Kuil Tagata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penampakan Kuil Tagata dari depan

Kuil Tagata adalah kuil shinto yang terletak di Kota Komaki, sebelah utara Nagoya, Jepang. Kuil ini terletak tak jauh dari Kuil Oagata. Jadwal buka kuil ini adalah setiap hari, termasuk akhir pekan dan hari libur dari pukul 09.00 hingga 15.30 waktu Jepang. Pengunjung dapat masuk ke sana secara gratis. Tidak ada biaya untuk masuk ke Kuil Tagata.[1]

Ciri khas dari kuil ini adalah terdapat berbagai ornamen atau patung-patung bergambarkan alat kelamin pria, penis. Di sisi bagian dalam sebelah kanan kuil terdapat 5 patung berukuran 40 cm dan berdiameter 10 cm. Di bagian belakangnya terdapat tempat yang memamerkan beragam patung penis dengan warna dan bentuk berbeda. Di antara berbagai patung tersebut terdapat dua patung penis berukuran besar. Salah satunya diletakkan menjorok ke depan agar para pengunjung dapat mengelus-ngelusnya. Selain itu terdapat pula dua bola yang halus dan sebuah gua yang berada di sebelah kanan Kuil Tagata. Dua bola tersebut merupakan lambang buah pelir sedangkan gua di belakangnya adalah lubang vagina. Konon, bagi siapapun yang telah mengelusnya akan merasa tenang dan bahagia.[2]

Pada waktu biasa, Kuil Tagata hanya digunakan untuk beribadah saja. Namun pada 15 Maret setiap tahunnya, para warga di sekitar Kuil Tagata mengadakan festival kesuburan alias honen matsuri. Honen sendiri berarti tahun dari panen yang berlimpah. Festival ini juga dikenal dengan nama festival penis. Hal itu dikarenakan dalam melakukan festival para peserta mengarak patung penis raksasa ke sekitar kuil.[3][4] Walau dipenuhi dengan patung yang menggambarkan organ vital pria, acara ini tak terlepas dari kunjungan anak-anak. Selain biasa digunakan untuk shichi-go-san, sebuah acara pemberkatan untuk anak-anak Jepang yang berusia 7, 5 dan 3 tahun, anak-anak juga suka datang ke sana bersama orang dewasa untuk beribadah.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Menurut Okawara dan Numazawa, Kuil Tagata adalah kuil shinto yang berasal dari zaman restorasi Meiji. Dahulunya kuil ini merupakan daerah hutan yang dikenal dengan nama Agata no Mori atau dalam Bahasa Indonesia berarti Hutan Agata. Sebuah teori mengatakan bahwa kata 'agata' sendiri berasal dari nama panggilan raja setempat. Penguasa tersebut memiliki seorang putri bernama Tamahime yang akhirnya menjadi kami atau sejenis leluhur di Kuil Tagata. Kami tersebut merupakan Mitoshi no Kami, penerima phallus, salah satu bagian dari penis yang meredakan amarahnya dalam Kogoshui. Sejarah kuil ini kemudian berlanjut pada 1935 saat sebuah pedang dan pecahan barang-barang tanah ditemukan di sana, menandakan bahwa kuil ini telah berlangsung selama 1.500 tahun.[5]

Pada masa lalu, Kuil Tagata meminjamkan barang-barang pemujaan berupa patung penis kepada berbagai masyarakat, mulai dari pasangan yang menginginkan anak namun belum memilikinya, kepada wanita yang berharap bisa menemukan suami atau kepada petani yang berdoa untuk tanamannya. Patung-patung tersebut dibawa pulang dan disembah sampai hasil yang diinginkan tercapai. Seiring berjalannya waktu, hal itu kini tak dilakukan lagi.[1]

Akses[sunting | sunting sumber]

Kuil ini bisa diakses, baik melalui transportasi umum ataupun kendaraan pribadi. Untuk transportasi kereta, para pengunjung bisa naik kereta dengan mengambil jalur Meitetsu Inuyama ke arah Inuyama. Setibanya di Stasiun Inuyama, pengunjung berganti kereta ke arah Meitetsu Komaki lalu turun di Stasiun Tagata Jinja-mae. Hanya berjalan selama 5 menit ke arah tenggara, maka pengunjung dapat tiba di kuil ini. Untuk subway, pengunjung dapat mencapai kuil ini dengan naik subway kota Nagoya. Dari Stasiun Nagoya, pengunjung naik subway jalur Higashiyama ke arah Fujigaoka. Saat tiba di Stasiun Sakae, pengunjung berganti kereta ke jalur Meijo. Setelah berganti kereta di Stasiun Heiandori, pengunjung kemudian turun di Stasiun Meitetsu Tagata Jinja-mae kemudian berjalan 5 menit ke arah tenggara. Sementara dengan taksi, para pengunjung bisa mengaksesnya dari bandara Komaki dengan memakan waktu perjalanan sekitar 25 menit dan dari Stasiun Meitetsu Komaki dengan memakan waktu perjalanan selama 15 menit.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Tagata Jinja Shrine". AichiNow-OFFICIAL SITE FOR TOURISM AICHI (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-13. 
  2. ^ a b Parastuti (2016). Wow, Japan!. Surabaya: Genta Group Production. hlm. 3–8. ISBN 978-602-6991-17-1. 
  3. ^ "Tagata Shrine Honen Festival 田縣神社 豊年祭". JAPAN PHOTOS (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-13. 
  4. ^ "Japan: Nothing says springtime like penis and vagina festivals". Public Radio International (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-13. 
  5. ^ Turnbull, Stephen (2015). Japan’s Sexual Gods: Shrines, Roles and Rituals of Procreation and Protection. Brill Academic Pub. ISBN 978-9004288911. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]