Terapi kognitif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Terapi kognitif merupakan terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerjasama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik (Kaplan, 1997).

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Selain terbukti mampu menangani gangguan kecemasan dan depresi, terapi kognitif juga efektif dalam menangani:

  1. Fobia
  2. Gangguan pola makan
  3. Gangguan tidur
  4. Penyalahgunaan alkohol
  5. Gangguan panik
  6. Gangguan seksual
  7. Gangguan bipolar
  8. Skizofrenia
  9. Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
  10. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)[1]

Tujuan[sunting | sunting sumber]

  1. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan
  2. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah responnya.
  3. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk meningkatkan aktivitas sosialnya.
  4. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang menyebabkan panik atau cemas.
  5. Membantu individu memandang dirinya sebagai seseorang yang berhaail bertahan hidup, bukan sebagai korban.[2]

Jenis-jenis[sunting | sunting sumber]

  1. Terapi musik
  2. Terapi konseling
  3. Terapi obat-obatan
  4. Terapi hipnotis
  5. Terapi rehabilitasi[3]

Tahap saat terapi[sunting | sunting sumber]

  1. Mengidentifikasi pemicu yang membuat seseorang mengalami masalah.
  2. Klien mulai berbagi masalah yang dirasakan.
  3. Terapis mengidentifikasi masalah yanng sebenarnya.
  4. Mengubahh cara berfikir negatif menjadi positif.[4]

Hasil dari terapi kognitif[sunting | sunting sumber]

  1. Klien mulai menyadari kesalahan cara berfikirnya selama ini yang ternyata menjadi sumber rasa cemas.
  2. Klien mulai mendapatkan cara agar berani berhadapan dengan masalah dan menyikapinya dengan bijak.
  1. Klien menjadi lebih percaya terhadap diri sendiri.
  2. Klien berani menghadapi ketakutan dann memiliki strategi untuk menghadapinya.
  3. Klien menjadi lebih tenang dan rileks dalam menjalani aktivitas.[4]

Resiko[sunting | sunting sumber]

Klien akan merasa tidak nyaman saat terapi kognitif berlangsung. Biasanya, klien akan menangis, marah, cemas, lelah, dan merasa stress sementara waktu.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Terapi Kognitif Perilaku untuk Menangani Berbagai Masalah Psikologis". Alodokter. 2018-03-20. Diakses tanggal 2021-12-06. 
  2. ^ "Langkah Langkah CBT | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2021-12-06. 
  3. ^ "Kenali Manfaat Terapi Kognitif untuk Mengatasi Berbagai Masalah Psikologis | Orami". www.orami.co.id. 2019-09-09. Diakses tanggal 2021-12-06. 
  4. ^ a b c "Terapi Perilaku Kognitif: Manfaat, Tahapan, dan Hasil". SehatQ. Diakses tanggal 2021-12-06.