Terapi kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerjasama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik (Kaplan, 1997).
Manfaat[sunting | sunting sumber]
Selain terbukti mampu menangani gangguan kecemasan dan depresi, terapi kognitif juga efektif dalam menangani:
- Fobia
- Gangguan pola makan
- Gangguan tidur
- Penyalahgunaan alkohol
- Gangguan panik
- Gangguan seksual
- Gangguan bipolar
- Skizofrenia
- Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
- Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)[1]
Tujuan[sunting | sunting sumber]
- Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan
- Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah responnya.
- Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk meningkatkan aktivitas sosialnya.
- Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang menyebabkan panik atau cemas.
- Membantu individu memandang dirinya sebagai seseorang yang berhaail bertahan hidup, bukan sebagai korban.[2]
Jenis-jenis[sunting | sunting sumber]
- Terapi musik
- Terapi konseling
- Terapi obat-obatan
- Terapi hipnotis
- Terapi rehabilitasi[3]
Tahap saat terapi[sunting | sunting sumber]
- Mengidentifikasi pemicu yang membuat seseorang mengalami masalah.
- Klien mulai berbagi masalah yang dirasakan.
- Terapis mengidentifikasi masalah yanng sebenarnya.
- Mengubahh cara berfikir negatif menjadi positif.[4]
Hasil dari terapi kognitif[sunting | sunting sumber]
- Klien mulai menyadari kesalahan cara berfikirnya selama ini yang ternyata menjadi sumber rasa cemas.
- Klien mulai mendapatkan cara agar berani berhadapan dengan masalah dan menyikapinya dengan bijak.
- Klien menjadi lebih percaya terhadap diri sendiri.
- Klien berani menghadapi ketakutan dann memiliki strategi untuk menghadapinya.
- Klien menjadi lebih tenang dan rileks dalam menjalani aktivitas.[4]
Resiko[sunting | sunting sumber]
Klien akan merasa tidak nyaman saat terapi kognitif berlangsung. Biasanya, klien akan menangis, marah, cemas, lelah, dan merasa stress sementara waktu.[4]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ "Terapi Kognitif Perilaku untuk Menangani Berbagai Masalah Psikologis". Alodokter. 2018-03-20. Diakses tanggal 2021-12-06.
- ^ "Langkah Langkah CBT | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2021-12-06.
- ^ "Kenali Manfaat Terapi Kognitif untuk Mengatasi Berbagai Masalah Psikologis | Orami". www.orami.co.id. 2019-09-09. Diakses tanggal 2021-12-06.
- ^ a b c "Terapi Perilaku Kognitif: Manfaat, Tahapan, dan Hasil". SehatQ. Diakses tanggal 2021-12-06.