Sistem hibrida (otomotif)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam teknik otomotif, sistem hibrida adalah penggabungan sistem kendaraan bermotor yang menggunakan dua jenis mesin yaitu motor bakar pembakaran dalam dan motor listrik. Tujuan penerapan sistem hibrida bagi kendaraan bermotor untuk meningkatkan efisiensi energi dengan mengurangi konsumsi bahan bakar. Jenis kendaraan bermotor yang menerapkan sistem hibrida adalah kendaraan hibrida. Transformasi energi pada sistem hibrida memanfaatkan energi mekanis yang diubah menjadi energi listrik menggunakan alternator dan pengereman dinamis. Kelebihan dari sistem hibrida adalah mampu mengurangi jumlah energi yang terbuang selama motor bakar bekerja.[1]

Pengembangan teknologi[sunting | sunting sumber]

Generator termoelektrik[sunting | sunting sumber]

Sistem hibrida tidak mampu menyerap panas yang dihasilkan oleh motor bakar sebagai limbah energi. Pemanfaatan energi panas ini baru dapat dilakukan setelah berkembangnya teknologi generator termoelektrik. Prinsip kerjanya berdasarkan kepada efek Seebeck. Arus listrik akan mengalir ketika terdapat pada bahan semikonduktor yang memiliki dua sumber suhu dengan nilai yang berbeda.[1] Suhu emisi gas buang yang dihasilkan oleh motor bakar pada kendaraan bermotor berada dalam rentang 200-300oC dengan suhu dalam rentang 30-35oC. Gaya gerak listrik akan timbul dan menggerakkan motor listrik selama perbedaan suhu dipertahankan atau disimpan di dalam baterai listrik. Mekanisme ini menghasilkan penghematan konsumsi bahan bakar pada kendaraan hibrida. Selain itu, ukuran motor juga dapat diperkecil sehingga menjadi lebih ringan. Pemakaian generator termoelektrik ini membuat kendaraan hibrida menjadi lebih ramah lingkungan karena mengurangi emisi gas buang ke lingkungan.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Mirmanto, Syahrul dan Wirawan 2021, hlm. 19.
  2. ^ Mirmanto, Syahrul dan Wirawan 2021, hlm. 20.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]