Daftar permainan yang tidak akan dimainkan oleh Sang Buddha

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Daftar permainan Buddha adalah sebuah daftar permainan yang dikatakan tak akan dimainkan oleh Buddha Gautama dan dilarang dimainkan oleh para muridnya, karena diyakini bersifat makruh.[1] Daftar ini berasal dari abad ke-6 atau ke-5 SM dan merupakan daftar permainan terawal yang diketahui.[2]

Terdapat beberapa perdebatan soal terjemahan dari beberapa permainan yang disebutkan, dan daftar yang diberikan disini berdasarkan pada terjemahan karya T. W. Rhys Davids dari Brahmajāla Sutta dan berada dalam rangkaian yang sama dengan yang diberikan pada karya aslinya.[3] Daftar tersebut disadur ke dalam sejumlah teks Buddha awal lainnya, yang meliputi Vinaya Pitaka.[2][4]

  1. Permainan papan dengan 8 atau 10 baris. Ini mungkin merujuk kepada ashtapada dan dasapada, namun para penafsir Sinhala menyatakan bahwa istilah permainan papan tersebut juga dipakai untuk merujuk kepada permainan yang memakaia dadu.[2]
  2. Permainan yang sama yang dimainkan di atas papan imajiner. Akasam astapadam adalah sebuah ragam ashtapada yang dimainkan tanpa papan, yang secara harfiah memiliki arti "astapadam yang dimainkan di langit". Seorang koresponden dalam American Chess Bulletin mengidentifikasikan permainan tersebut sebagai penyebutan tertulis terawal dari sebuah ragam catur buta.[5]
  3. Permainan menandai diagram di atas lantai dimana pemain hanya dapat berjalan pada bidang tertentu. Ini disebutkan dalam Vinaya Pitaka sebagai "menggambar lingkaran dengan berbagai garis di tanah, dimana pemain harus menghidari garis yang digambari". Rhys Davids menyatakan bahwa ini merujuk kepada parihāra-patham, sebuah jenis dari engklek.
  4. Permainan dimana para pemain melepaskan potongan-potongan dari sebuah tumpukan atau menambahkan potongan kepada tumpukan tersebut, dengan pemain yang kalah adalah orang yang membuat tumpukan tersebut menjadi ambruk.
  5. Permainan melempar dadu.
  6. "Mencelupkan tangan dengan jari ke dalam pewarna, atau air lantai, dan menempatkan tangan yang basah di atas tanah atau dinding, dan berkata 'Apa yang akan terjadi?' dan memunculkan bentuk yang mirip gajah, kuda, dll"
  7. Permainan bola.
  8. Meniupkan pat-kulal, sebuah pipa mainan yang terbuat dari daun.
  9. Membajak dengan bajak mainan.
  10. Memainkan kincir angin mainan yang terbuat dari daun palem.
  11. Memainkan pengukuran mainan yang terbuat dari daun palem.
  12. Bermain dengan kereta-keretaan.
  13. Bermain dengan busur mainan.
  14. Menebak huruf-huruf yang dibentuk dengan jari di udara atau punggung teman.
  15. Menembak pikiran teman.
  16. Meniru kelainan bentuk.

Meskipun permainan catur modern belum diciptakan pada masa daftar tersebut dibuat, permainan-permainan mirip catur pada masa sebelumnya seperti chaturaji telah ada. Menyoal terjemahan tahun 1899 dari Rhys Davids, H.J.R. Murray menyatakan bahwa permainan papan 8x8 tampaknya adalah ashtapada, sementara permainan papan 10×10 merujuk kepada dasapada. Ia menyatakan bahwa keduanya adalah permainan saing.[6]

Kemunculan dalam Kitab Pali[sunting | sunting sumber]

Daftar lengkap tersebut berulang kali diulang dalam Digha Nikaya sebagai bagian dari pasal yang disebut 'Bagian Intermediasi perihal Disiplin Moral' yang menjelaskan cara-cara dimana sang Buddha dan para pengikutnya membedakan praktek-praktek mereka dari para brahmin dan asketis lainnya.

Daftar tersebut juga muncul dua kali dalam Vinaya Pitaka, sekali dalam Suttavibhanga sebagai bagian dari kriteria untuk aturan yang mengikat, dan sekali dalam Cullavaga sebagai bagian dari diskusik teknikal terkait aturan larangan para bhikkhu.[4][7]

Sebuah versi singkat juga muncul dalam setidaknya dua sutra lainnya: Upāli Sutta dalam Anguttara Nikaya dan Mahātaṇhāsaṅkhaya Sutta dalam Majjhima Nikaya.[8][9]

Referensi[sunting | sunting sumber]