Konflik sosial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Konflik sosial adalah suatu hubungan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang diikuti tindakan saling mengancam dan melakukan kekerasan antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kartono, konflik merupakan proses sosial yang bersifat antagonistik dan terkadang tidak dapat diserasikan karena dua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam berbagai bentuk perilaku perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan. Munculnya konflik sosial umumnya karena perbedaan antarindividu maupun kelompok. Baik itu perbedaan pendapat, penampilan, ras, ideologi, budaya, dan perbedaan lain.

Konflik yang terjadi di dalam masyarakat terjadi dalam berbagai hal. Secara garis besar penyebab konflik dibagi atas 3 penyebab, yaitu

a. Perbedaan pendirian dan keyakinan

Orang perorangan telah menyebabkan konflik antarindividu. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, dan masing-masing pihak pun berusaha membinasakan lawannya. membinasakan disini tidak selaludiartikan sebagai pembinasaan fisik, tetapi bisa pula diartikan sebagai bentuk pemusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Di dalam realitas sosial tidak ada satupun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik sosial.

b. Perbedaan Kebudayaan

Tidak hanya akan menimbulkan konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola-pola kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola perilakuyang berbeda pula dikalangan khalayak kelompok yang luas. Selain itu, perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah yang paling baik. Jika masing-masing kelompok yang ada didalam kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian, maka sikap ini akan memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan.

c. Perbedaan Kepentingan

Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang berbeda-beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]