Rencong

Dengarkan artikel ini
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini tersedia dalam versi lisan
Dengarkan versi lisan dari artikel ini (7 menit)
noicon
Ikon Wikipedia Lisan
Berkas suara ini dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal 24 Juli 2022 (2022-07-24), sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini.
Rencong Aceh

Rencong (Aksara Jawoë : رنچوڠ) atau yang dalam Bahasa Aceh yang ditulis dengan huruf latin dibaca "Rintjong" adalah senjata khas Suku Aceh. Rencong merupakan simbol identitas diri, keberanian, dan ketangguhan Suku Aceh.[1] Ada beberapa jenis rencong. Pertama Rencong Pudoi yaitu Rencong yang belum sempurna pada bentuk gagangnya. Kedua Rencong Meukure yaitu Rencong yang diberi hiasan seperti gambar hewan, akar kayu, dan bunga di bagian mata pisaunya. Ketiga Rencong Meupucok yaitu Rencong yang di atas gagangnya ada sebuah pucuk yang biasanya terbuat dari emas. Keempat Rencong Meucugek, yaitu Rencong yang pada gagangnya ada suatu bentuk cugek (perekat dan bergagang lengkung 90 derajat).[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Menurut catatan sejarah, Rencong merupakan senjata tradisional yang digunakan di Kesultanan Aceh sejak masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah yang merupakan Sultan Aceh yang pertama. Kedudukan Rencong di Kesultanan Aceh sangatlah penting, Rencong selalu diselipkan di pinggang Sultan Aceh, selain itu para Ulee Balang dan masyarakat biasa juga menggunakan Rencong. Rencong emas milik Sultan Aceh dapat kita jumpai di Museum Sejarah Aceh, dari bukti sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa Rencong memang sudah terlahir sejak masa Kesultanan Aceh namun pembuat pertamanya sampai saat ini belum diketahui.

Pemakaian[sunting | sunting sumber]

Dalam acara adat Kesultanan Aceh, Rencong biasanya digunakan saat acara pernikahan, meugang, peusijuek, tueng dara baro, intat linto dan dalam setiap acara penting lainnya. Rencong masih digunakan dan dipakai sebagai atribut busana di dalam setiap upacara-upacara adat Aceh. Pemakaian rencong mengarah kepada simbolisasi dari keberanian dari seorang lelaki dalam memimpin keluarga setelah menikah.[3][4]

Rencong Dalam Adat Aceh[sunting | sunting sumber]

Rencong Kerajaan Aceh, terbuat dari emas dengan mata pisau berukir ayat suci Alquran. Saat ini Rencong emas milik Sultan Aceh tersimpan di Museum Negeri Aceh

Rencong memiliki berbagai tingkatan, untuk Sultan terbuat dari emas yang berukirkan sekutip ayat-ayat suci Al-Qur'an, sedangkan Rencong lainnya biasanya terbuat dari perak, kuningan, besi putih, kayu dan gading. Masyarakat Aceh menghubungkan kekuatan mistik dengan senjata Rencong. Rencong adalah simbol keberanian dan kegagahan ureueng (orang) Aceh. Bagi siapa saja yang memegang senjata akan merasa lebih berani di dalam menghadapi musuh. Pada masa sekarang, senjata ini memang sudah tidak begitu relevan untuk digunakan sebagai senjata penyerang. Namun demikian, senjata ini masih relevan sebagai sebuah simbolisasi dari keberanian, ketangguhan, dan kejantanan dari masyarakat Aceh.[4]

Masyarakat Aceh mempercayai bahwa bentuk dari Rencong mewakili simbol dari Bismillah dalam kepercayaan Agama Islam. Rencong telah mejadi salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia.[4] Karena sejarah dan kepopuleran Rencong, maka masyarakat dunia menjuluki Aceh sebagai "Tanah Rencong". Saat ini Rencong telah diusulkan menjadi Warisan Karya Budaya Dunia UNESCO oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Rencong, Senjata Identitas Aceh - Acehkini.ID". 2023-03-15. Diakses tanggal 2023-10-04. 
  2. ^ Kaya, Indonesia. "Rencong : Tradisi - Situs Budaya Indonesia". IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2020-07-11. 
  3. ^ Marjanto, Damardjati Kun (2018-10-16). "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA (WBTB) INDONESIA". Kebudayaan. 11 (1): 21. doi:10.24832/jk.v11i1.18. ISSN 2685-8088. 
  4. ^ a b c Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. hlm. 22. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]