Putra Dewa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Putra Dewa adalah seorang wanita istana yang memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Kerajaan Aceh dan pernah menjadi orang kepercayaan Sultanah Safiatuddin pada masa kekuasaannya (1641-1675).[1]

Pada tahun 1653, akibat tekanan dari para bangsawan yang disebut orang kaya, Putra Dewa diasingkan ke Maladewa setelah ia dituduh sebagai dalang hubungan zina antara sultanah dengan guru Muslimnya. Tidak diketahui secara pasti apakah ia dibuang karena keterlibatannya dalam skandal ini atau karena para orang kaya hanya mencari alasan untuk menyingkirkan tokoh yang kekuasaannya semakin meningkat di istana Aceh. Menurut sejarawan Sher Banu A.L. Khan, karena saat itu tuduhan zina mengancam takhta Safiatuddin, sang ratu mungkin terpaksa menyetujui hukuman tersebut.[1]

Selama di pengasingan, ia sempat menunaikan haji di Mekkah, dan sumber sejarah Belanda juga menyebutkan bahwa ia pernah mengunjungi makam Muhammad. Kemudian, pada tahun 1660, Sultanah Safiatuddin sudah tidak lagi terancam digulingkan oleh para orang kaya. Ia kemudian memutuskan untuk mengampuni Putra Dewa yang sudah menjadi seorang wanita tua. Putra Dewa lalu kembali ke Aceh dengan menumpangi sebuah kapal Surat yang bernama Moessady. Menurut sumber Belanda, Putra Dewa sangat senang karena bisa kembali ke tanah airnya meskipun para orang kaya tidak menyukai kepulangannya.[1]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Khan 2017, hlm. 239.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Khan, Sher Banu A.L. (2017). Sovereign Women in a Muslim Kingdom: The Sultanahs of Aceh, 1641-1699. Singapore: NUS Press.