Taeniasis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
RianHS (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8: Baris 8:
|caption = Siklus hidup ''Taenia'' sp.
|caption = Siklus hidup ''Taenia'' sp.
|pronounce =
|pronounce =
|penderita =
|penderita = Manusia, babi, sapi
|specialty =
|specialty =
|symptoms =
|symptoms = Tidak ada, penurunan berat badan, nyeri perut
|complications =
|complications =
|onset =
|onset =
|duration =
|duration =
|types = Infeksi ''[[Taenia solium|T. solium]]'' (cacing pita babi), ''[[Taenia saginata|T. saginata]]'' (cacing pita sapi), ''[[Taenia asiatica|T. asiatica]]'' (cacing pita Asia)
|types =
|causes = Cestoda ''[[Taenia (cacing pita)|Taenia]]''
|causes = Cestoda ''[[Taenia (cacing pita)|Taenia]]''
|risks =
|risks = Kengonsumsi daging yang belum matang
|diagnosis =
|diagnosis = Pemeriksaan sampel tinja
|differential =
|differential =
|prevention =
|prevention =
|treatment =
|treatment =
|medication =
|medication = Obat cacing ([[praziquantel]], [[niklosamid]], dan [[albendazol]])
|prognosis =
|prognosis =
|frequency =
|frequency =
Baris 32: Baris 32:
Pada manusia, taeniasis disebabkan oleh tiga spesies, yaitu ''[[Taenia solium]]'' (cacing pita babi), ''[[Taenia saginata|T. saginata]]'' (cacing pita sapi), dan ''[[Taenia asiatica|T. asiatica]]'' (cacing pita asia). Infeksi terjadi akibat mengonsumsi daging sapi atau daging babi kurang matang yang mengandung [[sistiserkus]] (fase larva cacing) sehingga sistiserkus berkembang menjadi ''Taenia'' dewasa dalam usus manusia.<ref>{{Cite web|date=29 September 2020|title=Taeniasis|url=https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html|website=CDC|access-date=24 Juli 2021}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|date=17 Mei 2021|title=Taeniasis/Cysticercosis|url=https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/taeniasis-cysticercosis|website=WHO|access-date=24 Juli 2021}}</ref>
Pada manusia, taeniasis disebabkan oleh tiga spesies, yaitu ''[[Taenia solium]]'' (cacing pita babi), ''[[Taenia saginata|T. saginata]]'' (cacing pita sapi), dan ''[[Taenia asiatica|T. asiatica]]'' (cacing pita asia). Infeksi terjadi akibat mengonsumsi daging sapi atau daging babi kurang matang yang mengandung [[sistiserkus]] (fase larva cacing) sehingga sistiserkus berkembang menjadi ''Taenia'' dewasa dalam usus manusia.<ref>{{Cite web|date=29 September 2020|title=Taeniasis|url=https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html|website=CDC|access-date=24 Juli 2021}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|date=17 Mei 2021|title=Taeniasis/Cysticercosis|url=https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/taeniasis-cysticercosis|website=WHO|access-date=24 Juli 2021}}</ref>


== Gejala ==
== Epidemiologi ==
Manusia merupakan [[inang]] definitif bagi ''Taenia'', sedangkan inang perantaranya yaitu sapi (''T. saginata'') dan babi (''T. solium'' dan ''T. asiatica''). Dalam kasus tertentu, manusia dapat menjadi inang perantara ''T. solium'' jika mereka menelan proglotid (segmen-segmen tubuh Cestoda yang biasanya keluar bersama tinja) atau telur ''Taenia'' sehingga orang tersebut terkena [[sistiserkosis]].<ref name=":2">{{Cite web|last=Pearson|first=R.D.|date=2020|title=Taenia Solium (Pork Tapeworm) Infection and Cysticercosis|url=https://www.msdmanuals.com/professional/infectious-diseases/cestodes-tapeworms/taenia-solium-pork-tapeworm-infection-and-cysticercosis|website=MSD Manual|access-date=24 Juli 2021}}</ref><ref name=":3">{{Cite web|last=Pearson|first=R.D.|date=2020|title=Taenia Saginata (Beef Tapeworm) Infection|url=https://www.msdmanuals.com/professional/infectious-diseases/cestodes-tapeworms/taenia-saginata-beef-tapeworm-infection|website=MSD Manual|access-date=24 Juli 2021}}</ref>
Penyakit ini hanya menimbulkan gejala klinis ringan atau tanpa gejala sama sekali. Gejala dan tanda klinis yang muncul dapat berupa penurunan berat badan atau nyeri perut. Taeniasis akibat ''T. saginata'' biasanya lebih menimbulkan gejala dibandingkan ''T. solium''. Meskipun demikian, taeniasis akibat ''T. solium'' dapat berkembang menjadi [[sistiserkosis]] yang lebih berbahaya.<ref name=":1">{{Cite web|date=18 Desember 2017|title=Taeniasis|url=https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html|website=CDC|access-date=24 Juli 2021}}</ref> Sistiserkosis merupakan kondisi saat sistiserkus tumbuh dan berkembang dalam jaringan otot, kulit, mata, dan [[sistem saraf pusat]].<ref name=":0" />

Taeniasis dilaporkan di seluruh dunia, tetapi infeksi ''T. saginata'' banyak terjadi di negara-negara dengan populasi sapi yang tinggi, seperti wilayah tropis dan subtropis di Afrika, [[Timur Tengah]], [[Eropa Timur]], Meksiko, dan [[Amerika Selatan]]<ref name=":3" />. Sementara itu, infeksi ''T. solium'' banyak dilaporkan di [[Amerika Latin]].<ref name=":2" /> ''Taenia asiatica'' dilaporkan di beberapa negara di Asia, di antaranya Taiwan, Korea, Indonesia, Nepal, Thailand, dan Tiongkok.<ref>{{Cite journal|last=Eom|first=Keeseon S.|last2=Jeon|first2=Hyeong-Kyu|last3=Rim|first3=Han-Jong|date=2009|title=Geographical Distribution of Taenia asiatica and Related Species|url=http://parasitol.kr/journal/view.php?doi=10.3347/kjp.2009.47.S.S115|journal=The Korean Journal of Parasitology|volume=47|issue=Suppl|pages=S115|doi=10.3347/kjp.2009.47.S.S115|issn=0023-4001}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Ale|first=Anita|last2=Victor|first2=Bjorn|last3=Praet|first3=Nicolas|last4=Gabriël|first4=Sarah|last5=Speybroeck|first5=Niko|last6=Dorny|first6=Pierre|last7=Devleesschauwer|first7=Brecht|date=2014|title=Epidemiology and genetic diversity of Taenia asiatica: a systematic review|url=http://parasitesandvectors.biomedcentral.com/articles/10.1186/1756-3305-7-45|journal=Parasites & Vectors|volume=7|issue=1|pages=45|doi=10.1186/1756-3305-7-45|issn=1756-3305}}</ref>

== Gejala klinis ==
Penyakit ini hanya menimbulkan gejala klinis ringan atau tanpa gejala sama sekali. Gejala dan tanda klinis yang muncul dapat berupa penurunan berat badan atau nyeri perut. Taeniasis akibat ''T. saginata'' biasanya lebih menimbulkan gejala dibandingkan ''T. solium''. Meskipun demikian, taeniasis akibat ''T. solium'' dapat berkembang menjadi sistiserkosis yang lebih berbahaya.<ref name=":1">{{Cite web|date=18 Desember 2017|title=Taeniasis|url=https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html|website=CDC|access-date=24 Juli 2021}}</ref> Sistiserkosis merupakan kondisi saat sistiserkus tumbuh dan berkembang dalam jaringan otot, kulit, mata, dan [[sistem saraf pusat]].<ref name=":0" />


== Diagnosis ==
== Diagnosis ==
Tanda infeksi dapat dilihat apabila di dalam tinja terdapat segmen-segmen tubuh Cestoda yang disebut proglotid. Proglotid ini baru muncul dalam tinja tiga bulan setelah infeksi dimulai karena cacing memerlukan waktu untuk tumbuh menjadi dewasa. Sampel tinja diperiksa di bawah mikroskop untuk memeriksa jenis cacing atau telurnya. Walaupun begitu, identifikasi ''Taenia'' tidak dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan telur cacing karena semua spesies Taenia menghasilkan telur yang identik dan bahkan serupa dengan telur cacing dalam genus ''[[Echinococcus]]''. Pemeriksaan anatomi proglotid yang gravid (telah matang dan dipenuhi telur) atau skoleks (bagian kepala) dapat membantu mengidentifikasi spesies cacing pita.<ref name=":1" />
Tanda infeksi dapat dilihat apabila di dalam tinja terdapat proglotid. Proglotid ini baru muncul dalam tinja tiga bulan setelah infeksi dimulai karena cacing memerlukan waktu untuk tumbuh menjadi dewasa. Sampel tinja diperiksa di bawah mikroskop untuk memeriksa jenis cacing atau telurnya. Walaupun begitu, identifikasi ''Taenia'' tidak dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan telur cacing karena semua spesies Taenia menghasilkan telur yang identik dan bahkan serupa dengan telur cacing dalam genus ''[[Echinococcus]]''. Pemeriksaan anatomi proglotid yang gravid (telah matang dan dipenuhi telur) atau skoleks (bagian kepala) dapat membantu mengidentifikasi spesies cacing pita.<ref name=":1" />


== Pencegahan dan penanganan ==
== Pencegahan dan penanganan ==

Revisi per 24 Juli 2021 10.21

Taeniasis
Siklus hidup Taenia sp.
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular Sunting ini di Wikidata
PenderitaManusia, babi, sapi
TipeInfeksi T. solium (cacing pita babi), T. saginata (cacing pita sapi), T. asiatica (cacing pita Asia)
PenyebabCestoda Taenia
Faktor risikoKengonsumsi daging yang belum matang
Aspek klinis
Gejala dan tandaTidak ada, penurunan berat badan, nyeri perut
DiagnosisPemeriksaan sampel tinja
PengobatanObat cacing (praziquantel, niklosamid, dan albendazol)

Taeniasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing pita dalam genus Taenia. Cacing ini bersifat parasitik dan dapat menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya sehingga taeniasis digolongkan sebagai zoonosis.[1]

Penyebab

Pada manusia, taeniasis disebabkan oleh tiga spesies, yaitu Taenia solium (cacing pita babi), T. saginata (cacing pita sapi), dan T. asiatica (cacing pita asia). Infeksi terjadi akibat mengonsumsi daging sapi atau daging babi kurang matang yang mengandung sistiserkus (fase larva cacing) sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus manusia.[2][3]

Epidemiologi

Manusia merupakan inang definitif bagi Taenia, sedangkan inang perantaranya yaitu sapi (T. saginata) dan babi (T. solium dan T. asiatica). Dalam kasus tertentu, manusia dapat menjadi inang perantara T. solium jika mereka menelan proglotid (segmen-segmen tubuh Cestoda yang biasanya keluar bersama tinja) atau telur Taenia sehingga orang tersebut terkena sistiserkosis.[4][5]

Taeniasis dilaporkan di seluruh dunia, tetapi infeksi T. saginata banyak terjadi di negara-negara dengan populasi sapi yang tinggi, seperti wilayah tropis dan subtropis di Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, Meksiko, dan Amerika Selatan[5]. Sementara itu, infeksi T. solium banyak dilaporkan di Amerika Latin.[4] Taenia asiatica dilaporkan di beberapa negara di Asia, di antaranya Taiwan, Korea, Indonesia, Nepal, Thailand, dan Tiongkok.[6][7]

Gejala klinis

Penyakit ini hanya menimbulkan gejala klinis ringan atau tanpa gejala sama sekali. Gejala dan tanda klinis yang muncul dapat berupa penurunan berat badan atau nyeri perut. Taeniasis akibat T. saginata biasanya lebih menimbulkan gejala dibandingkan T. solium. Meskipun demikian, taeniasis akibat T. solium dapat berkembang menjadi sistiserkosis yang lebih berbahaya.[8] Sistiserkosis merupakan kondisi saat sistiserkus tumbuh dan berkembang dalam jaringan otot, kulit, mata, dan sistem saraf pusat.[3]

Diagnosis

Tanda infeksi dapat dilihat apabila di dalam tinja terdapat proglotid. Proglotid ini baru muncul dalam tinja tiga bulan setelah infeksi dimulai karena cacing memerlukan waktu untuk tumbuh menjadi dewasa. Sampel tinja diperiksa di bawah mikroskop untuk memeriksa jenis cacing atau telurnya. Walaupun begitu, identifikasi Taenia tidak dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan telur cacing karena semua spesies Taenia menghasilkan telur yang identik dan bahkan serupa dengan telur cacing dalam genus Echinococcus. Pemeriksaan anatomi proglotid yang gravid (telah matang dan dipenuhi telur) atau skoleks (bagian kepala) dapat membantu mengidentifikasi spesies cacing pita.[8]

Pencegahan dan penanganan

Infeksi Taenia dicegah dengan mengonsumsi daging yang matang. Memutus daur hidup cacing juga bisa dilakukan dengan mencegah inang babi dan sapi mengonsumsi makanan yang berpotensi tercemar tinja manusia.[9] Sementara itu, taeniasis diobati dengan obat cacing seperti praziquantel, niklosamid, dan albendazol.[10]

Referensi

  1. ^ Sandy, Samuel (2014). "Kajian Aspek Epidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua" (PDF). Jurnal Penyakit Bersumber Binatang. 2 (1): 1–14. 
  2. ^ "Taeniasis". CDC. 29 September 2020. Diakses tanggal 24 Juli 2021. 
  3. ^ a b "Taeniasis/Cysticercosis". WHO. 17 Mei 2021. Diakses tanggal 24 Juli 2021. 
  4. ^ a b Pearson, R.D. (2020). "Taenia Solium (Pork Tapeworm) Infection and Cysticercosis". MSD Manual. Diakses tanggal 24 Juli 2021. 
  5. ^ a b Pearson, R.D. (2020). "Taenia Saginata (Beef Tapeworm) Infection". MSD Manual. Diakses tanggal 24 Juli 2021. 
  6. ^ Eom, Keeseon S.; Jeon, Hyeong-Kyu; Rim, Han-Jong (2009). "Geographical Distribution of Taenia asiatica and Related Species". The Korean Journal of Parasitology. 47 (Suppl): S115. doi:10.3347/kjp.2009.47.S.S115. ISSN 0023-4001. 
  7. ^ Ale, Anita; Victor, Bjorn; Praet, Nicolas; Gabriël, Sarah; Speybroeck, Niko; Dorny, Pierre; Devleesschauwer, Brecht (2014). "Epidemiology and genetic diversity of Taenia asiatica: a systematic review". Parasites & Vectors. 7 (1): 45. doi:10.1186/1756-3305-7-45. ISSN 1756-3305. 
  8. ^ a b "Taeniasis". CDC. 18 Desember 2017. Diakses tanggal 24 Juli 2021. 
  9. ^ Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (28 Juni 2019), Chapter 15.4. Infection with Taenia Solium (Porcine Cysticercosis) (PDF), OIE Terrestrial Animal Health Code, World Organisation for Animal Health (OIE) 
  10. ^ "Taeniasis and cysticercosis: Treatment". WHO. Diakses tanggal 24 Juli 2021. 

Pranala luar

Klasifikasi
Sumber luar