Sastra klasik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sastra Klasik atau yang lebih dikenal dengan sastra tradisional merupakan sebuah karya sastra yang diciptakan sebelum masuknya unsur terbaru sastra. Sastra klasik merupakan sastra yang berkembang sebelum tahun 1920-an (sebelum lahirnya Angkatan Balai Pustaka). Pada saat sastra klasik hadir, masyarakat masih terikat oleh adat istiadat dan masih sederhana.[1]

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]

Ciri-ciri sastra klasik, yaitu:[1]

  • Penyebarannya dilakukan dari mulut ke mulut karena pergerakan zaman dahulu sangat lambat.
  • Menggunakan anonim (tidak diketahui namanya),karena hanya sedikit orang yang mengikuti popularitas sehingga penulis berfokus pada pembuatan karya yang berfokus pada fungsionalitas cerita.
  • Perkembannya secara statis, lambat dan terbatas pada kelompok tertentu,
  • berkembang dalam banyak versi yang disebabkan karena penyampaian cerita yang secara lisan, seperti cerita mitis atau asalusul Melayu.
  • Bersifat pralogis yaitu cerita yang disajikan tidak dapat dinalar dengan akal.
  • Menggunakan ungkapan klise (formulazired).

Bentuk-bentuk[sunting | sunting sumber]

Bentuk-bentu sastra klasik, antara lain:[1]

  • Mantra, adalah bentuk puisi yang dikaitkan dengan hal gaib atau mistis.
  • Pantun, adalah sajak yang bentuk terdiri dari empat baris. Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
  • Pantun berkait, disebut juga pantun berantai atau seloka merupakan jenis pantun yang terdiri atas beberapa bait yang saling berkorelasi (sambung menyambung).
  • Talibun, adalah pantun yang terdiri dari enam, delapan, atau sepuluh baris.
  • Pantun kilat, disebut juga karmia merupakan pantun yang terdiri dari dua baris. baris pertama sampiran, sedangkan baris kedua isi.
  • Gurindam, adalah sajak peribahasa yang terdiri dari dua baris yang berirama.
  • Syair, adalah bentuk puisi klasik akibat pengaruh budaya Timur Tengah (Arab).
  • Peribahasa, merujuk pada kelompok kata yang umumnya digunakan untuk mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa terdiri dari nasihat, sindiran, dan pujian.
  • Teka-teki, adalah cerita pendek yang menuntut adanya sebuah jawaban.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Kosasih, E (2019). Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. hlm. 13. ISBN 978-979-077-006-5.