year=2007|title=Manual of clinical microbiology|location=Washington, D.C|publisher=[[ASM Press]]|isbn=978-1-55581-371-0|name-list-style=vanc}}</ref>

Terdapat beberapa strain ''S. aureus'' yang telah muncul dengan berbagai tingkat resistensi terhadap antibiotik seperti oksasilin, klindamisin, teicoplanin, dan eritromisin. Beberapa dari strain ini mungkin memiliki gen mecA, sementara yang lain tidak. Selain itu, ''S. aureus'' telah mengembangkan resistensi terhadap vankomisin, yang mengakibatkan munculnya VRSA. Satu strain, yang dikenal sebagai vancomycin-intermediate S. aureus (VISA), hanya sebagian rentan terhadap vankomisin. Strain lain, yang disebut glikopeptida-antara S. aureus (GISA), kurang rentan terhadap vankomisin dan teicoplanin. Tingkat resistensi antibiotik pada S. aureus dapat ditentukan dengan mengukur konsentrasi antibiotik yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan. Jika konsentrasi vankomisin yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan kurang dari atau sama dengan 4 μg/ml, maka strain tersebut dianggap rentan. Sebaliknya, jika konsentrasi yang lebih besar dari 32 μg/ml diperlukan untuk menghambat pertumbuhan, strain dianggap resisten.<ref name="Winn3">{{cite book|last=Winn|first=Washington|year=2006|title=Koneman's color atlas and textbook of diagnostic microbiology|location=Philadelphia|publisher=Lippincott Williams & Wilkins|isbn=978-0-7817-3014-3|name-list-style=vanc}}</ref>


== Pengobatan ==
== Pengobatan ==


=== Antibiotik ===
=== Antibiotik ===
Penanganan infeksi MRSA yang cepat sangat penting, karena penundaan dapat mengancam jiwa. Pendekatan pengobatan tergantung pada lokasi dan riwayat infeksi. Metode pemberian antibiotik dapat berbeda, dengan pilihan termasuk intravena (IV), oral, atau kombinasi keduanya, tergantung pada situasi spesifik dan faktor pasien. Menggabungkan pengobatan dengan vankomisin atau agen beta-laktam lainnya dapat menghasilkan efek sinergis.
Penanganan infeksi MRSA yang cepat sangat penting karena penundaan dapat berakibat fatal.<ref name="Ficalora2">{{cite book|last=Ficalora|first=Robert|year=2013|title=Mayo Clinic internal medicine board review|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-994894-9|name-list-style=vanc}}</ref> Lokasi spesifik dan riwayat infeksi menentukan pengobatan yang tepat. Rute pemberian antibiotik dapat bervariasi, dan dapat diberikan melalui intravena, oral, atau kombinasi keduanya, tergantung pada keadaan individu dan faktor pasien.<ref name="IDSA2011" /> Pengobatan bersamaan dengan vankomisin atau agen beta-laktam lainnya mungkin memiliki efek sinergis dan dapat dipertimbangkan.<ref name="Winn2">{{cite book|last=Winn|first=Washington|year=2006|title=Koneman's color atlas and textbook of diagnostic microbiology|location=Philadelphia|publisher=Lippincott Williams & Wilkins|isbn=978-0-7817-3014-3|name-list-style=vanc}}</ref>

Baik MRSA yang terkait dengan komunitas (CA-MRSA) maupun MRSA yang terkait dengan layanan kesehatan (HA-MRSA) resisten terhadap antibiotik beta-laktam tradisional seperti sefaleksin. Namun, CA-MRSA memiliki kerentanan yang lebih luas terhadap agen antimikroba lain seperti obat sulfa (termasuk kotrimoksazol), tetrasiklin (seperti doksisiklin dan minosiklin), dan klindamisin (untuk osteomielitis).<ref name="IDSA2011" /> Linezolid adalah pengobatan yang efektif untuk MRSA dan memiliki tingkat keberhasilan 87%,<ref name="GurusamyWilson2013">{{cite journal|date=November 2013|title=Antibiotic therapy for the treatment of methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) in non surgical wounds|url=http://cochranelibrary-wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD010427/pdf|journal=The Cochrane Database of Systematic Reviews|issue=11|pages=CD010427|doi=10.1002/14651858.CD010427|pmid=24242704|vauthors=Gurusamy KS, Koti R, Toon CD, Wilson P, Davidson BR|veditors=Gurusamy KS}}</ref> dengan rejimen pengobatan yang bervariasi berdasarkan tingkat individu dan serum antibiotik.<ref name="ChooChambers20162">{{cite journal|date=December 2016|title=Treatment of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus Bacteremia|journal=Infection & Chemotherapy|volume=48|issue=4|pages=267–273|doi=10.3947/ic.2016.48.4.267|pmc=5204005|pmid=28032484|vauthors=Choo EJ, Chambers HF}}</ref> Dibandingkan dengan vankomisin, linezolid lebih efektif dalam mengobati infeksi jaringan lunak.<ref name="YueDong2016">{{cite journal|date=January 2016|title=Linezolid versus vancomycin for skin and soft tissue infections|journal=The Cochrane Database of Systematic Reviews|issue=1|pages=CD008056|doi=10.1002/14651858.CD008056.pub3|pmid=26758498|vauthors=Yue J, Dong BR, Yang M, Chen X, Wu T, Liu GJ}}</ref> Masyarakat Penyakit Menular Amerika merekomendasikan vankomisin, linezolid, atau klindamisin (jika rentan) untuk mengobati mereka yang menderita pneumonia MRSA.<ref name="IDSA2011" /> Ceftaroline, sefalosporin generasi kelima, adalah antibiotik beta-laktam pertama yang disetujui di AS untuk mengobati infeksi MRSA pada kulit dan jaringan lunak atau pneumonia yang didapat dari komunitas.<ref>{{cite web|title=FDA Approves Teflaro for Bacterial Infections|url=https://www.fda.gov/newsevents/newsroom/pressannouncements/ucm231594.htm|website=[[Food and Drug Administration]]}}</ref>

Antibiotik glikopeptida, seperti vankomisin dan teicoplanin, umumnya digunakan untuk mengobati infeksi MRSA.<ref>{{cite journal|date=May 1998|title=Genesis of methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), how treatment of MRSA infections has selected for vancomycin-resistant Enterococcus faecium, and the importance of antibiotic management and infection control|journal=Clinical Infectious Diseases|volume=26|issue=5|pages=1204–14|doi=10.1086/520287|pmid=9597254|vauthors=Schentag JJ, Hyatt JM, Carr JR, Paladino JA, Birmingham MC, Zimmer GS, Cumbo TJ|doi-access=free}}</ref> Teicoplanin secara struktural mirip dengan vankomisin dan memiliki waktu paruh yang lebih lama tetapi memiliki spektrum aktivitas yang sama.<ref>{{cite journal|display-authors=6|date=April 1991|title=Teicoplanin pharmacokinetics in intravenous drug abusers being treated for bacterial endocarditis|journal=Antimicrobial Agents and Chemotherapy|volume=35|issue=4|pages=696–700|doi=10.1128/AAC.35.4.696|pmc=245081|pmid=1829880|vauthors=Rybak MJ, Lerner SA, Levine DP, Albrecht LM, McNeil PL, Thompson GA, Kenny MT, Yuh L}}</ref> Karena penyerapan antibiotik ini secara oral terbatas, antibiotik ini sering kali diberikan secara intravena untuk infeksi sistemik.<ref>{{cite journal|date=June 1997|title=The treatment of staphylococcal infections with special reference to pharmacokinetic, pharmacodynamic and pharmacoeconomic considerations|journal=Pharmacy World & Science|volume=19|issue=3|pages=133–41|doi=10.1023/A:1008609718457|pmid=9259029|vauthors=Janknegt R|s2cid=10413339}}</ref> Namun, penggunaan vankomisin dapat menjadi tantangan karena rute pemberiannya yang tidak nyaman, dan kemanjurannya terhadap MRSA umumnya lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik beta-laktam tradisional terhadap S. aureus yang rentan terhadap metisilin (MSSA).<ref>{{cite journal|display-authors=6|date=September 2003|title=Staphylococcus aureus bacteremia: recurrence and the impact of antibiotic treatment in a prospective multicenter study|journal=Medicine|volume=82|issue=5|pages=333–9|doi=10.1097/01.md.0000091184.93122.09|pmid=14530782|vauthors=Chang FY, Peacock JE, Musher DM, Triplett P, MacDonald BB, Mylotte JM, O'Donnell A, Wagener MM, Yu VL|s2cid=15917805}}</ref><ref>{{cite journal|year=2005|title=The role of vancomycin in the persistence or recurrence of Staphylococcus aureus bacteraemia|journal=Scandinavian Journal of Infectious Diseases|volume=37|issue=8|pages=572–578|doi=10.1080/00365540510038488|pmid=16138425|vauthors=Siegman-Igra Y, Reich P, Orni-Wasserlauf R, Schwartz D, Giladi M|s2cid=24390948}}</ref>

Strain MRSA yang baru ditemukan telah menunjukkan resistensi bahkan terhadap vankomisin dan teicoplanin. Beberapa strain memiliki tingkat resistensi menengah, yang disebut sebagai glikopeptida-antara S. aureus (GISA) atau vankomisin-antara S. aureus (VISA),<ref>{{cite journal|date=April 1997|title=Inhibition of cell wall turnover and autolysis by vancomycin in a highly vancomycin-resistant mutant of Staphylococcus aureus|journal=Journal of Bacteriology|volume=179|issue=8|pages=2557–66|doi=10.1128/jb.179.8.2557-2566.1997|pmc=179004|pmid=9098053|vauthors=Sieradzki K, Tomasz A}}</ref><ref>{{cite journal|date=March 2006|title=The importance of the development of antibiotic resistance in Staphylococcus aureus|journal=Clinical Microbiology and Infection|volume=12 Suppl 1|issue=Suppl 1|pages=3–8|doi=10.1111/j.1469-0691.2006.01343.x|pmid=16445718|vauthors=Schito GC|doi-access=free}}</ref> dengan tingkat resistensi berkisar antara 4-8 μg/ml. Kasus pertama diidentifikasi di Jepang pada tahun 1996, dan sejak saat itu, strain telah ditemukan di rumah sakit di beberapa negara termasuk Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2002, kasus resistensi lengkap terhadap vankomisin yang terdokumentasi pertama kali, yang disebut sebagai S. aureus yang resisten terhadap vankomisin (VRSA), diidentifikasi di Amerika Serikat.<ref>{{cite journal|date=November 2003|title=Antibacterial susceptibility of a vancomycin-resistant Staphylococcus aureus strain isolated at the Hershey Medical Center|journal=The Journal of Antimicrobial Chemotherapy|volume=52|issue=5|pages=864–8|doi=10.1093/jac/dkg457|pmid=14563898|vauthors=Bozdogan B, Esel D, Whitener C, Browne FA, Appelbaum PC|doi-access=free}}</ref> Namun, varian vankomisin yang berikatan dengan variasi laktat telah diuji dan menunjukkan aktivitas antimikroba yang kuat.<ref>{{cite journal|date=September 2011|title=A redesigned vancomycin engineered for dual D-Ala-D-ala And D-Ala-D-Lac binding exhibits potent antimicrobial activity against vancomycin-resistant bacteria|journal=Journal of the American Chemical Society|volume=133|issue=35|pages=13946–9|doi=10.1021/ja207142h|pmc=3164945|pmid=21823662|vauthors=Xie J, Pierce JG, James RC, Okano A, Boger DL}}</ref>

Pada kasus yang lebih parah di mana glikopeptida tidak efektif, antibiotik lain seperti linezolid, quinupristin/dalfopristin, daptomisin, ceftaroline, dan tigecycline dapat digunakan.<ref>{{cite journal|date=October 2003|title=Severe Staphylococcus aureus infections caused by clonally related community-acquired methicillin-susceptible and methicillin-resistant isolates|journal=Clinical Infectious Diseases|volume=37|issue=8|pages=1050–8|doi=10.1086/378277|pmid=14523769|vauthors=Mongkolrattanothai K, Boyle S, Kahana MD, Daum RS|doi-access=free}}</ref> Daptomisin direkomendasikan untuk infeksi aliran darah VISA dan endokarditis menurut pedoman saat ini.<ref name="IDSA2011" />

Oxazolidinon, termasuk linezolid, diperkenalkan pada tahun 1990-an dan telah menunjukkan efektivitas yang serupa dengan vankomisin terhadap MRSA. Meskipun resistensi linezolid pada S. aureus dilaporkan pada tahun 2001,<ref>{{cite journal|display-authors=6|date=July 2001|title=Linezolid resistance in a clinical isolate of Staphylococcus aureus|journal=Lancet|volume=358|issue=9277|pages=207–8|doi=10.1016/S0140-6736(01)05410-1|pmid=11476839|vauthors=Tsiodras S, Gold HS, Sakoulas G, Eliopoulos GM, Wennersten C, Venkataraman L, Moellering RC, Ferraro MJ|s2cid=27426801}}</ref> tingkat infeksi tetap rendah. Studi yang dilakukan di Inggris dan Irlandia antara tahun 2001 dan 2006 tidak menemukan resistensi linezolid pada stafilokokus yang dikumpulkan dari kasus bakteremia.<ref>{{cite journal|date=November 2008|title=Non-susceptibility trends among staphylococci from bacteraemias in the UK and Ireland, 2001-06|url=http://jac.oxfordjournals.org/content/62/suppl_2/ii65.full.pdf|journal=The Journal of Antimicrobial Chemotherapy|volume=62 Suppl 2|pages=ii65-74|doi=10.1093/jac/dkn353|pmid=18819981|vauthors=Hope R, Livermore DM, Brick G, Lillie M, Reynolds R}}</ref>


=== Infeksi kulit dan jaringan lunak ===
=== Infeksi kulit dan jaringan lunak ===
Untuk abses kulit, perawatan utama yang direkomendasikan adalah pengangkatan jaringan mati, sayatan, dan drainase. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efektivitas terapi antibiotik spesifik pada infeksi di lokasi pembedahan (IDO). MRSA dapat menyebabkan infeksi jaringan lunak seperti bisul, impetigo, abses, dan IDO. Pada luka bedah, terdapat bukti yang lemah (dengan risiko bias yang tinggi) yang menunjukkan bahwa linezolid mungkin lebih efektif daripada vankomisin dalam memberantas IDO MRSA.
Untuk abses kulit, perawatan utama yang direkomendasikan adalah pengangkatan jaringan mati, sayatan, dan drainase. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efektivitas terapi antibiotik spesifik pada infeksi di lokasi pembedahan (SSI).<ref name="IDSA2011" /> MRSA dapat menyebabkan infeksi jaringan lunak seperti bisul, impetigo, abses, dan SSI.<ref name="YueDong2016" /> Pada luka bedah, terdapat bukti yang lemah (dengan risiko bias yang tinggi) yang menunjukkan bahwa linezolid mungkin lebih efektif daripada vankomisin dalam memberantas MRSA SSI.<ref name="CochraneSurg2013" />


Kolonisasi MRSA juga dapat ditemukan pada luka non-bedah seperti luka traumatis, luka bakar, dan ulkus kronis (misalnya, ulkus diabetes, ulkus tekanan, ulkus insufisiensi arteri, dan ulkus vena). Tidak ada bukti pasti yang ditemukan mengenai rejimen antibiotik terbaik untuk mengobati kolonisasi MRSA.
Kolonisasi MRSA juga dapat ditemukan pada luka non-bedah seperti luka traumatis, luka bakar, dan ulkus kronis (misalnya, ulkus diabetes, ulkus tekanan, ulkus insufisiensi arteri, dan ulkus vena). Tidak ada bukti pasti yang ditemukan mengenai rejimen antibiotik terbaik untuk mengobati kolonisasi MRSA.<ref name="GurusamyWilson2013" />


=== Anak-anak ===
=== Anak-anak ===
Pada infeksi kulit dan tempat infeksi sekunder, mupirocin topikal telah berhasil digunakan. Untuk bakteremia dan endokarditis, vankomisin atau daptomisin biasanya dipertimbangkan. Pada anak-anak dengan tulang atau sendi yang terinfeksi MRSA, pengobatan disesuaikan dan bersifat jangka panjang. Neonatus dapat mengalami pustulosis neonatal akibat infeksi topikal MRSA. Meskipun klindamisin tidak disetujui untuk mengobati infeksi MRSA, klindamisin masih digunakan pada anak-anak untuk infeksi jaringan lunak
Mupirocin topikal merupakan pengobatan yang efektif untuk infeksi kulit dan tempat infeksi sekunder. Vankomisin atau daptomisin biasanya diresepkan untuk kasus bakteremia dan endokarditis terkait MRSA. Anak-anak dengan tulang atau sendi yang terinfeksi MRSA memerlukan pengobatan jangka panjang yang disesuaikan sesuai keadaan individu. Neonatus berisiko mengalami pustulosis neonatal akibat infeksi MRSA topikal. Meskipun klindamisin bukan pengobatan yang disetujui untuk infeksi MRSA, klindamisin masih digunakan pada anak-anak untuk infeksi jaringan lunak.<ref name="IDSA2011" />


=== Endokarditis dan bakteremia ===
=== Endokarditis dan bakteremia ===
Pada kasus infeksi katup prostetik, penggantian dapat dipertimbangkan. Terapi antibiotik mungkin diperlukan hingga enam minggu, dan durasi pengobatan yang direkomendasikan biasanya empat hingga enam minggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi MRSA.<ref name="IDSA2011" />


=== Infeksi pernapasan ===
=== Infeksi pernapasan ===
Pada pasien rawat inap dengan pneumonia CA-MRSA, pengobatan dimulai sebelum hasil kultur tersedia. Setelah kerentanan antibiotik ditentukan, infeksi dapat diobati dengan vankomisin atau linezolid hingga 21 hari. Jika pneumonia dipersulit oleh akumulasi nanah di rongga pleura yang mengelilingi paru-paru, drainase dapat dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik. Individu dengan fibrosis kistik dapat mengalami komplikasi pernapasan akibat infeksi MRSA. Insiden MRSA pada orang dengan fibrosis kistik meningkat lima kali lipat dari tahun 2000 hingga 2015, dengan sebagian besar infeksi adalah HA-MRSA. MRSA menyumbang 26% dari infeksi paru-paru pada penderita cystic fibrosis.
Pada pasien rawat inap dengan pneumonia CA-MRSA, pengobatan dimulai sebelum hasil kultur tersedia. Setelah kerentanan antibiotik ditentukan, infeksi dapat diobati dengan vankomisin atau linezolid hingga 21 hari. Jika pneumonia dipersulit oleh akumulasi nanah di rongga pleura yang mengelilingi paru-paru, drainase dapat dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik.<ref name="IDSA2011" /> Individu dengan [[fibrosis sistik]] dapat mengalami komplikasi pernapasan akibat infeksi MRSA. Insiden MRSA pada orang dengan fibrosis kistik meningkat lima kali lipat dari tahun 2000 hingga 2015, dengan sebagian besar infeksi adalah HA-MRSA. MRSA menyumbang 26% dari infeksi paru-paru pada penderita fibrosis sistik.<ref name="MaselliKeyt2017">{{cite journal|date=May 2017|title=Inhaled Antibiotic Therapy in Chronic Respiratory Diseases|journal=International Journal of Molecular Sciences|volume=18|issue=5|pages=1062|doi=10.3390/ijms18051062|pmc=5454974|pmid=28509852|vauthors=Maselli DJ, Keyt H, Restrepo MI|doi-access=free}}</ref>


Tidak ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan antibiotik topikal atau sistemik untuk infeksi MRSA hidung atau ekstra-hidung.
Tidak ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan antibiotik topikal atau sistemik untuk infeksi MRSA hidung atau ekstra-hidung.<ref>{{cite journal|date=2003-10-20|title=Antimicrobial drugs for treating methicillin-resistant Staphylococcus aureus colonization|journal=The Cochrane Database of Systematic Reviews|issue=4|pages=CD003340|doi=10.1002/14651858.CD003340|pmid=14583969|vauthors=Loeb MB, Main C, Eady A, Walker-Dilks C|collaboration=Cochrane Wounds Group}}</ref>


=== Infeksi tulang dan sendi ===
=== Infeksi tulang dan sendi ===
Langkah awal dalam mengobati infeksi MRSA adalah membersihkan luka dan mengeringkan abses atau jaringan mati. Perawatan antibiotik tidak terstandardisasi dan disesuaikan dengan kasus masing-masing. Tergantung pada tingkat keparahan infeksi, terapi antibiotik dapat berlangsung hingga tiga bulan atau bahkan lebih lama.<ref name="IDSA2011" />


=== Implan yang terinfeksi ===
=== Implan yang terinfeksi ===
Infeksi MRSA dapat dikaitkan dengan implan dan penggantian sendi. Rekomendasi pengobatan didasarkan pada berapa lama implan telah terpasang. Jika implan baru saja dipasang, pengangkatan melalui pembedahan mungkin tidak diperlukan, dan terapi antibiotik dapat dilanjutkan dengan tetap menggunakan alat tersebut. Namun, jika implan telah dipasang selama lebih dari tiga minggu, pengangkatan melalui pembedahan mungkin diperlukan. Terapi antibiotik masih digunakan dalam kedua kasus tersebut, dan mungkin diperlukan untuk jangka waktu yang lama.<ref name="IDSA2011" />


=== Sistem saraf pusat ===
=== Sistem saraf pusat ===
MRSA memiliki kemampuan untuk menginfeksi sistem saraf pusat, yang mengarah pada pembentukan abses otak, empiema subdural, dan abses epidural tulang belakang. Pengobatan biasanya melibatkan eksisi dan drainase, bersama dengan antibiotik. Dalam beberapa kasus, trombosis septik pada sinus vena kavernosus atau dural juga dapat terjadi sebagai komplikasi.<ref name="IDSA2011" />


=== Infeksi lainnya ===
=== Infeksi lainnya ===
Tidak ada pengobatan standar untuk infeksi MRSA di berbagai jaringan. Pendekatan untuk mengobati infeksi MRSA dapat berbeda, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan infeksi. Beberapa contoh infeksi terkait MRSA termasuk abses subperiosteal, pneumonia nekrosis, selulitis, piomiositis, fasciitis nekrosis, mediastinitis, abses miokard, perinefrik, hepar, dan limpa, tromboflebitis septik, serta infeksi okular yang parah seperti endoftalmitis.<ref name="IDSA2011" />

Hewan peliharaan dapat bertindak sebagai reservoir untuk MRSA dan dapat menularkan infeksi kepada manusia. Dalam beberapa kasus, hewan peliharaan juga dapat menunjukkan gejala dan mengembangkan infeksi MRSA. Departemen kesehatan menyarankan untuk membawa hewan peliharaan ke dokter hewan jika infeksi MRSA terus terjadi pada individu yang melakukan kontak dengan hewan peliharaan<ref name="tpchd">{{cite web|title=Living With MRSA|url=http://www.tpchd.org/files/library/2357adf2a147d1aa.pdf|publisher=Group Health Cooperative/Tacoma-Pierce County Health Dept./Washington State Dept. of Health|access-date=20 November 2011}}</ref>


== Pencegahan ==
== Pencegahan ==

Revisi per 6 Mei 2023 23.04

Staphylococcus aureus resisten-metisilin atau Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah sekelompok bakteri gram positif yang berbeda secara genetis dari jenis Staphylococcus aureus lainnya. MRSA bertanggung jawab atas sejumlah infeksi pada manusia yang sulit disembuhkan. Pada 2019, MRSA menyebabkan lebih dari 100.000 kematian yang terkait dengan resistensi antimikroba.

Dengan kata lain, MRSA adalah jenis S. aureus yang telah berevolusi atau memperoleh resistensi obat ganda terhadap antibiotik beta-laktam melalui seleksi alam atau transfer gen secara horizontal. Antibiotik beta-laktam, yang meliputi turunan penisilin seperti metisilin dan oksasilin, serta sepem seperti sefalosporin,[1] adalah kelompok antibiotik yang beragam. Strain yang tidak tahan terhadap antibiotik ini dikenal sebagai S. aureus yang rentan terhadap metisilin (methicillin-susceptible S. aureus, MSSA).

MRSA lazim ditemukan di fasilitas perawatan kesehatan, lembaga pemasyarakatan, dan panti jompo, di mana individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, luka terbuka, dan perangkat invasif seperti kateter berisiko lebih tinggi terkena infeksi yang berhubungan dengan perawatan kesehatan. Awalnya, MRSA merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit, tetapi sekarang telah menjadi infeksi yang didapat di masyarakat dan bahkan didapat melalui hewan ternak. Hal ini tercermin dalam terminologi yang digunakan untuk menggambarkan MRSA: HA-MRSA (MRSA yang terkait dengan perawatan kesehatan atau yang didapat dari rumah sakit), CA-MRSA (MRSA yang terkait dengan komunitas), dan LA-MRSA (MRSA yang terkait dengan hewan ternak).[2]

Tanda dan gejala

Staphylococcus aureus adalah komponen khas dari mikrobioma manusia, yang ditemukan di sistem pernapasan bagian atas,[3] di kulit, dan di dalam lapisan usus.[4] Meskipun dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan bakteri lain, bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika mulai mendominasi atau menyebar ke area lain di dalam tubuh. Infeksi semacam itu disebut sebagai "patobion," di mana mikroorganisme yang biasanya komensal menjadi patogen oportunistik.[3]

Dalam jaringan manusia, MRSA dapat berkembang biak dan mengembangkan resistensi terhadap pengobatan dalam waktu 72 jam. Tanda-tanda awal infeksi MRSA adalah benjolan kecil berwarna merah seperti jerawat, yang mungkin menyerupai gigitan laba-laba atau bisul, dan dapat disertai demam dan terkadang ruam. Dalam beberapa hari, benjolan ini membesar dan menjadi lebih menyakitkan, yang akhirnya berkembang menjadi luka yang dalam dan berisi nanah. Sekitar 75% infeksi CA-MRSA terbatas pada kulit dan jaringan lunak, dan biasanya dapat diobati dengan efektif.[5]

Faktor risiko

Beberapa populasi khusus yang berisiko meliputi:

  • Individu dengan perangkat implan, prostetik, saluran air, atau kateter[1][6]
  • Mereka yang sering berada di lingkungan yang ramai dengan peralatan bersama dan kontak fisik yang dekat[7]
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu, seperti penderita HIV/AIDS, lupus, atau kanker, penerima transplantasi, penderita asma berat, dll.
  • Penderita diabetes[1][8]
  • Pengguna obat intravena[9][10][11]
  • Mereka yang melakukan kontak rutin dengan seseorang yang telah menggunakan obat intravena dalam satu tahun terakhir[12]
  • Pengguna antibiotik kuinolon[6][13]
  • Orang tua[6][14]
  • Anak-anak sekolah yang berbagi peralatan olahraga dan peralatan lainnya
  • Mahasiswa yang tinggal di asrama[7]
  • Individu yang tinggal atau bekerja di fasilitas kesehatan untuk waktu yang lama[6][7]
  • Orang yang sering mengunjungi perairan pesisir di mana MRSA ada, seperti pantai Florida dan Pantai Barat tertentu di AS[15][16]
  • Mereka yang berada di ruang terbatas dengan orang lain, termasuk penghuni penampungan tunawisma, narapidana di penjara, dan anggota militer yang sedang menjalani pelatihan dasar[17][18]
  • Dokter hewan, penangan ternak, dan pemilik hewan peliharaan[19]
  • Konsumen susu mentah[20]
  • Individu dengan gangguan sistem kekebalan[21]:249
  • Orang dengan penyakit paru obstruktif kronik[6]
  • Individu yang telah menjalani operasi toraks[6]

Sebanyak 22% orang yang terinfeksi MRSA tidak memiliki faktor risiko yang jelas.[22] :637

Orang yang dirawat di rumah sakit

Pasien yang dirawat di rumah sakit, terutama lansia, sering kali memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga lebih rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk MRSA. Infeksi oleh MRSA dalam kondisi seperti ini disebut sebagai S. aureus resisten metisilin yang terkait dengan perawatan kesehatan atau yang didapat di rumah sakit (HA-MRSA). Umumnya, orang yang dirawat oleh dokter karena MRSA tetap terinfeksi selama sekitar 10 hari, meskipun hasilnya dapat bervariasi.

HA-MRSA dapat menginfeksi luka bedah dan non-bedah. Infeksi di lokasi pembedahan dimulai dari permukaan kulit, tetapi dapat menyebar ke organ dalam dan darah, yang menyebabkan sepsis. Penularan dapat terjadi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien, terutama ketika penyedia layanan kesehatan gagal mempraktikkan kebersihan tangan yang tepat di antara pemeriksaan.

Penghuni panti jompo berisiko karena alasan yang disebutkan di atas, yang diperburuk oleh sistem kekebalan tubuh mereka yang biasanya lebih lemah.

Narapidana dan personel militer

Penjara dan barak militer bisa jadi penuh sesak dan terbatas, yang berpotensi menyebabkan praktik kebersihan yang buruk dan peningkatan risiko infeksi MRSA bagi para penghuninya. Kasus MRSA pada populasi seperti itu awalnya dilaporkan di Amerika Serikat, diikuti oleh Kanada. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit membuat laporan paling awal di penjara negara bagian AS. Antara tahun 2000 dan 2008, banyak wabah MRSA di penjara yang dilaporkan di media. Misalnya, pada bulan Februari 2008, penjara Tulsa County di Oklahoma mulai merawat rata-rata 12 kasus S. aureus per bulan.

Hewan

Penggunaan antibiotik pada hewan ternak meningkatkan kemungkinan berkembangnya MRSA di antara hewan-hewan tersebut; strain MRSA ST 398 dan CC398 dapat ditularkan ke manusia. Pada kebanyakan kasus, hewan tidak menunjukkan gejala.

Hewan peliharaan dapat tertular MRSA dari pemiliknya, dan demikian pula, hewan peliharaan yang terinfeksi MRSA dapat menularkan infeksi kepada manusia.

Atlet

Ruang ganti, pusat kebugaran, dan fasilitas atletik lainnya dapat menjadi lokasi potensial untuk kontaminasi dan infeksi MRSA. Atlet dianggap sebagai kelompok berisiko tinggi. Sebuah penelitian menghubungkan MRSA dengan lecet yang disebabkan oleh rumput sintetis. Departemen Kesehatan Negara Bagian Texas menemukan bahwa pemain sepak bola memiliki tingkat infeksi 16 kali lebih tinggi daripada rata-rata nasional dalam tiga penelitian terpisah. Pada Oktober 2006, seorang pemain sepak bola sekolah menengah lumpuh sementara karena luka bakar rumput yang terinfeksi MRSA; infeksinya kambuh pada Januari 2007, mengharuskan tiga operasi dan tiga minggu rawat inap di rumah sakit.

Pada 2013, pemain Tampa Bay Buccaneers, Lawrence Tynes, Carl Nicks, dan Johnthan Banks didiagnosis menderita MRSA, dengan Tynes dan Nicks tidak tertular satu sama lain, tetapi sumber infeksi Banks masih belum diketahui. Pada 2015, pemain gelandang Los Angeles Dodgers Justin Turner tertular MRSA saat mengunjungi New York Mets, dan pada bulan Oktober tahun itu, pemain gelandang New York Giants Daniel Fells dirawat di rumah sakit karena infeksi MRSA yang parah.

Anak-anak

MRSA semakin menjadi masalah yang signifikan pada anak-anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa 4,6% pasien di fasilitas perawatan kesehatan AS, mungkin termasuk ruang perawatan di rumah sakit, terinfeksi atau terkontaminasi MRSA. Baik anak-anak maupun orang dewasa yang sering mengunjungi tempat penitipan anak, taman bermain, ruang ganti, kamp, asrama, ruang kelas, dan pusat kebugaran atau fasilitas olahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular MRSA. Orang tua harus sangat waspada dengan anak-anak yang terlibat dalam kegiatan di mana peralatan olahraga digunakan bersama, seperti helm sepak bola dan seragam.

Pengguna obat intravena

Penggunaan obat-obatan yang membutuhkan jarum suntik telah berkontribusi terhadap peningkatan MRSA, dengan penggunaan narkoba suntik (IDU) mencapai 24,1% (1.839 orang) dari Sistem Pemulangan Rumah Sakit Tennessee. Praktik penyuntikan yang tidak bersih menjadi pintu masuk bagi MRSA untuk masuk ke dalam aliran darah dan mulai menginfeksi inang. Selain itu, karena tingkat penularan MRSA yang tinggi, faktor risiko yang umum adalah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang telah menggunakan narkoba suntik dalam satu tahun terakhir.

Mekanisme

Resistensi antimikroba memiliki dasar genetik dan difasilitasi oleh akuisisi elemen genetik ekstrakromosom yang mengandung gen yang memberikan resistensi terhadap antibiotik tertentu. Contoh elemen-elemen ini termasuk plasmid, elemen genetik yang dapat dipindahtangankan, dan pulau genom, yang dapat ditransfer di antara bakteri melalui transfer gen horizontal. Ciri khas MRSA adalah kemampuannya untuk bertahan hidup dengan adanya antibiotik mirip penisilin, yang biasanya menghambat pertumbuhan bakteri dengan mencegah sintesis dinding sel. Resistensi ini disebabkan oleh gen mecA, yang mencegah antibiotik β-laktam menonaktifkan enzim (transpeptidase) yang penting untuk sintesis dinding sel.

SCCmec

Staphylococcal cassette chromosome mec (SCCmec) adalah sebuah pulau genom yang tidak diketahui asalnya yang mengandung gen resistensi antibiotik mecA. SCCmec mencakup gen tambahan di luar mecA, seperti gen sitolisin psm-mec, yang dapat mengurangi virulensi pada strain MRSA yang diakibatkan oleh HA. Selain itu, lokus ini mengkodekan RNA pengatur gen yang bergantung pada strain yang dikenal sebagai psm-mecRNA. SCCmec juga mengandung ccrA dan ccrB, yang keduanya mengkode rekombinanase yang memfasilitasi integrasi spesifik lokasi dan eksisi elemen SCCmec dari kromosom S. aureus.

Saat ini, enam jenis SCCmec yang unik telah diidentifikasi, dengan ukuran mulai dari 21 hingga 67 kb. Mereka disebut tipe I-VI dan dibedakan berdasarkan variasi kompleks gen mec dan ccr. Karena ukuran elemen SCCmec dan keterbatasan transfer gen horizontal, setidaknya lima klon diyakini bertanggung jawab atas penyebaran infeksi MRSA, dengan kompleks klonal (CC) 8 menjadi yang paling umum. SCCmec diperkirakan berasal dari spesies Staphylococcus sciuri yang berkerabat dekat dan dipindahkan secara horizontal ke S. aureus.

mecA

mecA adalah gen biomarker yang bertanggung jawab atas resistensi terhadap metisilin dan antibiotik β-laktam lainnya. Setelah memperoleh mecA, gen tersebut harus diintegrasikan dan dilokalisasi di dalam kromosom S. aureus. mecA mengkode protein pengikat penisilin 2a (PBP2a), yang berbeda dengan protein pengikat penisilin lainnya karena situs aktifnya tidak mengikat penisilin atau antibiotik β-laktam lainnya. Akibatnya, PBP2a dapat terus mengkatalisis reaksi transpeptidasi yang diperlukan untuk ikatan silang peptidoglikan, yang memungkinkan sintesis dinding sel bahkan dengan adanya antibiotik. Karena ketidakmampuan PBP2a untuk berinteraksi dengan kelompok β-laktam, akuisisi mecA memberikan resistensi terhadap semua antibiotik β-laktam, bukan hanya metisilin.

Elemen seluler katabolik arginin

Galur

Akuisisi SCCmec pada S. aureus yang peka terhadap metisilin (MSSA) mengarah pada pengembangan berbagai garis keturunan MRSA yang berbeda secara genetik. Perbedaan genetik dalam strain MRSA ini dapat menjelaskan variabilitas dalam virulensi dan infeksi MRSA yang terkait. Strain MRSA pertama, ST250 MRSA-1, dihasilkan dari integrasi SCCmec dan ST250-MSSA. Secara historis, klon MRSA utama seperti ST2470-MRSA-I, ST239-MRSA-III, ST5-MRSA-II, dan ST5-MRSA-IV bertanggung jawab atas infeksi MRSA yang didapat di rumah sakit (HA-MRSA). ST239-MRSA-III, yang juga dikenal sebagai klon Brasil, lebih mudah menular dibandingkan klon lainnya dan menyebar ke seluruh Argentina, Republik Ceko, dan Portugal.

Diagnosis

Laboratorium mikrobiologi diagnostik dan laboratorium rujukan memainkan peran penting dalam mengidentifikasi wabah MRSA. Biasanya, bakteri harus dibiakkan dari darah, urin, dahak, atau sampel cairan tubuh lainnya dalam jumlah yang cukup untuk melakukan tes konfirmasi sejak dini. Namun, karena tidak ada metode yang cepat dan mudah untuk mendiagnosis MRSA, pengobatan awal infeksi sering kali bergantung pada "kecurigaan yang kuat" dan teknik yang digunakan oleh dokter yang merawat. Teknik-teknik ini termasuk prosedur PCR kuantitatif, yang digunakan di laboratorium klinis untuk mendeteksi dan mengidentifikasi strain MRSA dengan cepat.[23][24]

Tes laboratorium umum lainnya adalah tes aglutinasi lateks cepat yang mendeteksi protein PBP2a. PBP2a adalah protein pengikat penisilin varian yang memungkinkan S. aureus resisten terhadap oksasilin.[25]

Mikrobiologi

Mirip dengan semua S. aureus, MRSA adalah bakteri gram positif berbentuk bola (kokus) dengan diameter sekitar 1 mikron. Bakteri ini tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Bakteri ini sering ditemukan dalam kelompok atau rantai seperti anggur. Tidak seperti S. aureus yang rentan terhadap metisilin (MSSA), MRSA tumbuh lambat di berbagai media dan telah ditemukan dalam koloni campuran dengan MSSA. Gen mecA, yang memberikan resistensi terhadap beberapa antibiotik, selalu ada pada MRSA dan biasanya tidak ada pada MSSA. Namun, ada beberapa kasus di mana gen mecA ada di MSSA tetapi tidak diekspresikan. Uji PCR merupakan metode yang paling akurat untuk mengidentifikasi strain MRSA. Media kultur khusus telah dikembangkan untuk membedakan MSSA dan MRSA dengan lebih baik, dan dalam beberapa kasus, media ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi strain spesifik yang resisten terhadap antibiotik yang berbeda.[26]

Terdapat beberapa strain S. aureus yang telah muncul dengan berbagai tingkat resistensi terhadap antibiotik seperti oksasilin, klindamisin, teicoplanin, dan eritromisin. Beberapa dari strain ini mungkin memiliki gen mecA, sementara yang lain tidak. Selain itu, S. aureus telah mengembangkan resistensi terhadap vankomisin, yang mengakibatkan munculnya VRSA. Satu strain, yang dikenal sebagai vancomycin-intermediate S. aureus (VISA), hanya sebagian rentan terhadap vankomisin. Strain lain, yang disebut glikopeptida-antara S. aureus (GISA), kurang rentan terhadap vankomisin dan teicoplanin. Tingkat resistensi antibiotik pada S. aureus dapat ditentukan dengan mengukur konsentrasi antibiotik yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan. Jika konsentrasi vankomisin yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan kurang dari atau sama dengan 4 μg/ml, maka strain tersebut dianggap rentan. Sebaliknya, jika konsentrasi yang lebih besar dari 32 μg/ml diperlukan untuk menghambat pertumbuhan, strain dianggap resisten.[27]

Pengobatan

Antibiotik

Penanganan infeksi MRSA yang cepat sangat penting karena penundaan dapat berakibat fatal.[28] Lokasi spesifik dan riwayat infeksi menentukan pengobatan yang tepat. Rute pemberian antibiotik dapat bervariasi, dan dapat diberikan melalui intravena, oral, atau kombinasi keduanya, tergantung pada keadaan individu dan faktor pasien.[5] Pengobatan bersamaan dengan vankomisin atau agen beta-laktam lainnya mungkin memiliki efek sinergis dan dapat dipertimbangkan.[29]

Baik MRSA yang terkait dengan komunitas (CA-MRSA) maupun MRSA yang terkait dengan layanan kesehatan (HA-MRSA) resisten terhadap antibiotik beta-laktam tradisional seperti sefaleksin. Namun, CA-MRSA memiliki kerentanan yang lebih luas terhadap agen antimikroba lain seperti obat sulfa (termasuk kotrimoksazol), tetrasiklin (seperti doksisiklin dan minosiklin), dan klindamisin (untuk osteomielitis).[5] Linezolid adalah pengobatan yang efektif untuk MRSA dan memiliki tingkat keberhasilan 87%,[30] dengan rejimen pengobatan yang bervariasi berdasarkan tingkat individu dan serum antibiotik.[31] Dibandingkan dengan vankomisin, linezolid lebih efektif dalam mengobati infeksi jaringan lunak.[32] Masyarakat Penyakit Menular Amerika merekomendasikan vankomisin, linezolid, atau klindamisin (jika rentan) untuk mengobati mereka yang menderita pneumonia MRSA.[5] Ceftaroline, sefalosporin generasi kelima, adalah antibiotik beta-laktam pertama yang disetujui di AS untuk mengobati infeksi MRSA pada kulit dan jaringan lunak atau pneumonia yang didapat dari komunitas.[33]

Antibiotik glikopeptida, seperti vankomisin dan teicoplanin, umumnya digunakan untuk mengobati infeksi MRSA.[34] Teicoplanin secara struktural mirip dengan vankomisin dan memiliki waktu paruh yang lebih lama tetapi memiliki spektrum aktivitas yang sama.[35] Karena penyerapan antibiotik ini secara oral terbatas, antibiotik ini sering kali diberikan secara intravena untuk infeksi sistemik.[36] Namun, penggunaan vankomisin dapat menjadi tantangan karena rute pemberiannya yang tidak nyaman, dan kemanjurannya terhadap MRSA umumnya lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik beta-laktam tradisional terhadap S. aureus yang rentan terhadap metisilin (MSSA).[37][38]

Strain MRSA yang baru ditemukan telah menunjukkan resistensi bahkan terhadap vankomisin dan teicoplanin. Beberapa strain memiliki tingkat resistensi menengah, yang disebut sebagai glikopeptida-antara S. aureus (GISA) atau vankomisin-antara S. aureus (VISA),[39][40] dengan tingkat resistensi berkisar antara 4-8 μg/ml. Kasus pertama diidentifikasi di Jepang pada tahun 1996, dan sejak saat itu, strain telah ditemukan di rumah sakit di beberapa negara termasuk Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2002, kasus resistensi lengkap terhadap vankomisin yang terdokumentasi pertama kali, yang disebut sebagai S. aureus yang resisten terhadap vankomisin (VRSA), diidentifikasi di Amerika Serikat.[41] Namun, varian vankomisin yang berikatan dengan variasi laktat telah diuji dan menunjukkan aktivitas antimikroba yang kuat.[42]

Pada kasus yang lebih parah di mana glikopeptida tidak efektif, antibiotik lain seperti linezolid, quinupristin/dalfopristin, daptomisin, ceftaroline, dan tigecycline dapat digunakan.[43] Daptomisin direkomendasikan untuk infeksi aliran darah VISA dan endokarditis menurut pedoman saat ini.[5]

Oxazolidinon, termasuk linezolid, diperkenalkan pada tahun 1990-an dan telah menunjukkan efektivitas yang serupa dengan vankomisin terhadap MRSA. Meskipun resistensi linezolid pada S. aureus dilaporkan pada tahun 2001,[44] tingkat infeksi tetap rendah. Studi yang dilakukan di Inggris dan Irlandia antara tahun 2001 dan 2006 tidak menemukan resistensi linezolid pada stafilokokus yang dikumpulkan dari kasus bakteremia.[45]

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Untuk abses kulit, perawatan utama yang direkomendasikan adalah pengangkatan jaringan mati, sayatan, dan drainase. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efektivitas terapi antibiotik spesifik pada infeksi di lokasi pembedahan (SSI).[5] MRSA dapat menyebabkan infeksi jaringan lunak seperti bisul, impetigo, abses, dan SSI.[32] Pada luka bedah, terdapat bukti yang lemah (dengan risiko bias yang tinggi) yang menunjukkan bahwa linezolid mungkin lebih efektif daripada vankomisin dalam memberantas MRSA SSI.[1]

Kolonisasi MRSA juga dapat ditemukan pada luka non-bedah seperti luka traumatis, luka bakar, dan ulkus kronis (misalnya, ulkus diabetes, ulkus tekanan, ulkus insufisiensi arteri, dan ulkus vena). Tidak ada bukti pasti yang ditemukan mengenai rejimen antibiotik terbaik untuk mengobati kolonisasi MRSA.[30]

Anak-anak

Mupirocin topikal merupakan pengobatan yang efektif untuk infeksi kulit dan tempat infeksi sekunder. Vankomisin atau daptomisin biasanya diresepkan untuk kasus bakteremia dan endokarditis terkait MRSA. Anak-anak dengan tulang atau sendi yang terinfeksi MRSA memerlukan pengobatan jangka panjang yang disesuaikan sesuai keadaan individu. Neonatus berisiko mengalami pustulosis neonatal akibat infeksi MRSA topikal. Meskipun klindamisin bukan pengobatan yang disetujui untuk infeksi MRSA, klindamisin masih digunakan pada anak-anak untuk infeksi jaringan lunak.[5]

Endokarditis dan bakteremia

Pada kasus infeksi katup prostetik, penggantian dapat dipertimbangkan. Terapi antibiotik mungkin diperlukan hingga enam minggu, dan durasi pengobatan yang direkomendasikan biasanya empat hingga enam minggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi MRSA.[5]

Infeksi pernapasan

Pada pasien rawat inap dengan pneumonia CA-MRSA, pengobatan dimulai sebelum hasil kultur tersedia. Setelah kerentanan antibiotik ditentukan, infeksi dapat diobati dengan vankomisin atau linezolid hingga 21 hari. Jika pneumonia dipersulit oleh akumulasi nanah di rongga pleura yang mengelilingi paru-paru, drainase dapat dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik.[5] Individu dengan fibrosis sistik dapat mengalami komplikasi pernapasan akibat infeksi MRSA. Insiden MRSA pada orang dengan fibrosis kistik meningkat lima kali lipat dari tahun 2000 hingga 2015, dengan sebagian besar infeksi adalah HA-MRSA. MRSA menyumbang 26% dari infeksi paru-paru pada penderita fibrosis sistik.[46]

Tidak ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan antibiotik topikal atau sistemik untuk infeksi MRSA hidung atau ekstra-hidung.[47]

Infeksi tulang dan sendi

Langkah awal dalam mengobati infeksi MRSA adalah membersihkan luka dan mengeringkan abses atau jaringan mati. Perawatan antibiotik tidak terstandardisasi dan disesuaikan dengan kasus masing-masing. Tergantung pada tingkat keparahan infeksi, terapi antibiotik dapat berlangsung hingga tiga bulan atau bahkan lebih lama.[5]

Implan yang terinfeksi

Infeksi MRSA dapat dikaitkan dengan implan dan penggantian sendi. Rekomendasi pengobatan didasarkan pada berapa lama implan telah terpasang. Jika implan baru saja dipasang, pengangkatan melalui pembedahan mungkin tidak diperlukan, dan terapi antibiotik dapat dilanjutkan dengan tetap menggunakan alat tersebut. Namun, jika implan telah dipasang selama lebih dari tiga minggu, pengangkatan melalui pembedahan mungkin diperlukan. Terapi antibiotik masih digunakan dalam kedua kasus tersebut, dan mungkin diperlukan untuk jangka waktu yang lama.[5]

Sistem saraf pusat

MRSA memiliki kemampuan untuk menginfeksi sistem saraf pusat, yang mengarah pada pembentukan abses otak, empiema subdural, dan abses epidural tulang belakang. Pengobatan biasanya melibatkan eksisi dan drainase, bersama dengan antibiotik. Dalam beberapa kasus, trombosis septik pada sinus vena kavernosus atau dural juga dapat terjadi sebagai komplikasi.[5]

Infeksi lainnya

Tidak ada pengobatan standar untuk infeksi MRSA di berbagai jaringan. Pendekatan untuk mengobati infeksi MRSA dapat berbeda, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan infeksi. Beberapa contoh infeksi terkait MRSA termasuk abses subperiosteal, pneumonia nekrosis, selulitis, piomiositis, fasciitis nekrosis, mediastinitis, abses miokard, perinefrik, hepar, dan limpa, tromboflebitis septik, serta infeksi okular yang parah seperti endoftalmitis.[5]

Hewan peliharaan dapat bertindak sebagai reservoir untuk MRSA dan dapat menularkan infeksi kepada manusia. Dalam beberapa kasus, hewan peliharaan juga dapat menunjukkan gejala dan mengembangkan infeksi MRSA. Departemen kesehatan menyarankan untuk membawa hewan peliharaan ke dokter hewan jika infeksi MRSA terus terjadi pada individu yang melakukan kontak dengan hewan peliharaan[48]

Pencegahan

Skrining

Cuci tangan

Isolasi

Membatasi penggunaan antibiotik

Pertimbangan kesehatan masyarakat

Dekolonisasi

Komunitas

Pertanian

Epidemiologi

HA-MRSA

CA-MRSA

LA-MRSA

Sejarah

Di media

Referensi

  1. ^ a b c d Gurusamy KS, Koti R, Toon CD, Wilson P, Davidson BR (August 2013). "Antibiotic therapy for the treatment of methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) infections in surgical wounds". The Cochrane Database of Systematic Reviews (8): CD009726. doi:10.1002/14651858.CD009726.pub2. PMID 23963687. 
  2. ^ Kourtis, Athena P.; Hatfield, Kelly; Baggs, James; Mu, Yi; See, Isaac; Epson, Erin; Nadle, Joelle; Kainer, Marion A.; Dumyati, Ghinwa (2019-03-08). "Vital Signs: Epidemiology and Recent Trends in Methicillin-Resistant and in Methicillin-Susceptible Staphylococcus aureus Bloodstream Infections — United States". MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report. 68 (9): 214–219. doi:10.15585/mmwr.mm6809e1. ISSN 0149-2195. PMC 6421967alt=Dapat diakses gratis. PMID 30845118. 
  3. ^ a b Schenck LP, Surette MG, Bowdish DM (November 2016). "Composition and immunological significance of the upper respiratory tract microbiota". FEBS Letters. 590 (21): 3705–3720. doi:10.1002/1873-3468.12455. PMC 7164007alt=Dapat diakses gratis. PMID 27730630. 
  4. ^ Wollina U (2017). "Microbiome in atopic dermatitis". Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology. 10: 51–56. doi:10.2147/CCID.S130013. PMC 5327846alt=Dapat diakses gratis. PMID 28260936. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m Liu C, Bayer A, Cosgrove SE, Daum RS, Fridkin SK, Gorwitz RJ, et al. (February 2011). "Clinical practice guidelines by the infectious diseases society of america for the treatment of methicillin-resistant Staphylococcus aureus infections in adults and children". Clinical Infectious Diseases. 52 (3): e18–55. doi:10.1093/cid/ciq146alt=Dapat diakses gratis. PMID 21208910. 
  6. ^ a b c d e f Sganga G, Tascini C, Sozio E, Carlini M, Chirletti P, Cortese F, et al. (2016). "Focus on the prophylaxis, epidemiology and therapy of methicillin-resistant Staphylococcus aureus surgical site infections and a position paper on associated risk factors: the perspective of an Italian group of surgeons". World Journal of Emergency Surgery. 11 (1): 26. doi:10.1186/s13017-016-0086-1. PMC 4908758alt=Dapat diakses gratis. PMID 27307786. 
  7. ^ a b c "General Information About MRSA in the Community". Centers for Disease Control and Prevention. 10 September 2013. Diakses tanggal 9 October 2014. 
  8. ^ Lipsky BA, Tabak YP, Johannes RS, Vo L, Hyde L, Weigelt JA (May 2010). "Skin and soft tissue infections in hospitalised patients with diabetes: culture isolates and risk factors associated with mortality, length of stay and cost". Diabetologia. 53 (5): 914–23. doi:10.1007/s00125-010-1672-5alt=Dapat diakses gratis. PMID 20146051. 
  9. ^ Otter JA, French GL (November 2011). "Community-associated meticillin-resistant Staphylococcus aureus strains as a cause of healthcare-associated infection". The Journal of Hospital Infection. 79 (3): 189–93. doi:10.1016/j.jhin.2011.04.028. PMID 21741111. 
  10. ^ Kluytmans‐VandenBergh, M. F. Q.; Kluytmans, J. A. J. W. (2006). "Community‐acquired methicillin‐resistant Staphylococcus aureus: current perspectives". Clinical Microbiology and Infection. 12: 9–15. doi:10.1111/j.1469-0691.2006.01341.xalt=Dapat diakses gratis. PMID 16445719. 
  11. ^ Golding GR, Quinn B, Bergstrom K, Stockdale D, Woods S, Nsungu M, et al. (January 2012). "Community-based educational intervention to limit the dissemination of community-associated methicillin-resistant Staphylococcus aureus in Northern Saskatchewan, Canada". BMC Public Health. 12 (1): 15. doi:10.1186/1471-2458-12-15. PMC 3287965alt=Dapat diakses gratis. PMID 22225643. 
  12. ^ Loewen, Kassandra; Schreiber, Yoko; Kirlew, Mike; Bocking, Natalie; Kelly, Len (July 2017). "Community-associated methicillin-resistant Staphylococcus aureus infection". Canadian Family Physician. 63 (7): 512–520. ISSN 0008-350X. PMC 5507223alt=Dapat diakses gratis. PMID 28701438. 
  13. ^ Tacconelli E, De Angelis G, Cataldo MA, Pozzi E, Cauda R (January 2008). "Does antibiotic exposure increase the risk of methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) isolation? A systematic review and meta-analysis". The Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 61 (1): 26–38. doi:10.1093/jac/dkm416alt=Dapat diakses gratis. PMID 17986491. 
  14. ^ Dumyati G, Stone ND, Nace DA, Crnich CJ, Jump RL (April 2017). "Challenges and Strategies for Prevention of Multidrug-Resistant Organism Transmission in Nursing Homes". Current Infectious Disease Reports. 19 (4): 18. doi:10.1007/s11908-017-0576-7. PMC 5382184alt=Dapat diakses gratis. PMID 28382547. 
  15. ^ "Study: Beachgoers More Likely to Catch MRSA". FoxNews.com. Reuters. 2009-02-16. 
  16. ^ Marilynn Marchione (2009-09-12). "Dangerous staph germs found at West Coast beaches". Associated Press. 
  17. ^ Zinderman CE, Conner B, Malakooti MA, LaMar JE, Armstrong A, Bohnker BK (May 2004). "Community-acquired methicillin-resistant Staphylococcus aureus among military recruits". Emerging Infectious Diseases. 10 (5): 941–4. doi:10.3201/eid1005.030604. PMC 3323224alt=Dapat diakses gratis. PMID 15200838. 
  18. ^ "MRSA History Timeline: The First Half-Century, 1959–2009". The University of Chicago Medical Center. 2010. 
  19. ^ David MZ, Daum RS (July 2010). "Community-associated methicillin-resistant Staphylococcus aureus: epidemiology and clinical consequences of an emerging epidemic". Clinical Microbiology Reviews. 23 (3): 616–87. doi:10.1128/CMR.00081-09. PMC 2901661alt=Dapat diakses gratis. PMID 20610826. 
  20. ^ Gopal S, Divya KC (March 2017). "Staphylococcus aureus prevalence from dairy cows in India act as potential risk for community-associated infections?: A review". Veterinary World. 10 (3): 311–318. doi:10.14202/vetworld.2017.311-318. PMC 5387658alt=Dapat diakses gratis. PMID 28435193. 
  21. ^ Ficalora, Robert (2013). Mayo Clinic internal medicine board review. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-994894-9. 
  22. ^ Winn, Washington (2006). Koneman's color atlas and textbook of diagnostic microbiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-0-7817-3014-3. 
  23. ^ Francois P, Schrenzel J (2008). "Rapid Diagnosis and Typing of Staphylococcus aureus". Staphylococcus: Molecular Genetics. Caister Academic Press. ISBN 978-1-904455-29-5. 
  24. ^ Mackay IM, ed. (2007). Real-Time PCR in Microbiology: From Diagnosis to Characterization. Caister Academic Press. ISBN 978-1-904455-18-9. 
  25. ^ Seiken, Denka. "MRSA latex test for PBP2". 
  26. ^ Murray, Patrick (2007). Manual of clinical microbiology. Washington, D.C: ASM Press. ISBN 978-1-55581-371-0. 
  27. ^ Winn, Washington (2006). Koneman's color atlas and textbook of diagnostic microbiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-0-7817-3014-3. 
  28. ^ Ficalora, Robert (2013). Mayo Clinic internal medicine board review. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-994894-9. 
  29. ^ Winn, Washington (2006). Koneman's color atlas and textbook of diagnostic microbiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-0-7817-3014-3. 
  30. ^ a b Gurusamy KS, Koti R, Toon CD, Wilson P, Davidson BR (November 2013). Gurusamy KS, ed. "Antibiotic therapy for the treatment of methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) in non surgical wounds". The Cochrane Database of Systematic Reviews (11): CD010427. doi:10.1002/14651858.CD010427. PMID 24242704. 
  31. ^ Choo EJ, Chambers HF (December 2016). "Treatment of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus Bacteremia". Infection & Chemotherapy. 48 (4): 267–273. doi:10.3947/ic.2016.48.4.267. PMC 5204005alt=Dapat diakses gratis. PMID 28032484. 
  32. ^ a b Yue J, Dong BR, Yang M, Chen X, Wu T, Liu GJ (January 2016). "Linezolid versus vancomycin for skin and soft tissue infections". The Cochrane Database of Systematic Reviews (1): CD008056. doi:10.1002/14651858.CD008056.pub3. PMID 26758498. 
  33. ^ "FDA Approves Teflaro for Bacterial Infections". Food and Drug Administration. 
  34. ^ Schentag JJ, Hyatt JM, Carr JR, Paladino JA, Birmingham MC, Zimmer GS, Cumbo TJ (May 1998). "Genesis of methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), how treatment of MRSA infections has selected for vancomycin-resistant Enterococcus faecium, and the importance of antibiotic management and infection control". Clinical Infectious Diseases. 26 (5): 1204–14. doi:10.1086/520287alt=Dapat diakses gratis. PMID 9597254. 
  35. ^ Rybak MJ, Lerner SA, Levine DP, Albrecht LM, McNeil PL, Thompson GA, et al. (April 1991). "Teicoplanin pharmacokinetics in intravenous drug abusers being treated for bacterial endocarditis". Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 35 (4): 696–700. doi:10.1128/AAC.35.4.696. PMC 245081alt=Dapat diakses gratis. PMID 1829880. 
  36. ^ Janknegt R (June 1997). "The treatment of staphylococcal infections with special reference to pharmacokinetic, pharmacodynamic and pharmacoeconomic considerations". Pharmacy World & Science. 19 (3): 133–41. doi:10.1023/A:1008609718457. PMID 9259029. 
  37. ^ Chang FY, Peacock JE, Musher DM, Triplett P, MacDonald BB, Mylotte JM, et al. (September 2003). "Staphylococcus aureus bacteremia: recurrence and the impact of antibiotic treatment in a prospective multicenter study". Medicine. 82 (5): 333–9. doi:10.1097/01.md.0000091184.93122.09. PMID 14530782. 
  38. ^ Siegman-Igra Y, Reich P, Orni-Wasserlauf R, Schwartz D, Giladi M (2005). "The role of vancomycin in the persistence or recurrence of Staphylococcus aureus bacteraemia". Scandinavian Journal of Infectious Diseases. 37 (8): 572–578. doi:10.1080/00365540510038488. PMID 16138425. 
  39. ^ Sieradzki K, Tomasz A (April 1997). "Inhibition of cell wall turnover and autolysis by vancomycin in a highly vancomycin-resistant mutant of Staphylococcus aureus". Journal of Bacteriology. 179 (8): 2557–66. doi:10.1128/jb.179.8.2557-2566.1997. PMC 179004alt=Dapat diakses gratis. PMID 9098053. 
  40. ^ Schito GC (March 2006). "The importance of the development of antibiotic resistance in Staphylococcus aureus". Clinical Microbiology and Infection. 12 Suppl 1 (Suppl 1): 3–8. doi:10.1111/j.1469-0691.2006.01343.xalt=Dapat diakses gratis. PMID 16445718. 
  41. ^ Bozdogan B, Esel D, Whitener C, Browne FA, Appelbaum PC (November 2003). "Antibacterial susceptibility of a vancomycin-resistant Staphylococcus aureus strain isolated at the Hershey Medical Center". The Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 52 (5): 864–8. doi:10.1093/jac/dkg457alt=Dapat diakses gratis. PMID 14563898. 
  42. ^ Xie J, Pierce JG, James RC, Okano A, Boger DL (September 2011). "A redesigned vancomycin engineered for dual D-Ala-D-ala And D-Ala-D-Lac binding exhibits potent antimicrobial activity against vancomycin-resistant bacteria". Journal of the American Chemical Society. 133 (35): 13946–9. doi:10.1021/ja207142h. PMC 3164945alt=Dapat diakses gratis. PMID 21823662. 
  43. ^ Mongkolrattanothai K, Boyle S, Kahana MD, Daum RS (October 2003). "Severe Staphylococcus aureus infections caused by clonally related community-acquired methicillin-susceptible and methicillin-resistant isolates". Clinical Infectious Diseases. 37 (8): 1050–8. doi:10.1086/378277alt=Dapat diakses gratis. PMID 14523769. 
  44. ^ Tsiodras S, Gold HS, Sakoulas G, Eliopoulos GM, Wennersten C, Venkataraman L, et al. (July 2001). "Linezolid resistance in a clinical isolate of Staphylococcus aureus". Lancet. 358 (9277): 207–8. doi:10.1016/S0140-6736(01)05410-1. PMID 11476839. 
  45. ^ Hope R, Livermore DM, Brick G, Lillie M, Reynolds R (November 2008). "Non-susceptibility trends among staphylococci from bacteraemias in the UK and Ireland, 2001-06" (PDF). The Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 62 Suppl 2: ii65–74. doi:10.1093/jac/dkn353. PMID 18819981. 
  46. ^ Maselli DJ, Keyt H, Restrepo MI (May 2017). "Inhaled Antibiotic Therapy in Chronic Respiratory Diseases". International Journal of Molecular Sciences. 18 (5): 1062. doi:10.3390/ijms18051062alt=Dapat diakses gratis. PMC 5454974alt=Dapat diakses gratis. PMID 28509852. 
  47. ^ Loeb MB, Main C, Eady A, Walker-Dilks C, et al. (Cochrane Wounds Group) (2003-10-20). "Antimicrobial drugs for treating methicillin-resistant Staphylococcus aureus colonization". The Cochrane Database of Systematic Reviews (4): CD003340. doi:10.1002/14651858.CD003340. PMID 14583969. 
  48. ^ "Living With MRSA" (PDF). Group Health Cooperative/Tacoma-Pierce County Health Dept./Washington State Dept. of Health. Diakses tanggal 20 November 2011.