Lompat ke isi

Filsafat ekonomi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ' '''Filsafat Ekonomi''' adalah interdisiplin ilmu ekonomi yang berkutat pada pengkajian (i) teori ekonomi , (ii) metodologi ekonomi, berupa penilaian terhadap hasil,...'
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 15 Oktober 2017 04.12

Filsafat Ekonomi adalah interdisiplin ilmu ekonomi yang berkutat pada pengkajian (i) teori ekonomi , (ii) metodologi ekonomi, berupa penilaian terhadap hasil, institusi, dan proses ekonomi serta (iii) etika dalam proses ekonomi.[1] Fokus utama pada kajian filsafat ekonomi adalah permasalahan yang berkaitan dengan metodologi dan epistemologi. Pengkajian atau pembelajaran metodologi, konsep dan teori ekonomi akan membawa para ahli ekonomi dalam memahami suatu aktifitas atau fenomena ekonomi, pun kemudian memodelkannya. Selain itu etika dalam filsafat ekonomi merupakan bahasan yang tidak kalah penting. Ekonomi merupakan ilmu yang melibatkan aktifitas dan karakter dari manusia. Bahkan kegiatan ekonomi dapat merubah tatanan sosial-budaya dari masyarakat, sehingga dalam penerapannya terdapat nilai-nilai dan etika yang perlu dikaji kembali.[1][2]

Kerangka utama dari pembahasan ekonomi secara teoretis diberikan oleh teori pilihan rasional. Teori pilihan rasional dalam aplikasinya meliputi bahasan resiko, ketidak-pastian, situasi strategis dan keputusan berkelompok[1][2]. Mengkaji fondasi dasar teori pilihan rasional berarti mengkaji aksioma dan prinsip-prinsip yang mendasari teori tersebut. Meskipun demikian tidak semua teori ekonomi bersifat rasional seperti teori kuantitas uang dan hukum penawaran dan permintaan .[2]

Ekonomi pada kajiannya secara umum merupakan suatu ilmu yang unik, kajiannya yang melibatkan banyak permodelan matematis dari suatu fenomena sosial, menunjukan perpaduan aspek epistemologi dan keilmuan (ontologi) secara langsung didalamnya.[1]

Interpretasi dari teori ekonomi

Ekonomi secara singkat merupakan ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi dari suatu komoditas. Namun dalam perkembangannya muncul berbagai pandangan lebih lanjut tentang ekonomi. Pandangan klasik atau yang disebut juga ekonomi liberal yang memandang bahwa pasar akan bekerja dengan optimum jika campur tangan dari pemerintah minimum.[3] Sementara pandangan ekonomi neoklasik tidak hanya menginterpretasikan kerja pasar secara konseptual, melainkan juga melalui pendekatan matematis pada penawaran dan permintaan, serta pilihan atau prefrensi rasional dari suatu pasar. [4] Kemudian terdapat pandangan ekonomi yang dikemukakan oleh Karl Marx yang berfokus pada teori nilai kerja dan teori nilai lebih yang dalam pandangannya menjelaskan tentang eksploitasi kelas pekerja atau buruh. [5]Atau pandangan Keynesian yang menyatakan permintaan keseluruhan tidak hanya dipengaruhi oleh kapasitas produksi dari suatu aktifitas ekonomi, namun juga dipengaruhi sejumlah faktor yang seringkali tidak menentu seperti inflasi dan pengangguran.[6]

Ada tiga alasan utama dari kajian filsafat dalam teori ekonomi. Pertama, kajian filsafat memberikan persepektif moralitas terhadap kesehjateraan, keadilan, dan kebebasan. Kedua , kajian filsafat memberikan pandangan akan sifat rasional dari suatu pasar atau individu. Ketiga, kajian filsafat memberikan pandangan yang berkaitan dengan metodologi (empiris) dan epistemologi (konseptual) dari pengaruh suatu fenomena sosial terhadap aktifitas ekonomi.

Rasionalitas

Ilmu ekonomi selalu dikaitkan dengan sifat dan motivasi dari konsumen. Sifat rasional dalam makna yang luas berarti bijak, konsisten dan terencana. Sifat rasional diyakini mengatur kebanyakan aktifitas dalam pasar, hal ini diakibatkan terdapat kecenderungan pasar untuk merugikan kalangan yang tidak bertindak rasional. Karena rasionalitas merupakan salah satu konsep pokok dalam kajian filsafat, seperti pada bahasan epistemologi, etika dan filsafat budi,[1][7] kajian rasionalitas dalam filsafat dan ilmu ekonomi seringkali beririsan.

Teori pilihan-rasional

Teori pilihan rasional merupakan idealisasi prinsip ekonomi yang menyatakan bahwa suatu individual atau kelompok selalu membuat keputusan yang bijak dan logis. Dengan cara ini maka pengambil keputusan akan memperoleh keuntungan maksimum dari pilihan yang diberikan. Kebanyakan permodelan dan teori ekonomi berbasis pada teori pilihan rasional.[8]Prinsip dasar teori pilihan rasional adalah sebagai berikut :[9]

  1. Setiap individu dalam masyarakat adalah individu yang rasional sehingga dapat berpikir dengan logis.
  2. Setiap individu memiliki kepentingan yang dapat berbeda-beda dan kebutuhan mereka bergantung pada kepentinganya.
  3. Setiap individu mampu membuat pilihan, dan pilihannya mempengaruhi kebutuhannya.

Teori pilihan rasional merupakan jantung dari ekonomi mikro, karena ekonomi mikro berfokus pada pengkajian sifat dan aktifitas ekonomi dari individu.[10]Teori pilihan rasional merupakan idealisasi dari perilaku individu, sehingga dalam aplikasinya tentu akan terdapat ketidak cocokan[11], karena perilaku individu dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti nilai sosial dan budaya yang seringkali tidak dapat dijelaskan secara rasional. Disinilah kajian filsafat dalam aspek rasionalitas diperlukan, untuk menganalisa penyimpangan perilaku individu yang mungkin saja tidak bisa dijelaskan secara empiris. Dalam kajian lebih lanjut, teori pilihan rasional tidak hanya mengkaji keputusan individu, namun dapat juga digunakan untuk menganalisa keputusan kelompok.

Teori Permainan (game theory)

Teori permainan merupakan alat analisis matematis yang digunakan untuk menguji bagaimana prinsip rasionalitas bekerja dalam interaksi sosial.[12] Kajian filsafat dan teori permainan berhubungan dalam banyak hal. Dalam diskusi filsafat, teori permainan digunakan sebagai alat pemecahan suatu masalah dan bahkan teori permainan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam persepektif filsuf.[13] Selain itu teori permainan juga menjadi objek kajian filsafat karena teori permainan merupakan alat untuk mengkaji rasionalitas yang  termasuk pokok bahasan filsafat.[13] Dalam ekonomi, teori permainan digunakan untuk menganalisa dan memprediksi keputusan yang diambil agen-agen ekonomi. 

Metodologi

Suatu teori ekonomi dikembangkan untuk memberi penjelasan ilmiah terhadap berbagai fenomena dalam aktifitas ekonomi. Sama seperti dalam ilmu lainnya, teori ekonomi dikatakan memadai jika didukung oleh hasil empiris yang diperoleh dari pengamatan dan eksperimen.[15] Metode pengamatan bertujuan untuk memperoleh hasil dan kesumpulan dari suatu teori ekonomi terhadap aktifitas ekonomi yang natural. Natural disini bermakna bahwa aktifitas ekonomi tersebut tidak mendapat bias atau pengaruh yang diberikan sebelumya oleh ahli ekonomi. Pada penerapannya, metode pengamatan sangat bergantung pada data statistik maupun ilmu ekonometrika. Sebaliknya, metode eksperimen adalah pengamatan, pencatatan dan analisa terhadap hasil yang diperoleh dari suatu intervensi atau pengaruh yang sengaja diberikan dalam aktifitas ekonomi.

Pengukuran

Perbedaan mendasar antara ilmu pengetahuan ilmiah dan pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari (informal) adalah sifat pengetahuan ilmiah yang terukur, formal, sistematis dan konkret. Sementara pengetahuan informal bersifat tidak sistematis serta melibatkan banyak asumsi dan pendekatan. Ilmu ekonomi termasuk yang bersifat ilmiah, sehingga setiap hasil pengamatan dan eksperimen merupakan hasil yang terukur. Pengukuran seringkali mempengaruhi hasil dari eksperimen atau pengamatan, termasuk dalam bidang ekonomi.[14][15]

Dalam ilmu ekonomi pengukuran adalah proses penilaian numerik terhadap properti fisis atau variabel abstrak dalam suatu aktifitas ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang terpercaya yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi tersebut[16][15]. Metode pengukuran dalam bidang ekonomi tidak tersusun dalam satu bidang riset, melainkan terpecah-pecah berkaitan dengan metodologi dan bidang yang diukur, seperti ekonometri, dan teori indeks.[15] Pengukuran variabel seperti modal, pengangguran, tingkat konsumsi, dan inflansi, merupakan contoh pengukuran dalam ilmu ekonomi.[17]

Ekonometrika

Ragnar Frisch mengemukakan ekonometrika merupakan penyatuan kuantifikasi aspek teoretis dan empiris dari pendekatan terhadap suatu permasalahan ekonomi.[2][18] Kuantifikasi aspek teoritis dan empiris didalamnya tentu saja melibatkan metode pengukuran, teori ekonomi, matematika, dan statistika . Dalam ekonometrika tidak terdapat kesepakatan untuk melakukan representasi dan pengukuran secara formal. Namun dari sudut pandang aktifitas pengukuran, evolusi dari ekonometrika dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yakni :[2][18]

  1. Pendekatan ortodoks merupakan pendekatan dengan permodelan pengukuran ilmu alam.
  2. Pendekatan reformisme adalah pendekatan dimana menempatkan pengukuran dalam sistem ilmu sosial namun secara metodologi tidak menjauh dari metodologi ilmiah.
  3. Pendekatan heterodoks merupakan pendekatan pengukuran tanpa teori.

Contoh kajian filsafat yang berkaitan ekonometrika adalah debat antara Gustav Schmoller dan Carl Menger berkatian dengan model induktif dan deduktif dalam pembelajaran ilmu sosial.[2][19][20]

Eksperimen

Secara umum terdapat empat jenis eksperimen dalam ekonomi. Pertama adalah eksperimen pikiran yang dapat dilakukan dalam pembahasan ekonomi mikro dan ekonomi makro. Eksperimen pikiran merupakan pengabstrakan fenomena yang terjadi di dunia nyata. Parameter pada eksperimen pikiran dapat dibuat lebih sederhana maupun kompleks dan kemudian dilakukan kajian terhadap fenomena tersebut menggunakan teori atau hukum ekonomi yang berlaku.[2]

Kedua adalah eksperimen natural atau alamiah. Pada eksperimen ini tidak ada intervensi tidak terdapat manipulasi yang dilakukan pengamat terhadap sistem, alih-alih pengamat mencari situasi alami yang cocok dengan deskripsi eksperimen kemudian menganalisanya menggunakan metode statistik. Secara teknis metode ini mirip dengan metode pengamatan.[2]

Jenis ketiga adalah eksperimen lapangan. Pada eksperimen ini subjek eksperimen dibagi kedalam dua bagian berdasarkan perlakuan yang diberikan, yakni subjek eksperimen (yang diberikan pengaruh) dan subjek terkontrol (dijaga agar tidak mendapat pengaruh). Kemudian akan dianalisa hasil yang diperoleh dari kedua kelompok. Perlakuan dikatakan efektif, jika terdapat hasil yang berbeda antar kedua kelompok.[2]

Kategori terakhir adalah eksperimen laboratorium. Pada eksperimen ini desain eksperimen diatur dalam suatu lingkungan tiruan, dimana kontrol dan manipulasi diberikan untuk membuktikan hipotesis dari peneliti.[2]

Etika dalam ekonomi

Dalam ilmu ekonomi terdapat istilah ekonomi normatif dan ekonomi positif. Ekonomi positif berkaitan dengan kajian fakta-fakta empiris secara ilmiah, sedangkan ekonomi normatif berkaitan dengan kajian nilai-nilai pada masyarakat.[10][21]Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan aktivitas manusia. Aktivitas manusia merupakan suatu entitas yang tidak hanya diatur oleh hukum alam, melainkan juga nilai-nilai sosial, etika dan budaya berpengaruh besar dalam sikap dan pengambilan keputusan. Konsep etika dalam ekonomi dibahas dalam ekonomi normatif bersamaan juga dengan istilah lain seperti, moralitas, keadilan, dan kesejahteraan.

Kesehjateraan dalam ilmu ekonomi

Dalam ilmu ekonomi, kesejahteraan merupakan bahasan dari cabang dari ilmu ekonomi kesejahteraan. Ekonomi kesejahteraan menggunakan pandangan ekonomi mikro untuk mengkaji konsep kesejahteraan secara keseluruhan.[2] Selain kajian konseptual, ekonomi kesejahteraan juga mencoba menentukan suatu kebijakan ekonomi yang berdampak optimal terhadap kesejahteraan masyarakat.[22][23]

 Referensi

  1. ^ a b c d e "Philosophy of Economics". www-personal.umd.umich.edu. Diakses tanggal 2017-10-12. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Julian., Reiss, (2013). Philosophy of economics : a contemporary introduction. New York: Routledge. ISBN 9780415881166. OCLC 840416191. 
  3. ^ 1723-1790., Smith, Adam, (1982). The wealth of nations. Books I-III. Harmondsworth, Middlesex: Penguin Books. ISBN 9780140432084. OCLC 8424650.  Hlm. 233-234.
  4. ^ Hausman, Daniel. Philosophy of Economics. Online paper. University of Wisconsin-Madison
  5. ^ Roemer, J.E. (1987). "Marxian value analysis". The New Palgrave: A Dictionary of Economics, Volume. 3, Hlm. 383.Mandel, Ernest (1987). "Marx, Karl Heinrich", The New Palgrave: A Dictionary of Economics, Volume. 3, Hlm. 372, 376.
  6. ^ "What Is Keynesian Economics? - Back to Basics - Finance & Development, September 2014". www.imf.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-14. 
  7. ^ McFadden, Daniel (1999-12-01). "Rationality for Economists?". Journal of Risk and Uncertainty (dalam bahasa Inggris). 19 (1-3): 73–105. doi:10.1023/A:1007863007855. ISSN 0895-5646. 
  8. ^ Staff, Investopedia (2011-02-14). "Rational Choice Theory". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-14. 
  9. ^ "Basic Principles of Rational Choice Theory". www.colorado.edu. Diakses tanggal 2017-10-14. 
  10. ^ a b Hands, D. Wade. The Positive-Normative Dichotomy and Economics. hlm. 219–239. doi:10.1016/b978-0-444-51676-3.50009-9. 
  11. ^ Kincaid, Harold. Some Issues Concerning the Nature of Economic Explanation. hlm. 137–158. doi:10.1016/b978-0-444-51676-3.50006-3. 
  12. ^ "The Assumptions of Economic Rationality". ThoughtCo. Diakses tanggal 2017-10-15. 
  13. ^ a b Yanoff Grüne, et al (2012). Philosophy of Game Theory, Handbook of the Philosophy of Economics, ed. Archived. Uskali Mäki, Elsevier. " Philosophy and game theory are connected in multiple ways. Game theory has been used as a tool in philosophical discussions, and some crucial game theoretical ....."
  14. ^ 1952-, Kincaid, Harold,; 1962-, Ross, Don, (2009). The Oxford handbook of philosophy of economics. Oxford: Oxford University Press. ISBN 9780199892105. OCLC 488698599.  Hlm.289. " Such a solution comes at a cost, because a measurement is itself an intervention that may affect the result of the experiment...."
  15. ^ a b c Mark., Blaug, (1992). The methodology of economics, or, How economists explain (edisi ke-2nd ed). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 9780521436786. OCLC 25316174.  Hlm. 465 "In certain fields of inquiry measurement affects the measured objects or even annihilates them " 
  16. ^ Marcel., Boumans, (2007). Measurement in economics : a handbook. London: Academic. ISBN 9780123704894. OCLC 153553324. Hlm 3. "Measurement in economics is the assignment of numerals to a property of objects or events – ‘measurand’ – according to a rule with the aim of generating reliable information about these objects or events..."
  17. ^ Association, World Economics. "Models and measurement in economics | World Economics Association". www.worldeconomicsassociation.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-15. 
  18. ^ a b Gilbert  Christopher,Qin Duo (2007). Representation in Econometrics: A Historical Perspective . Archived Queen Mary, University of London . "Frisch (1933) defined econometrics as ‘a unification of the theoretical-quantitative and the empirical-quantitative approach to economic problems ..."
  19. ^ Haller, Markus (2004-03-01). "Mixing Economics and Ethics: Carl Menger vs Gustav Von Schmoller". Social Science Information (dalam bahasa Inggris). 43 (1): 5–33. doi:10.1177/05390184040684. ISSN 0539-0184. 
  20. ^ Hashimoto, Tsutomu (2010). Austrian Economics in Transition (dalam bahasa Inggris). Palgrave Macmillan, London. hlm. 310–328. doi:10.1057/9780230281615_16. ISBN 9781349307821. 
  21. ^ Hausman, Daniel M. (2013). Zalta, Edward N., ed. The Stanford Encyclopedia of Philosophy (edisi ke-Winter 2013). Metaphysics Research Lab, Stanford University. 
  22. ^ "International Economics Glossary: W". www-personal.umich.edu. Diakses tanggal 2017-10-15. 
  23. ^ "welfare economics : The New Palgrave Dictionary of Economics". www.dictionaryofeconomics.com. Diakses tanggal 2017-10-15.