Orang Bugis di Malaysia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Museum Bugis yang berada di Pontian, Johor.

Suku Bugis adalah salah satu etnik yang terdapat dalam populasi Malaysia. Banyak tokoh berpengaruh dan terkenal di Malaysia yang memiliki darah keturunan Bugis. Suku Bugis bukanlah satu-satunya suku bangsa asal Indonesia yang telah terdapat dalam masyarakat Malaysia, terdapat juga suku Minangkabau, suku Jawa, suku Banjar, suku Bawean, suku Makassar dan lain-lain.[1] Migrasi orang Indonesia ke Malaysia telah terjadi sebelum zaman kolonial khususnya pada masa pemerintahan Sriwijaya dan Majapahit. Suku bangsa Bugis di Malaysia telah beradaptasi pada budaya dan nilai sosial setempat dengan sangat baik. Komunitas orang Bugis di Malaysia telah mengadopsi budaya Melayu, mereka berbicara dalam bahasa Melayu dan menggunakan nama-nama Melayu.

Sensus penduduk di Malaysia tidak mengkategorikan Bugis sebagai suku bangsa tersendiri melainkan diklasifikasikan sebagai Orang Melayu.[2] Kehadiran orang Bugis di Malaysia telah menjadi bagian sejarah dan sebuah kontribusi bagi perkembangan Negara Malaysia. Beberapa Perdana Menteri di Malaysia adalah keturunan Bugis. Diantaranya adalah Tunku Abdul Rahman, Tun Abdul Razak dan putranya Najib Tun Razak yang juga menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia.[3] Banyak juga figur publik Malaysia yang memiliki darah keturunan Bugis seperti Yuna.[4]

Sejarah Bugis di Tanah Melayu[sunting | sunting sumber]

Orang Bugis memegang peranan penting dalam sejarah di Tanah Melayu. Orang-orang Bugis pada saat itu terlibat secara langsung atau tidak langsung di dalam politik kerajaan-kerajaan Melayu ketika itu. Bermula saat Raja Sulaiman Badrul Alam Shah ingin menguasai Johor, Riau, dan Lingga yang dikuasai oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah atau dikenal dengan julukan Raja Kecik. Lalu dengan bantuan orang-orang Bugis dari Klang, Raja Sulaiman berhasil merebut wilayah Johor, Riau, dan Lingga dari tangan Raja Kecik.[5] Sebagai balas budi, Raja Sulaiman memberikan gelar Yang Dipertuan Muda kepada Daeng Marewah yang memerintah di wilayah Johor, Riau, dan Lingga. Hingga saat ini raja-raja di Kesultanan Johor dan Kesultanan Selangor adalah keturunan Bugis.[6]

Integrasi Bugis sebagai Melayu[sunting | sunting sumber]

Suku Bugis di Malaysia tidak dikategorikan sebagai suku bangsa tersendiri. Namun, sensus penduduk di Malaysia umumnya mengkategorikan orang Bugis sebagai Orang Melayu. Mereka memiliki hak dan kewajiban sebagaimana orang Melayu lain sesuai konstitusi dan undang-undang yang berlaku di Malaysia.

Orang yang diakui sebagai Melayu menurut Perlembagan Persekutuan (Konstitusi Negara Malaysia) perkara 160 klausa 2 adalah sebagai berikut:

“Orang Melayu” ertinya seseorang yang menganuti agama Islam, lazim bercakap bahasa Melayu, menurut adat Melayu dan—

(a) yang lahir sebelum Hari Merdeka di Persekutuan atau Singapura atau yang lahir sebelum Hari Merdeka dan ibu atau bapanya telah lahir di Persekutuan atau di Singapura, atau yang pada Hari Merdeka berdomisil di Persekutuan atau di Singapura; atau

(b) ialah zuriat seseorang yang sedemikian; [2]

Hal ini menyebabkan semua ras dan suku tanpa terkecuali jika memenuhi syarat diatas akan diklasifikasikan sebagai Melayu dan mendapatkan hak keistimewaan dan kewajiban sebagai orang Melayu di Malaysia menurut hukum Malaysia.

Hak dan keistimewaan Melayu[sunting | sunting sumber]

Hak istimewa orang Melayu adalah hak yang telah disepakati oleh para pemimpin Malaysia terdahulu yang mereka berikan kepada orang Melayu sebagai kompensasi kesediaan rakyat Melayu di tanah Melayu untuk menerima etnis Tionghoa dan etnis India untuk berbagi kehidupan di tanah Melayu secara bersama-sama. Hak-hak keistimewaan ini termaktub dalam perkara 153 Perlembagaan Persekutuan Tanah Melayu 1948. Orang Bugis yang diklasifikasikan sebagai Melayu di Malaysia sebenarnya diuntungkan karena konstitusi Malaysia memberikan hak-hak keistimewaan bagi orang-orang Melayu di negara tersebut. Berikut isi kandungan hak-hak keistimewaan orang Melayu menurut Perlembagaan Persekutuan Malaysia:

Jabatan dalam kerajaan[sunting | sunting sumber]

Beberapa jabatan penting didalam pemerintahan Malaysia harus dipegang oleh orang Melayu. Salah satu jabatan tertinggi yang hanya dapat diduduki oleh orang Melayu adalah Yang di-Pertuan Agong Malaysia. Yang di-Pertuan Agong adalah gelar resmi bagi kepala negara di Negara Malaysia dan memiliki masa jabatan selama lima tahun.[2]

Peruntukan Beasiswa[sunting | sunting sumber]

Kuota pemberian beasiswa atau bantuan pendidikan lainnya harus mengutamakan orang Melayu terlebih dahulu daripada orang bukan Melayu.[2]

Bantuan Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Setiap peraturan dibuat untuk memudahkan orang-orang Melayu dalam mendapatkan izin atau sertifikasi untuk menjalankan usaha, bisnis ataupun kegiatan ekonomi lainnya.[2]

Tokoh Bugis-Malaysia[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Nurmala, Noviyanti. Kisah Bangsa Melayu di Negeri Jiran.Majalah Akses edisi ke-7: Bisnis Indonesia Malaysia. 2007
  2. ^ a b c d e Undang-Undang Malaysia. Perlembagaan Persekutuan.
  3. ^ Wain, Barry. Malaysian Maverick: Mahattir Mohamad in Turbulent Times. Institute of Southeast Asian Studies, Singapore. 2009.
  4. ^ http://www.thenutgraph.com/yuna-on-being-%E2%80%9Cmalay-malay%E2%80%9D/. Diakses tanggal 30-10-2017
  5. ^ http://www.antaranews.com/berita/67980/raja-raja-di-malaysia-berdarah-bugis. Diakses tanggal 30-10-2017
  6. ^ Andaya, Barbara Watson (2003) Gender, Islam and the Bugis Diaspora in Nineteenth-and Twentieth-Century Riau. SARI: Jurnal Alam dan Tamadun Melayu, 21 . pp. 77-108. ISSN 0127-2721