Koryo Ilbo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Koryo Ilbo
TipeKoran mingguan
PemilikAsosiasi Korea Kazakhstan
Pemimpin redaksiKonstantin Kim[1]
Didirikan1 Maret 1923
Pandangan politik
BahasaKorea
Rusia
PusatAlmaty, Kazakhstan
Sirkulasi surat kabar2,000 kopi
Situs webkoreans.kz

Koryo Ilbo[note 1] adalah surat kabar yang diterbitkan dalam bahasa Korea dan Rusia dari Almaty, Kazakhstan, untuk etnis Korea yang tinggal di bekas Uni Soviet. Pertama kali diterbitkan pada tahun 1923 sebagai Surat Kabar 1 Maret, berganti nama menjadi Sŏnbong, kemudian menjadi Lenin Kichi pada tahun 1938, dan akhirnya menjadi Koryo Ilbo setelah pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991. Tercatat sebagai salah satu Koran tertua di Korea dan tertua yang aktif di luar semenanjung Korea,[2][3][1][4][5] setelah merayakan hari jadinya yang ke-100 pada tahun 2023. Itu juga selama beberapa dekade menjadi satu-satunya surat kabar berbahasa Korea yang tersedia secara nasional di Uni Soviet dan promotor penting literatur Etnis Korea Soviet, atau Koryo-saram, selama periode ketika bahasa daerah ditindas oleh pemerintah.

Surat kabar tersebut juga merupakan sumber penting untuk mempelajari diaspora Korea, bahasa Korea, gerakan kemerdekaan Korea, Perang Korea, dan sastra Korea.

Itu memiliki sirkulasi sekitar 40.000 selama puncaknya sekitar tahun 1970-an dan 1980-an, tetapi karena penurunan jumlah etnis Korea yang dapat berbicara bahasa Korea, sekarang menerbitkan sekitar 2.000 eksemplar dan sebagian besar didukung oleh Asosiasi Orang Korea di Kazakhstan dan Kementerian Kebudayaan, Informasi, dan Komunikasi Kazakhstan.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Menurut sejumlah sumber, surat kabar tersebut memiliki pendahulu pada Agustus 1922 diterbitkan di Anuchino, Krai Primorsky yang disebut Surat Kabar 1 Maret[6][1][note 2] atau Bendera Merah[note 3], namun para cendekiawan dan mantan wartawan untuk Koryo Ilbo Kim Byeong-hag bersikap skeptis terhadap klaim-klaim tersebut.[7]

Pendahulunya (jika memang ada) dan kemudian surat kabar yang sebenarnya diterbitkan dalam menanggapi penindasan kekerasan Gerakan 1 Maret Korea tahun 1919 Gerakan 1 Maret oleh Kekaisaran Jepang.[1][8] Ribuan orang Korea diasingkan usai pertikaian tersebut, utamanya dibawa ke Rusia, Tiongkok dan Amerika Serikat. Kebanyakan staf surat kabar tersebut juga aktif dalam gerakan kemerdekaan, dan sorotan mereka terhadap gerakan tersebut menjadi bahan kajian oleh para cendekiawan modern.[9][2]

Sŏnbong[sunting | sunting sumber]

Pada 1 Maret 1923 di Vladivostok, Uni Soviet, Surat Kabar 1 Maret diterbitkan pada peringatan keempat unjuk rasa 1 Maret.[1][8][10][5][7][2] Beberapa tahun setelahnya, surat kabar tersebut berubah nama menjadi Sŏnbong.[1][note 4] Surat kabar tersebut diterbitkan dari Khabarovsk sepanjang 1929 sampai 1934, kemudian dari Vladivostok lagi.[10] Seperti surat-surat kabar Soviet pada masa itu, Sŏnbong dinaungi oleh pemerintah, dan para pejabat komunis lokal memeiliki kendali atas staf dan isi surat kabar tersebut.[9]

Penyunting pertamanya adalah Lee Paik-cho (28 Desember 1895 – 12 Juli 1934).[11][12][note 5] Lee juga menjabat sebagai kepala penyunting ketiga, keenam dan kedelapan.[11] Ia lahir di Seoul dan menjadi Komunis seumur hidup, aktivis kemerdekaan dan advokat sastra sosialis Koryo-saram.[13] Ia kemudian tewas dalam kecelakaan mobil.[12]

Pada sekitar tahun 1925, surat kabar tersebut mulai menerbitkan sastra berbahasa Korea, dan membuat sastra menjadi unsur reguler berpengaruh dari surat kabar tersebut pada 1933 karena berada dalam bagian dari upaya oleh Cho Myung-hee [ko], seorang pengarang Koryo-saram tersohor.[14][15] Surat kabar tersebut menjadi wadah signifikan untuk Koryo-saram untuk menampilkan karya mereka.[16]

1937–1938 Masa jeda[sunting | sunting sumber]

Pada 1930an, pembersihan politik skala besar terjadi di Uni Soviet, yang berujung pada bagian berikutnya pada dasawarsa tersebut dengan deportasi kebangsaan.[1][5] Pada 12 September 1937, usai penerbitan edisi ke-1644 Sŏnbong, surat kabar tersebut menjalani masa jeda sampai Maret 1938 karena deportasi orang Korea di Uni Soviet, yang dipaksa berpindah ke Asia Tengah Soviet.[1][5][17] Pembatasan juga dilakukan terhadap pemakaian dan pengajaran bahasa Korea.[18][5] Stad eksekutifnya ditangkap, dan beberapa dieksekusi.[1][19]

Staf yang selamat berpindah ke Kyzylorda (kini Kazakhstan). Disana, mereka mulai menerbitkan surat kabar temporer yang tak resmi.[19] Mereka juga berniat untuk mendapatkan ijin dari para pejabat pemerintahan Uzbek dan Kazakhstan untuk secara resmi memulai kembali surat kabar tersebut, namun pergerakan mereka dibatasi dan pemerintah awalnya menolak. Pemerintah Uzbek bahkan menangkap anggota staf yang tak pernah nampak lagi.[19] Namun, anggota staff Yeom Sa-il[note 6] memutuskan untuk meminta ijin dengan menyamarkan dirinya sendiri sebagai orang Kazakh, diam-diam datang ke Almaty dan menerima ijin, dan kembali ke Kyzylorda.[20]

Lenin Kichi[sunting | sunting sumber]

Sebelum migrasi, terdapat tiga surat kabar Koryo-saram: Sŏnbong dan dua surat kabar regional. Pada Maret 1938, partai komunis lokal memutuskan untuk menggabungkan surat-surat kabar tersebut ke dalam Sŏnbong.[21] Komite Pusat Partai Komunis Kazakhstan Selatan awalnya ingin menamai surat kabar tersebut dengan sebutan For Rice,[note 7] namun komite nasional memutuskan untuk menamainya Lenin Kichi.[21][note 8]

Lenin Kichi mula-mula diterbitkan sebagai surat kabar negeri[23] pada 15 Mei 1938 di Wilayah Sirdaryo, Uzbekistan.[21] Sejak itu, publikasinya tak terinterupsi.[8] Surat kabar Korea pertama tersebut diduga memakai jenis kiri ke kanan horizontal, karena kebanyakan surat kabar lainnya pada masa itu ditulis secara vertikal dan kanan ke kiri.[8]

Surat kabar tersebut awalnya memiliki sekitar delapan belas karyawan dan diijinkan untuk menerbitkan edisi empat halaman, tiga kali sepekan.[24] Karena ruang terbatas dan kekhawatiran akan penyensoran, surat kabar tersebut awa,nya kurang menerbitkan sastra ketimbang sebelumnya, namun surat kabar tersebut menerbitkan karya-karya dari para pengarang seperti Cho Ki-chon, yang kemudian menjadi penyair Korea Utara signifikan. Oplah awalnya dikatakan sekitar 6.000. Namun kenyataannya, surat kabar tersebut nampaknya oplah sekitar 2.000 dan kemudian 4.000 pada akhir 1940-an.[24] Staf berniat untuk melebihikan artikel-artikel, meningkatkan frekuensi penerbitan, dan oplah yang lebih luas selama bertahun-tahun. Pemerintah Soviet mengijinkan halaman-halaman yang lebih besar dan lima edisi pada 21 Maret 1940, namun mereka terus melakukan peningkatan. Setelah diktator Soviet Joseph Stalin meninggal pada 1953, Kichi mulai menerbitkan sastra lainnya dan diijinkan untuk diterbitkan pada tingkat nasional pada 1 Januari 1954.[24] Pada sekitaran masa itu, oplahnya mencapai sekitar 7.000.[24] Surat kabar tersebut menjadi satu-satunya surat kabar berbahasa Korea yang tersedia di belahan negeri di Uni Soviet, meskipun On the Path of Lenin[note 9] tersedia secara lokal di Yuzhno-Sakhalinsk.[8]

Iisi surat kabar tersebut sangat berkaitan dengan pesan-pesan Soviet[25], dan menampilkan tema-tema berkesan dari keluarga multi-etnis, penyatuan internasionalis dan kolektivisme, dan kehidupan orang-orang Korea Soviet.[8][26] Pada masa itu, surat kabar tersebut terbit enam kali sepekan, dan memiliki cabang-cabang di kota-kota dengan populasi Korea signifikan seperti Tashkent, Dushanbe, dan Bishkek.[24] Pada permulaan 1950an, para wartawan dari Korea Utara, Moskwa dan Sakhalin bergabung dengan surat kabar tersebut, dan para wartawan lokal atas dasar di berbagai republik di sepanjang Uni Soviet.[24]

Tak lama usai pembebasan Korea, kebanyakan Koryo-saram pindah ke Korea Utara, meskipun jumlahnya kembali antara 1955 dan 1957 dan mengembalikan Lenin Kichi untuk menerbitkan tulisan tentang pengalaman-pengalaman mereka.[27] Sehingga, surat-surat kabar Kichi dari masa itu kini dianggap sumber daya berharga untuk mengkaji Perang Korea.[28]

Pada 1970an dan 1980an, semasa ledakan perkebunan terkolektivisasi di kalangan Koryo-saram, surat kabar tersebut memiliki lebih dari 40.000 salinan oplah dan sekitar 60-80 karyawan.[8][10][29]

Pada Agustus 1978, surat kabar tersebut pindah ke Almaty. Disana, surat kabar tersebut menetap hingga kini.[8][29] Surat kabar tersebut sebenarnya ingin berpindah tempat sejak 1954, namun kesempatan ini ditahan dalam birokrasi sampai 1978.[8] Surat tersebut menerbitkan edisi pertamanya dari Almaty pada 2 September 1978.[30] Selain kesuksesan terkininya, di Almaty, surat terebut memperjuangkan teknologi cetak, yang menandai bahwa surat kabar tersebut hanya menerbitkan surat kabar empat halaman sebanyak dua hari dan surat kabar dua halaman sebnyak tiga kali sepekan.[31] Setelah meminta peralatan yang terbarukan, surat kabar tersebut beralih dari huruf lepas ke alat cetak fotolitografi.[30]

Koryo Ilbo dan penurunan[sunting | sunting sumber]

Namun, surat kabar tersebut mulai mengalami penurunan pada tahun-tahun terakhir Uni Soviet.[32][29] Salah satu masalah signifikan dan masih relevan adalah penurunan jumlah pemakai bahasa Korea.[29] Setelah bahasa-bahasa regional ditekan di Uni Soviet pada 1930an dan minoritas diberi kebebasan pergerakan lebih setelah Stalin wafat pada 1950-an, makin sedikit Koryo-saram yang memakai bahasa Korea.[33] Surat kabar tersebut dimanfaatkan dari personil yang dikerahkan dari Sakhalin dan Korea Utara sampai akhir 1960-an, namun ini tak menghalangi penurunannya.[34] Bermula pada Maret 1989, halaman-halaman berbahasa Rusia mulai menempati seperempat dari setiap edisi.[35] Setiap Sabtu, surat kabar tersebut sepenuhnya diterbitkan dalam bahasa Rusia dengan nama Kore[note 10][4][36], namun ditutup usai 84 edisi karena masalah keuangan.[36]

Surat kabar tersebut mengubah namanya menjadi Koryo Ilbo (artinya "Harian Goryeo") pada 31 Desember 1990[35] dan menerbitkan edisi pertamanya dengan nama baru tersebut pada 2 Januari 1991[37], menjelang waktu pembubaran Uni Soviet.[36] Meskipun namanya menyiratkan oplah harian, surat kabar tersebut menurunkan oplah mula-mula lima kali sepekan, kemudian tiga kali sepekan.[36] Surat kabar tersebut sangat jarang menerbitkan kesusastraan.[38] Karena ketidakstabilan ekonomi, perubahan mata uang, dan perubahan sistem surat, surat kaabr tersebut kehilangan para pelanggan dari seluruh belahan Uni Soviet. Pada akhir 1993, surat kabar tersebut memiliki sekitar 400 pelanggan .[39]

Liberalisasi pasar mendadak dan kebebasan bergerak juga menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.[1] Peralihan kepemimpinan menjadi makin sering[25], dan kebanyakan karyawan hengkang untuk mengambil kesempatan di luar negeri, khususnya di Korea Selatan. Sepanjang masa ini, surat kabar tersebut mulai menyekutukan dirinya sendiri dengan Korea Se;atan, dan bahkan mengganti jenis dan pengucapannya dari standar Korea Utara ke Korea Selatan.[25] Perubahan ini adalah kepentingan untuk para cendekiawan Korea Selatan dalam mengkaji standarisasi penulisan Korea pada abad ke-20.[25] Bekas cabang regional Lenin Kichi memisahkan diri dan membuat surat kabar regionalnya sendiri.[40] Pada 1994, oplah sempat pulih ke sekitar 4.500 cetakan[39][1], namun penerbitan makin menurun menjadi sekali sepekan, yang masih bertahan pada hingga April 2023.[1][29] Dari enam belas halaman, empat berbahasa Korea dan dua belas berbahasa Rusia.[8][41] Pada akhir 1999, pemerintah Kazakhstan memprivatisasi seluruh surat kabar yang didukung negara, berujung pada Asosiasi Korea di Kazakhstan mengambil kepemilikannya pada 1 Maret 2000[4][1][41], dan mengurangi dukungannya terhadap Koryo Ilbo sampai sekitar 30%.[39]

Surat kabar tersebut mulai memakai komputer pada pertengahan 1990-an, dan menerbitkan artikel-artikel daring sejak akhir 2000-an. Hal ini duduga mendukung tingkat pembacaan mancanegara dari artikel-artikelnya.[8][42][5] Edisi-edisi lamanya juga didigitalisasi dan tersedia gratis pada sekitar tahun 2003.[43] Pada akhir 2000-an, surat kabar tersebut berhenti menerbitkan kesusastraan, khususnya usai salah satu pengarang Koryo-saram besar terakhir pensiun, Chŏng Sang-chin.[13]

Status saat ini[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2023,[1] koran ini masih terbit setiap minggu, baik online maupun cetak, dengan oplah sekitar 2.000 eksemplar.[13] Jumlah Koryo-saram yang bisa berbahasa Korea terus berkurang.[44][5][4][29] Itu dimiliki dan didukung secara finansial oleh Asosiasi Korea di Kazakhstan, dan juga menerima subsidi pemerintah.[8][4][1][45] Ia juga mempertahankan reporter di Rusia dan Uzbekistan, dan meliput cerita tentang Koryo-saram di seluruh bekas Uni Soviet.[8]

Sejak 1990-an, semua pemimpin redaksi adalah penutur asli bahasa Rusia.[46] Sekitar tahun 2018, surat kabar tersebut memiliki kurang dari 10 karyawan,[47][29] dan biasanya hanya ada satu reporter berbahasa Korea sejak awal tahun 2000-an, yaitu Nam Gyeong-ja kelahiran Sakhalin[note 11] pada tahun 2019.[45][46][note 12]

Surat kabar tersebut saat ini cenderung menyesuaikan diri dengan pesan pemerintah Kazakh.[48] Sejak 2009, surat kabar juga menerbitkan artikel dalam bahasa Kazakh dan informasi tentang sejarah dan budaya Kazakh, yang menurut Lee Jin-hae adalah atas permintaan pemerintah Kazakh.[49] Itu juga menerbitkan artikel antara tahun 1991 dan 2017 yang mengadvokasi emigrasi Rusia, mengadopsi identitas Kazakh, dan mendorong pembelajaran dan penggunaan bahasa Kazakh.[48] Seperti halnya pemerintah Kazakh, ia mengadvokasi unifikasi Korea dan mendekatkan diri dengan Korea Selatan.[29][5] Namun, mereka kadang-kadang menerbitkan opini yang bertentangan dengan pemerintah, termasuk opini yang skeptis terhadap undang-undang tahun 1990-an yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan bahasa Kazakh.[48]

Meskipun koran ini diharapkan akan terus diterbitkan,[1] sarjana seperti Kim Byeong-hag meragukan prospek jangka panjangnya.'[50]

Surat kabar tersebut adalah surat kabar berbahasa Korea tertua yang aktif dan surat kabar independen tertua yang aktif di luar semenanjung Korea.[2][3][1][4][5] Menurut Ketua KBS Nam Young-jin, surat kabar lama yang masih aktif di AS seperti New York Hankook Ilbo dan Chicago JoongAng Ilbo dianggap sebagai cabang surat kabar Korea.[5] Pada tahun 2023, ia merayakan hari jadinya yang ke-100. Berbagai pameran diadakan di Kazakhstan dan Korea Selatan untuk memperingati peristiwa tersebut, termasuk di Perpustakaan Nasional Kazakhstan,[10] Pusat Kebudayaan Wolgok Koryo-in di Gwangju, dan di Universitas Honam.[6]

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Pada 1988, surat kabar tersebut meraih penghargaan Ordo Persahabatan Rakyat dari pemerintah Soviet pada peringatan ke-50 pengubahan nama surat kabar tersebut menjadi Lenin Kichi.[4][10][6][1] Pada 2001, surat kabar tersebut meraih Penghargaan Pers Uiam Jang Ji-yeon [ko].[4]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Hangul고려일보; Hanja高麗日報; lit. The Daily Goryeo; bahasa Rusia: {{{a}}}
  2. ^ Hangul3·1 신문; Hanja3·1 新闻; bahasa Rusia: {{{a}}}
  3. ^ Hangul붉은 기
  4. ^ Hangul선봉; Hanja先鋒; bahasa Rusia: {{{a}}}, har. 'Vanguard'
  5. ^ Hangul리백초; bahasa Rusia: {{{a}}}
  6. ^ Hangul염사일
  7. ^ bahasa Rusia: {{{a}}}
  8. ^ Hangul레닌기치; Hanja레닌旗幟; bahasa Rusia: {{{a}}}, har. 'Panji Lenin'.[22] Judul tersebut awalnya terbaca sangat berbeda dalam bahasa-bahasa Korea ("레닌의 긔치") dan Rusia ("Ленины Кичи"), yang dapat dilihat pada edisi pertama 15 Mei 1938.
  9. ^ Hangul레닌의 길로
  10. ^ Hangul고려; Hanja高麗
  11. ^ Hangul남경자
  12. ^ Kim Byeong-hag memperkirakan Koryo Ilbo tidak akan bertahan hingga tahun 2023 karena umur Nam Kyung-ja. Dia sudah berusia 69 tahun pada tahun 2011.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Kim Sang-wook (2023).
  2. ^ a b c d Lee Jin-hae (2019), hlm. 12.
  3. ^ a b 90th anniversary (2013).
  4. ^ a b c d e f g h Encyclopedia Kore ().
  5. ^ a b c d e f g h i j Nam (2023).
  6. ^ a b c Kim Yong-hui (2023).
  7. ^ a b Kim (2018), hlm. 38.
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m Shin (2022).
  9. ^ a b Kim (2018), hlm. 38-39.
  10. ^ a b c d e Library (2023).
  11. ^ a b Kim (2018), hlm. 39.
  12. ^ a b Lee Paik-cho (2023).
  13. ^ a b c Kim (2018).
  14. ^ Kim (2018), hlm. 41-44.
  15. ^ Cho Myung-hee ().
  16. ^ Kim (2018), hlm. 42.
  17. ^ Lee Jin-hae (2019), hlm. 7-8.
  18. ^ Lee Jin-hae (2019), hlm. 9-10.
  19. ^ a b c Kim (2018), hlm. 44-45.
  20. ^ Kim (2018), hlm. 45.
  21. ^ a b c Kim 2018, hlm. 45-46.
  22. ^ Oh (2006), hlm. 129.
  23. ^ Kim (2018), hlm. 46-47.
  24. ^ a b c d e f Kim (2018), hlm. 46-48.
  25. ^ a b c d Lee Jin-hae (2019), hlm. 12-13.
  26. ^ Kim (2018), hlm. 50.
  27. ^ Kim 2018, hlm. 50-51; It's commonly known that in the mid-1940s, the Soviet government ordered a large number of Soviet Korean intellectuals to enter North Korea in order to build a Soviet-style state. [...] Most of them returned between 1955 and 1957, when the sectarian struggle broke out in North Korea.
  28. ^ Kim (2018), hlm. 51.
  29. ^ a b c d e f g h Kim (2013).
  30. ^ a b Kim (2018), hlm. 49.
  31. ^ Kim (2018), hlm. 48.
  32. ^ Kim (2018), hlm. 51-54.
  33. ^ Kim 2018, hlm. 51-52; Soviet society was given a considerable amount of freedom of expression after Stalin's death [...] The mother tongue was gradually disappearing. This had begun right after the forced migration. [...] From 1954 to 1957, when the status of Koreans was improved and freedom of relocation granted, many Koryo-saram began to actively leave the countryside. [...] It is [because of economic opportunities] that Koryo-saram flowed out of their native-language schools and moved to Russian language schools.
  34. ^ Kim (2018), hlm. 52-54.
  35. ^ a b Encyclopedia Leninist ().
  36. ^ a b c d Kim (2018), hlm. 54.
  37. ^ Database ().
  38. ^ Kim (2018), hlm. 56.
  39. ^ a b c Kim (2018), hlm. 55.
  40. ^ Kim (2018), hlm. 57.
  41. ^ a b Lee Jin-hae (2019), hlm. 13.
  42. ^ Konstantin Kim (2023).
  43. ^ Kim (2003).
  44. ^ Lee Jin-hae (2019), hlm. 3-4.
  45. ^ a b Lee Jin-hae (2019), hlm. 14.
  46. ^ a b Kim (2018), hlm. 56-57.
  47. ^ Kim (2018), hlm. 58.
  48. ^ a b c Lee Jin-hae (2019), hlm. 19-24.
  49. ^ Lee Jin-hae (2019), hlm. 21-22.
  50. ^ Kim 2018, hlm. 58-59;Saat ini surat kabar tersebut memiliki kurang dari 10 karyawan. Di antara mereka, Nam Kyung-ja, yang berasal dari Sakhalin pada pertengahan 1970-an dan bekerja sebagai reporter Koryo Ilbo hingga 1991, mengambil alih artikel Korea sejak 2006. [...] Nasib Koryo Ilbo, yang akan berusia 100 tahun dalam 5 tahun, telah menjadi tergantung pada umurnya. [...] staf yang telah pergi tidak kembali, meninggalkan padang rumput di Asia Tengah dengan tulisan Korea yang kering.

Bacaan tambahan[sunting | sunting sumber]