Neutropenia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Neutropenia adalah kondisi saat neutrofil pada darah mengalami penurunan hingga berada di bawah normal. Neutrofil yang normal berada pada kisaran 2500-6000. Neutrofil merupakan komponen yang berperan menghalau bakteri dan virus melalui sistem kekebalan tubuh. Sel tersebut diproduksi pada sumsum tulang belakang dan menjadi bagian dari sel darah putih.

Neutropenia memiliki tiga tingkatan keparahan. Kategori ringan berada pada 1000-1500 neutrofil/mcl. Kategori sedang berada pada 500-1000 neutrofil/mcl. Kategori parah berada pada kurang dari 500 neutrofil/mcl. Kondisi neutropenia dapat menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi.[1]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Gangguan neutropenia terjadi sebab neutrofil digunakan lebih cepat oleh tubuh dari pada yang diproduksi atau sumsum tulang tidak cukup menghasilkan neutrofil, sehingga menyebabkan kurangnya kadar sel tersebut dalam tubuh. Kondisi neutropenia dapat berlangsung secara akut atau sementara dan secara kronis atau jangka yang lama, tergantung bagaimana penanganannya. Neutropenia dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu sebab bawaan lahir serta yang diderita karena faktor lain.

Beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya gangguan sel darah putih ini. Seperti kanker, leukemia adalah salah satu jenis kanker yang dapat mengurangi sel neutrofil. Kemudian kemoterapi juga menjadi salah satu penyebab terjadinya neutropenia. Karena selain memusnahkan sel kanker, perawatan kanker tersebut dapat membunuh sel neutrofil. Sejumlah pengobatan untuk kanker lainnya juga berpotensi menurunkan neutrofil seperti terapi radiasi kanker, dan transplantasi sumsum tulang. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu dalam waktu yang panjang dapat menurunkan kadar neutrofil, seperti methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil yang digunakan untuk menangani hipertiroid, ganciclovir (Cytovene) dan valganciclovir (Valcyte) yang merupakan antivirus, obat antibiotik seperti vankomisin (Vancocin), penisilin G dan oksasilin, lalu sulfasalazine (Azulfidine) yang merupakan obat anti peradangan untuk meredakan radang usus besar, kemudian clozapine (Clozaril, Fazaclo) dan chlorpromazine yang merupakan antipsikotik, serta quinidine dan procainamide yaitu obat untuk meredakan irama jantung yang tidak normal.

Beberapa infeksi virus dan bakteri juga dapat mempengaruhi kenormalan neutrofil, misalnya campak, infeksi akibat bakteri salmonella, cacar air, virus hepatitis, HIV/AIDS, dan tuberkulosis. Kondisi autoimun seperti lupus, Rheumatoid arthritis, Crohn, dan granulomatosis dengan poliangiitis pun menjadi salah satu penyebab neutropenia, hal ini karena antibody dalam tubuh menghancurkan neutrofil dan menyebabkan penurunan sel tersebut hingga di bawah normal. Selain itu neutropenia dapat timbul karena adanya gangguan pada sumsum tulang belakang yang menggangu produksi neutrofil. Kondisi ini dapat terjadi karena bawaan lahir atau karena sejumlah penyakit seperti anemia aplastik, sindrom mielodisplasia, dan myelofibrosis. Beberapa penyebab lainnya yang dapat menimbulkan neutropenia yaitu sindrom kostmann, kurangnya vitamin atau nutrisi dalam tubuh, serta kelainan limpa.[2]

Gejala[sunting | sunting sumber]

Gangguan neutropenia terkadang sulit dideteksi dari gejala sebab jarang memunculkan gejala khusus dan baru dapat diketahui saat melakukan tes darah. Jika ada gejala umumnya disebabkan karena adanya komplikasi atau kondisi yang menyebabkan terjadinya neutropenia, misalnya infeksi paru-paru.

Gejala tersebut di antaranya, demam, luka sulit sembuh, sariawan dalam jangka panjang, ruam bernanah, cepat lelah, adanya pembengkakan di kelenjar getah bening, diare dan muntah.[3]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Sebelum memberikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dari mulai pemeriksaan fisik hingga riwayat medis pasien guna mengidentifikasi penyebab dari gejala yang terdeteksi. Selain itu ada juga beberapa tes yang dilakukan dokter untuk memperkuat diagnosis neutropenia. Seperti tes darah lengkap, untuk memastikan jumlah neutrofil normal atau berada di bawah kadar normal. Rontgen, untuk memastikan infeksi, mengevaluasi sumsum tulang, dan memeriksa perkembangan penyakit serta jika terjadi komplikasi. Melalui aspirasi sumsum tulang belakang, untuk mengetahui dan menetapkan penyebab spesifik neutropenia serta memantau kondisi sumsum tulang.[1]

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Sebelum memberikan perawatan, dokter akan menentukan terlebih dahulu tingkat keparahan serta yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi. Setelahnya dokter akan mempertimbangkan pengobatan yang tepat untuk penderita. Beberapa pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita neutropenia di antaranya, pemberian antibiotik untuk meredakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Kemudian pemberian obat yang dapat menekan sistem imun tubuh. Terapi G-CSF (granulocyte–colony stimulating factor) untuk menstimulus sumsum tulang agar dapat menghasilkan lebih banyak neutrofil, terapi ini sangat ampuh untuk penderita neutropenia kongenital. Pada kondisi neutropenia yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu, sangat disarankan untuk mengubah jenis obat-obatan yang digunakan apabila memungkinkan. Melakukan transplantasi sel induk untuk menyembuhkan tipe neutropenia berat.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Neutropenia- Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatannya - Siloam Hospitals". www.siloamhospitals.com. Diakses tanggal 2024-05-20. 
  2. ^ "Penyebab Neutropenia dan Cara Mengatasinya • Hello Sehat". Hello Sehat. 2020-11-09. Diakses tanggal 2024-05-20. 
  3. ^ "Memahami Penyebab Neutropenia dan Cara Mengobatinya". Alodokter. 2017-10-05. Diakses tanggal 2024-05-20. 
  4. ^ Halodoc. "Neutropenia - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan". halodoc. Diakses tanggal 2024-05-20.