Sindrom Lorong Tarsal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sindrom lorong Tarsal atau Tarsal tunnel syndrom adalah nyeri pada pergelangan kaki akibat tekanan pada saraf tibialis. Saraf tibialis berfungsi merasakan sensasi dan mengendalikan gerakan pergelangan kaki. Letaknya melintang melewati struktur tulang yang berbentuk seperti lorong (tarsal tunnel).[1] Adapun saraf "tibialis" memanjang di bagian dalam tulang kering dan kemudian terbagi di kaki untuk menyuplai sensasi dan gerakan otot di sepanjang bagian bawah dan aspek dalam kaki. "tarsal tunnel syndrome" serupa dengan carpal tunnel syndrome yang terjadi di pergelangan tangan. Kedua kelainan ini terjadi akibat penekanan saraf pada ruang yang terbatas.[2]

Sindrom "tarsal" hampir sama dengan sindrom lorong karpal, , adalah kondisi yang dapat memengaruhi kemampuan motorik dan sensorik tangan dari jari-jari tangan penderitanya. Adapun bagian tangan yang paling sering dialami adalah ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.[3]

Terowongan tarsal mencakup beberapa struktur penting. Ini berisi tendon otot tibialis posterior, fleksor digitorum longus (FDL), dan fleksor hallucis longus (FHL). Arteri dan vena tibialis posterior, serta saraf tibialis posterior (L4-S3), juga melewatinya. Orientasi struktur ini di dalam lorong tarsal patut diperhatikan. Dari medial ke lateral adalah tendon tibialis posterior, tendon FDL, arteri dan vena tibialis posterior, saraf tibialis posterior, dan tendon FHL . Saraf tibialis posterior lewat di antara otot FDL dan FHL sebelum bercabang dua di terowongan tarsal, membentuk saraf plantar medial dan lateral. Pada 5% orang, percabangan terjadi sebelum terowongan tarsal. Saraf plantar medial berjalan jauh ke otot abductor hallucis dan FHL dan memberikan sensasi pada separuh medial kaki dan 3,5 digit pertama serta fungsi motorik pada otot lumbrical, abductor hallucis, flexor digitorum brevis, dan flexor hallucis brevis. [4]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa penyebab yang diakibatkan dari sindrom lorong tarsal antara lain :

Seseorang dengan kaki rata berisiko mengalami sindrom ini, karena kemiringan tumit ke luar yang terjadi dengan lengkungan yang jatuh dapat menghasilkan tegangan dan kompresi pada saraf.

Struktur yang membesar atau abnormal pada lorong dapat menekan saraf, seperti varises, kista ganglion, tendon bengkak, atau taji tulang rematik

Cedera, seperti keseleo pergelangan kaki dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan di dalam atau dekat lorong

Penyakit sistemik, seperti diabetes atau radang sendi dapat menyebabkan pembengkakan dan menekan saraf[5]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Adapun cara yang dapat dilakukan jika terkena sindrom lorong tarsal di rumah, yaitu sebagai berikut.

- Istirahat. Mengistirahatkan kaki untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan.

-Es : Mengoleskan kompres es ke area kulit yang sakit. Letakkan handuk tipis di antara es dan kulit, gunakan selama 20 menit dan beri interval setidaknya 40 menit sebelum kembali mengompresnya.

-Obat-obatan oral : Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dapat membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan Imobilisasi.

-Membatasi gerakan kaki dengan mengenakan gips untuk memungkinkan saraf dan jaringan di sekitarnya sembuh Terapi fisik.

-Terapi ultrasound, latihan, dan modalitas terapi fisik lainnya dapat diresepkan untuk mengurangi gejala Terapi injeksi.

- Suntikan anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit dan kortikosteroid untuk mengobati peradangan Perangkat ortotik.

Penggunaan sisipan sepatu khusus untuk mempertahankan lengkungan telapak kaki dan membatasi gerakan berlebihan yang dapat menyebabkan kompresi saraf Sepatu. Menggunakan sepatu yang mendukung.[5]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya "pes planus" dan "talipes equinovarus", serta kelainan pada gaya berjalan. Standar baku untuk menegakkan diagnosis serta menilai derajat keparahan TTS adalah pemeriksaan konduksi saraf dan elektromiografi (EMG). Penatalaksanaan TTS tergantung etiologi penyakit dan derajat gangguan fungsi kaki, yang dapat berupa terapi konservatif, medikamentosa, hingga pembedahan. Terapi konservatif adalah imobilisasi kaki untuk mengurangi gejala.[2]

di bandingkan dengan diagnosis sindrom "tunnel carpal" adalah pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan dengan cara menepuk atau menekuk pergelangan tangan pasien secara perlahan untuk mengidentifikasi gejala CTS. Beberapa tes pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah Phalen Test, Reverse Phalen, dan Tinel Test.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Halodoc. "Tarsal Tunnel Syndrome - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan". halodoc. Diakses tanggal 2024-02-22. 
  2. ^ a b "TARSAL TUNNEL SYNDROME (SINDROM TEROWONGAN TARSAL)". flexfreeclinic.com. Diakses tanggal 2024-02-22. 
  3. ^ a b "Rumah sakit dengan pelayanan berkualitas - Siloam Hospitals". www.siloamhospitals.com. Diakses tanggal 2024-02-22. 
  4. ^ Kiel, John; Kaiser, Kimberly (2024). Tarsal Tunnel Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 30020645. 
  5. ^ a b Media, Kompas Cyber (2021-12-13). "Penyakit Sindrom Terowongan Tarsal - Gejala, Penyebab, Pengobatan". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-02-22.