Rony K. Pratama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rony K. Pratama
Lahir23 Juni 1993 (umur 30)
Yogyakarta
Tempat tinggalYogyakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Negeri Yogyakarta
Universitas Gadjah Mada
PekerjaanPeneliti Pedagogi Kritis
Situs webwww.researchgate.net/profile/Rony-Pratama/

Rony K. Pratama (lahir di Yogyakarta, 23 Juni 1993) merupakan peneliti[1] dan penulis di bidang kajian media[2], budaya, dan pedagogi kritis [3]. Rony aktif menulis opini di surat kabar seperti Kompas [4], The Jakarta Post [5], Jawa Pos [6], Kedaulatan Rakyat [7], Solo Pos [8], Bernas[9], Harian Analisa[10], Padang Ekspres, dan Pewara Dinamika[11]. Di ruang publik digital, dia sering dikenal sebagai pengamat pendidikan, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu kritiknya terhadap kebijakan pendidikan adalah masalah zonasi sekolah [12]. Menurutnya, "Maksud sistem ini sesungguhnya baik karena ingin menyetip stereotipe dikotomi sekolah ‘unggulan’ dan sekolah ‘pinggiran’. Zonasi, menurut saya, perlu dibarengi terlebih dahulu dengan kesungguhan perbaikan kualitas akademik secara total agar gap di antara sekolah terhapus"[12].

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

  1. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta (S-1, 2011-2015)
  2. Naresuan University, Thailand (Student Exchange, 2013)
  3. Universitas De La Salle – Dasmariñas, Philippines (Sit-in, 2014)
  4. Kajian Budaya dan Media, Universitas Gadjah Mada (S-2, 2018-2020)

Buku[sunting | sunting sumber]

  1. Menguak Keraguan Indonesia sebagai Identitas (Orbit Books, 2015)[13].
  2. Genealogi Hoaks Indonesia (EA Books, 2021) [14].
  3. Manusia Tanpa Sekolah (Bentang Pustaka, 2022) [15].

Pemikiran[sunting | sunting sumber]

Di bidang kajian media, Rony meneliti dengan pintu pembuka pertanyaan mengapa hoaks selama lima sampai sepuluh tahun belakangan semakin menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Pembicaraan mengenai hoaks itu sepintas acap kali dikonotasikan secara miring, disamakan dengan beragam sebutan seperti informasi palsu, disinformasi, malinformasi, ujaran kebencian, sampai fitnah. Fenomena hoaks yang dimaknai beragam ini ditengarai terakselerasi bersamaan dengan maraknya penggunaan media sosial sepanjang satu dasawarsa terakhir [16]. Penelitian Rony membuka wacana kritis mengenai kajian ekonomi-politik hoaks di Indonesia yang selama ini cenderung diwarnai oleh corak penelitian positivistik.

Menurut Rony, sebagai wacana, makna hoaks terbuka akan ruang kontestasi. Itulah sebabnya, kajiannya menunjukkan betapa hoaks mengalami pergeseran, baik mengalami perluasan, penyempitan, maupun peyorasi. Jamak faktor yang menyebabkan pergeseran itu dimungkinkan sebab hoaks terikat pula oleh lintasan momentum sejarah. Rangkaian peristiwa yang terjadi di Indonesia mendorong persoalan hoaks ke titik pemaknaan, bahkan melahirkan pelembagaan khusus untuk mengurusi hoaks. Hoaks, dengan kata lain, tengah mengalami perjalanan historis tanpa ujung seperti mengarah kepada fiksasi pengertian tunggal. Dengan demikian, penelitian Rony ini dipengaruhi kuat oleh pemikiran filsuf Prancis Michel Foucault.

Salah satu tinjauan atas pemikiran Rony tentang hoaks datang dari Aditya Rizka Puspita. Dia menulis sebagai berikut. "Jika kemunculan istilah hoaks baru ramai setelah 2008, catatan sejarah yang tercecer di mana-mana menunjukkan banyak jargon hingga opini bisa dilabeli dengan hoaks jauh lebih lama dari itu. Kata satu ini pun kerap melalui perubahan definisi hingga lembaga yang dituding memproduksinya. Pers menjadi salah satu yang mendapat tudingan awal saat kata ini punya kekuatan bermakna. [...] satu kata yang diulang dalam sepuluh tahun ini kini menghadirkan sebuah peraturan. Undang-undang yang tentu saja tak lahir dalam semalam. Buktinya, sejak dikabarkan akan disahkan hingga benar digunakan untuk menuding orang lain masih banyak pihak yang tak setuju. Genealogi Hoaks Indonesia menyebut pelaksanaan UU ITE adalah jalan kembalinya negara ini pada masa kolonialisme."

Di samping masalah media di Indonesia, gagasan Rony mengenai pendidikan lebih dipengaruhi oleh pemikiran pedagogi kritis, baik dari jalur klasik seperti Paulo Freire maupun cenderung kontemporer seperti Henry Giroux. Pengaruh atas pemikiran terakhir ini memperlihatkan kelindan gagasan Rony tentang pendidikan, yakni dipengaruhi kuat oleh perspektif Critical Theory dan Cultural Studies. Rony memberikan kritik atas trikotomi pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pembagian ini dianggapnya bias akan gagasan pendidikan formal (sekolah). Padahal, menurutnya, pendidikan tidak sama dengan sekolah. Pendidikan juga mencakup di keluarga maupun masyarakat. Oleh sebab itu, pembagian yang sudah dianggap lazim di dunia pendidikan itu Rony nilai memerlukan gugatan ulang sehingga kedudukan sekolah, keluarga, dan masyarakat lebih bersifat setara [17]. Selain kritik atas paradigma pendidikan, Rony juga berpihak kepada ruang pendidikan yang inklusif dan mengajak siswa untuk memiliki kesadaran kritis [15].

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Pratama, Rony K. "PhilPeople". PhilPeople. Diakses tanggal 2023-21-02. 
  2. ^ "Jalan Menuju Utopia (22 Oktober 2021) – KAJIAN BUDAYA & MEDIA". Diakses tanggal 2023-06-02. 
  3. ^ "Rony K. Pratama". scholar.google.co.id. Diakses tanggal 2023-06-02. 
  4. ^ "Rony K Pratama". kompas.id. 2021-06-19. Diakses tanggal 2023-06-02. 
  5. ^ Post, The Jakarta. "Illiterate society: Today's challenge for social media users". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-06-02. 
  6. ^ gatholotjo (2020-06-29). ""Di balik bahasa ada kuasa" oleh Rony K. Pratama". Gatholotjo. Diakses tanggal 2023-06-02. 
  7. ^ "Melek Literasi dan Tiga Petuah Jawa". krjogja.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-06-02. 
  8. ^ Pratama, Rony K. (2018-09-30). "Media Sosial dan Perasaan Marginal". Solo Pos. Diakses tanggal 2023-03-22. 
  9. ^ Pratama, Rony K. "Menggali Kearifan HB IX". 
  10. ^ Pratama, Rony K. (2018-12-12). "Manusia Modern di Ruang Publik Baru". Harian Analisa. Diakses tanggal 2023-02-13. 
  11. ^ "Rony K. Pratama | Pewara Dinamika UNY" (dalam bahasa Inggris). 2023-01-28. Diakses tanggal 2023-06-02. 
  12. ^ a b "Jarak Domisili Bukan Solusi • Radar Jogja". Radar Jogja. 2019-06-21. Diakses tanggal 2023-06-02. 
  13. ^ "Menguak keraguan Indonesia sebagai identitas / Rony K. Pratama ; editor, Pratama | OPAC Perpustakaan Nasional RI". opac.perpusnas.go.id. Diakses tanggal 2023-06-02. 
  14. ^ "Genealogi Hoaks Indonesia". Goodreads (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-06-02. 
  15. ^ a b "Manusia Tanpa Sekolah: Pemikiran Toto Rahardjo Seputar …". Goodreads (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-06-02. 
  16. ^ "Rony K. Pratama, Genealogi Hoaks Indonesia (2021)". Foucault News (dalam bahasa Inggris). 2023-01-12. Diakses tanggal 2023-06-02. 
  17. ^ Pratama, Rony (2023-03-29). "SKETSA POLITIS PENDIDIKAN KRITIS (1)". Sanggar Anak Alam. Diakses tanggal 2023-06-02.