Operasi Pike

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kilang minyak di Baku, tahun 1912.

Operasi Pike merupakan perencanaan militer yang digagas oleh Inggris dan Prancis. Operasi ini ditujukan untuk melancarkan serangan pengeboman terhadap industri minyak Uni Soviet yang ada di Wilayah Kaukasus (Baku, Batum & Grozny).

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1939, pemerintahan Hitler dengan pemerintahan Stalin sepakat untuk bersama-sama memperbaiki hubungan bilateral di kedua negara. Perbaikan hubungan kedua negara ini, dimulai dengan perjanjian perdagangan ekonomi yang ditandatangani pada tanggal 19 Agustus 1939. Dalam perjanjian tersebut, Stalin bersedia menyuplai bahan bakar dan bahan baku minyak bumi yang dibutuhkan oleh mesin perang Hitler, sementara sebagai gantinya, Hitler bersedia mentransfer teknologi militernya kepada Stalin. Perjanjian ini sangat menguntungkan posisi Hitler, karena pasokan bahan bakar dan bahan baku minyak bumi yang diperoleh Hitler dari wilayah Kaukasus, memberinya kekuatan untuk membangun kembali industri militernya. Dampak dari perjanjian ini sangat terasa bagi pihak Sekutu (Inggris-Prancis), dimana blokade ekonomi yang diterapkan oleh Sekutu kepada Jerman terbukti menjadi sia-sia. Setelah mempererat dalam bidang ekonomi, Hitler dan Stalin memperluas hubungannya ke ranah politik dan militer, dengan mengadakan Pakta Molotov–Ribbentrop pada tanggal 23 Agustus 1939 (Pakta yang membagi bagi wilayah baltik, eropa utara dan eropa timur ke dalam kekuasaan Jerman dan Uni Soviet).

Dari dua perjanjian diatas, pihak Sekutu (Inggris-Prancis) dapat menyimpulkan bahwa, baik Hitler maupun Stalin sedang membangun Aliansi militer secara bersama. Aliansi militer ini juga diperkuat dengan adanya industri minyak bumi di wilayah Kaukasus yang dijadikan sumber utama dalam menyediakan bahan bakar mesin perang Hitler dan mesin perang Stalin. Tentu saja ini sangat menimbulkan kekhawatiran bagi pihak Sekutu (Inggris-Prancis), karena kilang minyak bumi yang digunakan untuk menyuplai bahan bakar mesin perang Hitler dan mesin perang Stalin dapat mengganggu kepentingan Sekutu dan mengancam keamanan di kawasan Eropa. Karena mesin perang Hitler yang berhasil menyerang Polandia barat dan mesin perang Stalin berhasil menyerang Polandia timur, Baltik, wilayah Rumania (Bukovina, Bessarbia) dan wilayah Finlandia (Karelia, Salla, Hanko, & Rybachy).

Biar bagaimanapun, pihak Sekutu (Inggris-Prancis) harus menghancurkan kilang minyak bumi yang ada wilayah Kaukasus. Karena selama ini, bahan bakar yang digunakan pada mesin perang Hitler dan mesin perang Stalin untuk menyerang Wilayah Polandia, Baltik, Rumania dan Finlandia bersumber dari kilang minyak bumi yang ada di wilayah Kaukasus, maka dari itu perlu dihancurkan Sekutu agar tidak mengganggu kepentingan Sekutu dan mencegah ancaman di kawasan Eropa serta kawasan lainnya.

Perancangan[sunting | sunting sumber]

Maka dirancanglah Operasi Pike dengan kode sandi "Western Airplane 106". Operasi ini dipimpin langsung oleh Marsekal John Slessor dari Inggris dan Jenderal Maurice Gamelin dari Prancis. Operasi pike mulai dicanangkan setelah jatuhnya Polandia ke tangan Jerman dan Uni Soviet pada bulan September 1939.

Tujuan Operasi ini sangat jelas, melancarkan serangan pengeboman dari udara terhadap pabrik industri minyak, sumur minyak, pompa pengeboran minyak dan jaringan pipa minyak yang menghubungkan Baku, Batum, serta Grozny yang ada di wilayah Kaukasus-Uni Soviet. Bila pihak Sekutu (Inggris-Prancis) berhasil menghancurkan industri minyak Uni Soviet. maka mesin perang Hitler dan mesin perang Stalin tidak akan bisa digunakan karena ke depannya tidak akan memiliki cukup persediaan bahan bakar; industri militer Hitler dan industri militer Stalin akan melemah, perekonomian Uni Soviet perlahan akan runtuh karena industri minyak di wilayah Kaukasus merupakan urat nadi bagi perekonomian Uni Soviet. Dan menurut perkiraan Sekutu, baik Hitler maupun Stalin tidak akan bisa mengancam kawasan Eropa serta kawasan lainnya.

Persiapan[sunting | sunting sumber]

Sebelum melancarkan serangan pengeboman, pihak Sekutu (Inggris-Prancis) terlebih dahulu melakukan pengintaian udara dan pemotretan udara ke kawasan industri minyak yang ada di wilayah Kaukasus (Baku, Batum, Grozny) serta merancang pemetaan peta untuk menentukan lokasi mana yang harus dihancurkan. Kegiatan pemetaan dan misi pengintaian telah selesai dilakukan pada bulan April 1940, dan selanjutnya dilakukan persiapan serangan pengeboman melalui udara.

Serangan diperkirakan akan menggunakan pesawat pengebom Bristol Blenheim, Vickers Wellesly, Martin Maryland dan Farman F.220. Pesawat pengebom yang mengangkut kira-kira 1000 ton bom ini akan diterbangkan dari pangkalan udara yang ada di Irak (jajahan Inggris), Suriah (jajahan Prancis), Iran serta Turki (netral tapi anti Uni Soviet) menuju target sasaran di wilayah Kaukasus-Uni Soviet.

Buntut kejadian[sunting | sunting sumber]

Jatuhnya Prancis ke tangan Jerman pada bulan Mei 1940, membuat pelaksanaan Operasi Pike menjadi terhenti dan kemudian mengalami penundaan. Setelah Jerman menggelar Operasi Barbarossa pada bulan Juni 1941 dan melancarkan serangannya ke selatan Uni Soviet tepatnya ke wilayah Kaukasus, perencanaan Operasi Pike kemudian dilaksanakan kembali dengan catatan, jika Uni Soviet gagal menghalau serangan Jerman, maka pihak Inggris akan memanfaatkan situasi dari kekalahan Stalin dengan melakukan pengeboman terhadap industri minyak bumi milik Stalin. Namun, Jerman gagal mendapatkan ladang minyak di Kaukasus dan terus terpukul keluar dari wilayah Uni Soviet. Maka dengan ini, Operasi Pike juga gagal dilaksanakan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • Richardson, Charles O. (1973). "French Plans for Allied Attacks on the Caucasus Oil Fields, January–April 1940". French Historical Studies. 8 (1): 130–56. ISSN 0016-1071.