Makam La Tenri Ruwa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Makam La Tenri Ruwa merupakan kompleks makam peninggalan sejarah yang terletak di Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. Nama makam tersebut diambil dari nama salah seorang raja Kesultanan Bone yang pertama memeluk agama Islam yang meninggal dunia di daerah Bantaeng dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Menurut tradisi lisan mengatakan bahwa raja Kerajaan Bantaeng yang pertama kali menerima Islam ialah raja Bantaeng ke-7, Karaeng Majjombea. Makamnya diyakini ada dalam situs tersebut, namun tidak diketahui yang mana makamnya. Hampir semua makam tidak diketahui siapa yang dimakamkan dan kapan waktu wafatnya, karena tidak ada inskripsi yang menyebutkan tentang hal tersebut. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan masyarakat suku Bugis dan suku Makassar untuk tidak menuliskan nama orang mati di makamnya, kecuali inskripsi yang berisi doa dan nama Allah dan Muhammad. Jumlah makam keseluruhan yaitu sebanyak 154 buah, sedang yang lainnya termasuk makam baru.

Tipe makam[sunting | sunting sumber]

Ada lima tipe jirat makam pada situs tersebut yaitu, tipe makam cungkup punden berundak sebanyak 2 buah, tipe makam cungkup rumah tradisional sebanyak 2 buah, tipe makam teras berundak sebanyak 109 buah, tipe makam peti batu sebanyak 20 buah, dan tipe jirat gundukan tanah atau batu sebanyak 11 buah. Pada situs Kompleks Makam La Tenri Ruwa juga terdapat beberapa makam yang tidak memiliki nisan, ada yang menggunakan nisan satu buah dan ada yang dua buah. Secara keseluruhan jumlah nisan adalah 174 buah. Adapun bentuk-bentuk ragam hias nisan dan jirat yang terdapat pada makam tersebut adalah motif ragam hias suluran daun, bunga, geometri dan kaligrafi. Pada umumnya hiasan garis ini, dinyatakan dalam bentuk bingkai, garis-garis horizontal yang berfungsi sebagai pembatas antara bidang yang satu dengan bidang yang lainnya.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Duli, A., dkk. (2013). Monumen Islam di Sulawesi Selatan (PDF). Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. hlm. 123–128. ISBN 978-602-8405-50-8.