Robert Maynard Hutchins

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Robert Maynard Hutchins adalah seorang pakar pendidikan abad ke-20 Masehi. Ia dikenal sebagai pendukung filsafat perenial dan perintis perenialisme pendidikan.

Pekerjaan[sunting | sunting sumber]

Robert Maynard Hutchins menjabat sebagai rektor di Universitas Chicago untuk periode 1929-1945.[1]

Pemikiran[sunting | sunting sumber]

Intelektualisme pendidikan dan kurikulum perenialisme[sunting | sunting sumber]

Robert Maynard Hutchins merupakan salah satu tokoh pemikir intelektualisme pendidikan.[2] Ia termasuk pemikir yang mendukung filsafat perenial.[3] Teori-teori pendidikan yang dikemukakan oleh Hutchins mendukung konservatisme yang bersifat sekular.[2] Ia menolak pandangan agama Katolik klasik mengenai pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas Aquinas.[4] Hutchins menjadi pendukung pemikiran bahwa pendidikan bersifat indvidual.[5]

Hutchins menjadi salah satu tokoh pengembang aliran pemikiran pendidikan yang disebut perenialisme pendidikan. Aliran pemikiran ini dikembangkan pada abad ke-20 M.[6] Dalam perenialisme pendidikan, perhatian utama kurikulum ialah pada pengembangan pengetahuan sains dan seni bagi siswa. Kedua bidang ini diyakini dalam perenilaisme pendidikan sebagai karya terbaik manusia. Pencapaian utama yang diharapkan dalam perenialisme pendidikan adalah terbentuknya pelajar kultural yang menguasai sains dan seni.[7]

Pada tahun 1963, Hutchins mengembang sebuah kurikulum perenialisme dengan program bernama Great Books.[8] Pemberlakuan program untuk mahasiswa pada program Strata 1. Ia menyusunnya melalui penelitian terhadap buku-buku klasik dan buku-buku yang memiliki sejarah yang penting. Metode penelitiannya ialah seminar dalam skala kelompok kecil.[7]

Kurikulum perenialisme yang dihasilkan didasari oleh tiga asumsi Hutchins mengenai pendidikan. Pertama, pencarian kebenaran secara terus-menerus merupakan kegiatan utama dalam pendidikan. Asumsi ini dilandasi oleh asumsi bahwa kebenaran tidak terikat oleh waktu dan tempat serta sifatnya selalu universal. Asumsi kedua ialah sifat dari kerja pikiran adalah intelektual dan memusatkan perhatian terhadap gagasan-gagasan. Sehingga pendidikan pun perlu memusatkan perhatian terhadap gagasan. Pendidikan kemudian difungsikan sebagai pengolahan rasionalitas manusia. Asumsi ketiga ialah bahwa pendidikan harus memberi rangsangan kepada mahasiswa untuk berpikir secara mendalam terhadap gagasan-gagasan yang saling berkaitan. Pemikiran yang benar dan kritis menjadi persyaratan yang harus dimiliki oleh guru dan siswa.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Soetomo, Greg (2017). Bahasa dan Kekuasaan dalam Sejarah Islam (PDF). Jakarta: Penerbit Obor. hlm. 165. ISBN 978-979-565-802-3. 
  2. ^ a b O'Neil, William F. (2008). Ideologi-Ideologi Pendidikan [Educational Ideologies: Contemporary Expressions of Educational Philosophies]. Diterjemahkan oleh Naomi, Omi Intan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 106. ISBN 979-9483-34-4. 
  3. ^ Tambunan, Witarsa (2020). Limbong, Mesta, ed. 65 Tahun Hidup dalam Kebhinekaan: Pandangan Kritis dari Sisi Pendidikan Politik (PDF). Batu: Literasi Nusantara. hlm. 49. ISBN 978-623-6508-90-9. 
  4. ^ Yusuf, F. A., Maliki, B. I., dan Widaningsih, S. (2023). Filsafat pendidikan (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. 162. ISBN 978-623-372-947-5. 
  5. ^ Hasanah, Mila (2022). Arafat, Yasir, ed. Problem Esensial Filsafat Pendidikan (PDF). Banjarmasin: Uvaya Press. hlm. 110. ISBN 978-623-99183-8-5. 
  6. ^ Kristiawan, Muhammad (2016). Hendri, L., dan Juharmen, ed. Filsafat Pendidikan: Thee Choice Is Yours (PDF). Sleman: Penerbit Valia Pustaka Jogjakarta. hlm. 17. ISBN 978-602-71540-8-7. 
  7. ^ a b c Juanda, Anda (2014). Arifin, Zaenal, ed. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran: Berorientasi Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 (PDF). Cirebon: CV. Confident. hlm. 56. ISBN 978-602-0834-28-3. 
  8. ^ Abdurrahmansyah (2021). Kajian Teoritik dan Implementatif Pengembangan Kurikulum (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. 31. ISBN 978-623-372-060-1.