Legenda Lau Kawar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Legenda Lau Kawar adalah legenda yang berasal dari tanah Karo yang terletak di Sumatera Utara.[1][2][3] Lau kawar adalah nama danau yang terletak di suatu desa bernama Desa Kuta Gugung, Naman Teran, Karo.[1] Dahulu kala, Danau Lau Kawar dipercaya sebagai sebuah desa yang bernama Kawar.[1][4][5] Desa Kawar tenggelam dan kemudian berubah menjadi danau Lau Kawar.[1]

Cerita[sunting | sunting sumber]

Dahulu kala, ada sebuah desa di tanah Karo yang bernama desa Kawar.[1] Desa ini sangat subur dan dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah.[1] Suatu hari, penduduk desa itu mengadakan suatau acara adat sebagai bentuk rasa syukur karena hasil panen penduduk yang melimpah ruah.[1] Semua penduduk desa menghadiri acara itu, tetapi ada seorang nenek yang tidak ikut datang ke acara tersebut.[1] Nenek ini tidak sanggup untuk menghadiri acara karena kondisi tubuhnya yang melemah.[1] Si nenek rupanya belum makan seharian sehingga ia tidak memiliki tenaga bahkan untuk berjalan.[1] Nenek melihat ke arah jendelanya dan ia terkejut ketika melihat anak lelakinya beserta keluarganya berjalan ke acara adat itu.[1] Si nenek berharap bahwa anaknya akan mampir ke rumahnya dan mengajaknya ke acara itu.[1] Namun, anak lelaki beserta keluarganya tidak mampir; mereka terus berjalan menuju ke acara adat itu.[1] Nenek merasa sedih dan ia pun berbaring sambil menangis karena tidak ada yang memerhatikan dirinya.[1] Ketika acara adat itu selesai, si anak baru ingat kepada ibunya.[1] Ia pun meminta istrinya untuk membungkus makanan agar diberikan kepada ibunya. Istrinya membungkus makanan lalu menyuruh anaknya mengantar makanan itu.[1] Sang nenek pun terkejut sekaligus senang ketika cucunya datang membawakan makanan.[1] Namun, rasa senang itu tidak bertahan lama ketika sang nenek mengetahui bahwa isi bungkusan itu hanyalah sisa-sisa makanan dari acara adat.[1] Nenek tersebut tidak tahu bahwa yang memakan makanan itu adalah cucu dari nenek tersebut. Nenek itu pun memanjatkan doa kepada Tuhan.[1] Ia berharap bahwa Tuhan memberikan pelajaran setimpal atas kedurhakaaan anaknya.[1] Beberapa saat kemudian terjadilah gempa bumi, petir menyambar ke tanah, dan hujan turun tak henti-henti.[1] Hujan turun begitu deras sehingga dalam waktu sekejap desa Kawar sudah terendam dan menjadi sebuah kawah.[1] Kawah itu yang kemudian dinamakan sebagai Danau Lau Kawar.[1]

Pesan[sunting | sunting sumber]

Legenda Lau Kawar memberikan pesan penting bagi kehidupan manusia terutama bagi seorang anak.[1] Seorang anak harus berbakti kepada orang tua karena orang tualah yang mendidik dan membesarkannya.[1] Seorang anak tidak boleh mengabaikan orang tuanya agar ia tidak berakhir seperti anak si nenek dalam legenda Lau Kawar.[1]


Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Marina Asril Reza. 2010. 108 Cerita Rakyat terbaik Asli Nusantara.Jakarta:Visimedia. Hlm 12.
  2. ^ Monika Cri Maharani. 2011. Cerita Rakyat asli Indonesia: dari 33 Provinsi.Jakarta: Agromedia Pustaka.Hlm 10.
  3. ^ Lia Nuralia. 2009. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler: Meliputi Legenda, Mitos, Fabel, dan Epos.Jakarta Selatan: Kawan Pustaka. Hlm 10.
  4. ^ "Legenda Lau Kawar di Karo". Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  5. ^ "Legenda Lau Kawar". Diakses tanggal 4 mei 2014. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]