Etiolasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Etiolasi adalah pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini hormon auksin bekerja dengan baik karena tumbuhan tidak terkena cahaya.

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Etiolasi dikendalikan oleh hormon pertumbuhan auksin yang diproduksi di ujung titik pertumbuhan. Auksin berdifusi ke sel-sel tumbuhan dan ditransportasikan melalui jaringan pembuluh dari ujung atas tumbuhan ke bawah.[1] Auksin tidak aktif ketika ada cahaya matahari. Ketika auksin aktif, mereka merangsang pompa proton di dinding sel yang meningkatkan keasaman dinding sel dan mengaktifkan enzim ekspansin, enzim yang memecah ikatan kimia di dinding sel, sehingga dinding sel melemah dan sel mampu berkembang menjadi lebih besar.[2]

Gejala[sunting | sunting sumber]

Etiolasi adalah kecenderungan tumbuhan untuk menjangkau sumber cahaya. Dengan keberadaan auksin, tumbuhan akan terus memanjang sampai titik ujung tumbuhan mendapatkan cahaya yang cukup untuk menghambat produksi auksin. Penambahan tinggi atau panjang tumbuhan tanpa disertai pertumbuhan jumlah klorofil menyebabkan terbentuknya warna hijau pucat.

Gejala etiolasi mencakup:

  • Penambahan tinggi atau panjang tumbuhan
  • melemahnya dinding sel pada daun dan batang
  • Jarak antar ruas tanaman yang lebih panjang
  • klorosis

De-etiolasi[sunting | sunting sumber]

Berkebalikan dengan etiolasi, de-etiolasi, adalah serangkaian perubahan fisiolofis dan biokimia pada titik pertumbuhan sebagai tanggapan terhadap keberadaan cahaya. Perubahan ini sebagai sebuah persiapan untuk melakukan fotosintesis pertama.[3] Proses ini diatur dengan keberadaan pigmen fotoreseptor fitokrom A dan B dan kriptokrom.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Whippo, CW; Hangarter, RP (2006). "Phototropism: Bending towards enlightenment". The Plant cell. 18 (5): 1110–9. doi:10.1105/tpc.105.039669. PMC 1456868alt=Dapat diakses gratis. PMID 16670442. 
  2. ^ Purves, William K.; Sadava, David; Orians, Gordon H. (2004). Life: The Science of Biology. Volume III: Plants and Animals. Macmillan. hlm. 745. Diakses tanggal 2011-01-17. 
  3. ^ "Biology 7th Edition" Campbell and Reece (2004)
  4. ^ "Plant Physiology 4th Edition" Taiz and Zeiger (2006)

Pranala luar[sunting | sunting sumber]