Treman, Kauditan, Minahasa Utara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Treman
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenMinahasa Utara
KecamatanKauditan
Kode Kemendagri71.06.02.2004

Treman adalah desa di Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Indonesia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Asal usul terbetuknya sejarah desa[sunting | sunting sumber]

Awal mulanya di sekitar pertengahan tahun 1525 dari sekelompok masyarakat kecil dari Desa Walantakan sebutan waktu itu yang sekarang Tonsea Lama di mana atas pimpinan Dotu Lengkong, Wulur, dan Rensina bersama-sama dengan Tonaas Paruntu, Makalew, dan Pinontoan, bermufakat untuk mencari tempat baru dijadikan pemukiman atau kampung tempat tinggal mereka dengan berkelana ke utara mengikuti kali Sawangen dan tempat pertama yang mereka temui dan tinggal menetap mereka namakan tempat itu Kelewer.

Selanjutnya setelah tujuh tahun lamanya mereka tinggal menetap di situ dengan melalui ritual-ritual adat, mereka bermohon kepada Opo Empung (Tuhan) melalui kepercayaan waktu itu sebagai perantaraan burung manguni (doyot) bahwa tempat itu belum dikabulkan maka pada tahun 1532, tempat itu mereka tinggalkan. Mereka pindah menuju utara dan sampailah mereka di suatu tempat yang mereka namakan Keraris. Juga di tempat itu sesuai dengan apa yang mereka pernah alami juga tidak cocok bagi mereka. Maka pada tahun 1539, mereka berpindah lagi menuju arah timur dan sampailah mereka di suatu tempat yang oleh mereka namakan tempat itu Tengat Watu yang sekarang tempat itu namanya Eris. Tempat ini terdapat peninggalan sejarah yaitu lesung terbuat dari batu (Tenget Watu) Eris.

Pada tahun 1546, mereka berpindah lagi karena tempat ini belum dikabulkan oleh Opo Empung (Tuhan) di mana terjadi banyak gangguan seperti penyakit. Maka mereka menuju arah timur lagi dan sampailah mereka di suatu tempat yang oleh mereka tempat itu mereka namakan Tongkeina. Pada akhir tahun 1561, oleh Dotu Lengkong dan Tonaas Paruntu, Makalew dan Pinontoan serta rombongannya dengan melalui ritual adat melalui permohonan pada Opo Empung (Tuhan) dengan perantaraan burung manguni (doyot). Saat itu mereka mendapat suatu jawaban pasti bahwa tempat ini sudah dikabulkan yang dalam bahasa daerahnya, "Tareuman kinalelean ni Opo Empung um pamikiweanta", yang resminya nama kampung tersebut yaitu Tareuman. Saat ini tempat tersebut disebut-sebut dengan nama Minawanua, yang artinya bekas kampung atau desa. Tempat ini banyak terdapat peninggalan sejarah seperti kuburan tua dengan waruga-waruga yang di antaranya terdapat waruga dari Dotu Lengkong. Juga dari peninggalan tersebut terdapat bekas benteng pertahanan yang mengelilingi tebing, antara lain batu-batu besar serta rumpun bambu yang unik yaitu bambu tesebut mempunyai duri-duri yang melingkar.

Selanjutnya setelah 160 tahun mereka bermukim, mereka bergeser lagi sedikit ke utara dan tempat itu mereka namakan Tareuman Unet/Pinecisan. Setelah mereka bermukim kurang lebih 40 tahun atau pada tahun 1801, mereka bergeser lagi sedikit ke sebelah utara karena rombongan masyarakat ini sudah berkembang besar. Sebagian rombongan tinggal menetap di tempat ini dan mereka namakan tempat tinggal ini Tareuman Wangko. Saat ini tempat ini namanya disebut Treman. Menurut penuturan para leluhur nenek moyang bahwa pada tahun 1684 dan sebelumnya belum ada suatu pemerintahan yang sah oleh karena dotu dan rombongannya bersama-sama dengan Tonaas Paruntu dan Makalew pada waktu itu selalu berpindah-pindah tempat pemukiman. Baru kemudian di akhir bulan ketiga tahun 1685 di tempat yang bernama Tongkeina, mereka berusaha membentuk suatu pemerintahan yang dihulubalangi oleh tonaas. Pada permulaan tahun 1698, dengan resmi mulailah diadakan pemilihan Hukum Tua dan sebagai Hukum Tua yang pertama ialah Lengkong yaitu sejak tahun 1698 sampai 1718 (selama 20 tahun). Seterusnya sampai dengan Hukum Tua sekarang yang ke-36 ialah Hukum Tua Bernadus Benny Dumanauw (periode 2016-2022).

Penetapan hari ulang tahun desa[sunting | sunting sumber]

Hari ulang tahun desa ditetapkan setelah melalui perumusan dari tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat serta masyarakat lainnya. Mereka mengetahui atau menerima penuturan-penuturan dari para leluhur/nenek moyang yang diwariskan yang kemudian disesuaikan dengan data-data yang berkaitan dengan pengolahan sejarah desa. Maka sebagai hasil dari perumusan tersebut dicetuskanlah hari ulang tahun desa Treman jatuh pada tanggal 31 Maret 1685. Peringatan hari ulang tahun yang pertama dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1981 (HUT ke-296) pada masa periode Hukum Tua Nicodemus Tuwaidan (Hukum Tua ke-28).

[sunting | sunting sumber]

Di masa periode Hukum Tua Bernadus B. Mekel (1988-1999), dengan melalui Lembaga Masyarakat Desa (LMD), tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Perangkat Desa, dan masyarakat lainnya berkenaan dengan pelaksanaan HUT desa ke-304, pada tahun 1989, ditetapkan moto desa Treman ialah: "Rondoren Wo Wangunen Um Banua". Sedangkan untuk logo desa ialah bergambar latar belakang Gunung Klabat, pohon kelapa, dan areal pertanian ladang/sawah.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Berikut merupakan batas wilayah Desa Treman:

Utara Gunung Klabat
Timur Desa Kawiley dan perkebunan Desa Lansot
Selatan Perkebunan Desa Lansot
Barat Desa Kaima

Topografi[sunting | sunting sumber]

Letak desa Treman terbujur memanjang dari arah barat ke timur 15 derajat Lintang Utara dengan kemiringan 5 derajat. Suhu minimum adalah 22 derajat Celcius dan maksimum rata-rata 23 derajat Celcius. Tinggi dari permukaan laut adalah 265 meter dan memiliki iklim secara umum tropis dengan curah hujan 3000 m/th dari jumlah hujan terbanyak sekitar 120 hari.

Keadaan tanah terdiri dari 45% wilayah datar sampai berombak, 25% wilayah berombak sampai berbukit, dan 30% wilayah berbukit sampai pegunungan. Desa Treman mempunyai luas ± 1.447 ha dengan pembagian sebagai berikut:

  • Perkebunan/hutan rakyat (894 ha)
  • Ladang/tegalan (127 ha)
  • Sawah/empang (104 ha)
  • Tanah kritis/tandus (96 ha)
  • Padang ilalang (204 ha)
  • Luas pemukiman dalam desa (22 ha)

Sosial ekonomi[sunting | sunting sumber]

Penduduk Desa Treman adalah petani. Demi terorganisirnya dalam mengerjakan/mengelola pertanian maka dibentuk kelompok-kelompok tani menurut bidang masing-masing:

  • Kelompok tani tanamam keras (kelapa, pala, cengkih, dll)
  • Kelompok tani jagung, cabe, tomat dll.
  • Kelompok tani sawah
  • Kelompok tani buah-buahan
  • Kelompok tani pohon jarak
  • Kelompok tani ikan air tawar

Dan dari 10 kelompok tani yang ada di Desa Treman dibentuk lagi satu organisasi induk yaitu GAPOKTAN yang merupakan gabungan dari kelompok-kelompok tani di Desa Treman.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Di Desa Treman terdapat sarana pendidikan berikut:

  • TK GMIM Eben Haezer Treman
  • TK Hanah GPDI Treman
  • SDN Teladan Treman
  • Impres Treman
  • SMP Negeri 2 Treman

Sosial budaya dan kemasyarakatan[sunting | sunting sumber]

Dalam hal keutuhan beragama di Desa Treman oleh Hukum Tua telah membentuk satu wadah resmi yaitu Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) di mana dari denominasi-denominasi agama yang ada di desa saling ada kerja sama terutama dalam hal pelayananan.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]