Ria Enes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Februari 2012 06.56 oleh Evremonde (bicara | kontrib)

Templat:Infobox artis indonesia Ria Enes (lahir 29 Juni 1968) adalah seorang penyiar radio, penyanyi, pembawa acara, dan pendidik berkebangsaan Indonesia. Pada awal tahun 1990-an, ia berhasil meraih popularitas di seluruh Indonesia bersama dengan bonekanya Susan.

Penyiar radio

Pada tahun 1987, setelah lulus dari SMAN 4 Malang, pemilik nama asli Wiwik Suryaningsih ini melanjutkan kuliahnya dan lulus pada tahun 1995 di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo, Surabaya. Di sela-sela kesibukannya kuliah, ia bekerja sambilan sebagai penyiar radio di Carolina Surabaya. Hanya bertahan setahun, ia memilih pindah ke Radio Suzana.

Di stasiun radio yang terletak dekat Taman Apsari (di Embong Kaliasin, Surabaya Pusat) itu, ia ditandemkan dengan penyiar senior yang lumayan populer, Bung Dino. Ria biasa mengudara pukul 14.00-15.00 WIB setiap hari Senin-Jum'at. Suatu ketika, Bung Dino tidak bisa masuk siaran karena sakit. Atas inisiatifnya sendiri, Ria kemudian mengudara solo dengan seolah-olah berbicara pada anak kecil. Kebetulan, ia bisa menciptakan suara anak-anak dari tenggorokannya. Anak kecil itu disebutnya Suzan, diambil dari stasiun radio tempatnya bekerja.

Di luar dugaan, siaran perdananya bersama Suzan itu mendapat respon positif, ditandai dengan banyaknya telepon yang masuk ke studio menanyakan anak kecil berkarakter centil, cerewet, nakal, dan celometan tapi cerdas dan menghibur itu. Akibatnya, Ria Enes mendapatkan kenaikan gaji lumayan besar.

Sukses menciptakan tokoh anak-anak, Ria kebanjiran tawaran off-air. Ketika tampil off-air itulah, ia membawa serta sebuah boneka yang dibelinya di sebuah toko mainan anak-anak di Tunjungan Plaza. Namun, sejak adanya Suzan, nama Ria seolah kalah populer dibanding bonekanya, karena khayalak biasa lebih dulu menanyakan tentang Suzan.

Penyanyi

Sukses off-air dan on-air di radio, seorang produser rekaman memintanya rekaman lagu anak-anak. Ria menyambut tawaran itu. Album perdananya Si Kodok meledak di pasaran pada tahun 1991. Berturut-turut setelah itu lahir album Kodok dan Semut, Suzan Punya Cita-Cita, dll yang juga meledak. Lagu Suzan Punya Cita-Cita yang dirilis tahun 1993 berhasil meraih HDX Award dengan kategori sebagai album terlaris kala itu. Antara tahun 1991-2004, ia telah meluncurkan 12 album.

Akibat semakin padatnya tawaran off-air, Ria tak bisa lagi siaran. Secara baik-baik, ia pamitan untuk mengakhiri kariernya di Radio Suzana.

Sukses di belantika musik Tanah Air, Ria dan Suzan kebanjiran tawaran membintangi sejumlah iklan produk. Meski demikian, Ria enggan tinggal di Jakarta, dan lebih memilih tetap tinggal di Surabaya, untuk menjaga kemurnian logat Jawa Timurannya.

Pembawa acara

Tawaran mengasuh berbagai acara juga diterima dari berbagai stasiun televisi. Salah satunya SCTV yang mengontraknya sampai 3 tahun untuk acara Pesta Anak.

Kehidupan pribadi

Ria pernah digosipkan berpacaran dengan budayawan Emha Ainun Nadjib. Pada tanggal 14 November 1997, ia menikah dengan Rey Irarto Wisnu Takari, seorang pengusaha yang memiliki Trapesium Band, sebuah grup musik yang cukup terkenal di Surabaya.

Setelah 3 kali keguguran, Ria Enes akhirnya melahirkan anak sulungnya Atala Rania Insyra (lahir 29 Juli 2000). 2 anak menyusul kemudian, yakni Ataya Raisa Insyra (lahir 11 Februari 2004) dan Atasya Radho Insyra (lahir 23 Juni 2006). Setelah kelahiran si bungsu, rahim Ria langsung disteril.

Aktivitas terkini

Ria Enes kini lebih banyak bergelut di dunia pendidikan, melalui lembaga pendidikan Dunia Suzan yang didirikannya pada tahun 1994 di sebuah ruko di Darmo Park II (di Dukuh Pakis, Surabaya Barat). Awalnya, Dunia Suzan hanyalah sanggar seni. Namun karena respon positif dari masyarakat, Ria menaikkan statusnya sebagai taman kanak-kanak.

Di TK tersebut, ia juga melibatkan orang tua murid untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar memantau perkembangan anak. Jika mendapat tawaran show di Surabaya dan sekitarnya, Ria mengajak serta murid-muridnya, untuk melatih keberanian mereka di depan umum.