Bedah maskulinisasi wajah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bedah maskulinisasi wajah (bahasa Inggris: facial masculinization surgery atau FMS) adalah serangkaian prosedur bedah plastik yang dapat mengubah bentuk wajah pasien agar memperlihatkan Morfologi wajah maskulin pada umumnya. Dalam konteks orang-orang transgender, bedah maskulinisasi wajah adalah salah satu dari dua jenis bedah penegasan gender pada bagian wajah (facial gender confirmation surgery atau FGCS), di samping bedah feminisasi wajah (facial feminization surgery atau FFS).[1] Walaupun demikian, pria cisgender juga mungkin menjalani prosedur ini untuk mendapatkan wajah yang tampak lebih sesuai dengan standar maskulinitas, seperti rahang dan dagu yang lebih tegas.[2]

Prosedur bedah ini dapat meliputi beraneka ragam operasi tulang, seperti penambahan dagu, penambahan tulang pipi, juga pada bagian dahi, rahang dan jakun. Dalam bedah maskulinisasi wajah, prosedur yang paling banyak dilakukan memiliki kaitan dengan penambahan struktur untuk mempertegas sudut-sudut pada wajah.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pria trans telah mengajukan prosedur bedah maskulinisasi wajah sejak abad ke-20.[4] Meskipun demikian, saat ini bedah feminisasi wajah cenderung lebih populer dibandingkan dengan bedah maskulinisasi wajah.[5] Pakar urologi Miriam Hadj-Moussa berpendapat bahwasanya pria transgender jarang melakukan bedah maskulinisasi wajah karena terapi testoteron mengakibatkan pertumbuhan bulu-bulu di wajah yang dianggap sudah cukup mewakili wajah maskulin.[6]

Pada tahun 2011, Douglas Ousterhout mengikhtisarkan prosedur-prosedur maskulinisasi wajah yang tersedia berdasarkan karya Paul Tessier.[7] Pada 2015, Shane Morrison menerbitkan gambaran umum segala bedah penegasan gender untuk pria trans, termasuk bedah maskulinisasi wajah.[8] Pada 2017, pengganti Ousterhout, Jordan Deschamps-Braly, menerbitkan laporan kasus tentang pasien pertama yang menerima bedah penegasan gender wanita-menjadi-pria pada bagian wajah, termasuk pemaskulinan bagian jakun.[9]

Menurut World Professional Association for Transgender Health, bedah maskulinisasi wajah dianggap diperlukan bagi pria transgender untuk menanggulangi disforia gender.[10][11] Mengikuti saran WPATH, sejumlah tinjauhan literatur dan ikhtisar termutakhir dalam bidang ini telah dipublikasikan.[12][13][14][15]

Prosedur bedah[sunting | sunting sumber]

Prosedur bedah yang paling umum dalam maskulinisasi wajah di antaranya adalah implan wajah dan bagian-bagian tertentu sebagaimana yang digambarkan dalam Clinics in Plastic Surgery (2018, yang disunting oleh Loren Schechter dan Bauback Safa):[16]

  • Penambahan dahi - Penambahan dahi dapat dilakukan dengan implan kustomisasi atau dengan menginjeksikan bahan tertentu.[17]
  • Penambahan rahang - Bedah rahang pertama kali dijalankan untuk alasan fungsional pada penghujung abad ke-19, sementara bedah untuk keperluan kosmetis semakin maju dan diperbaiki sepanjang abad ke-20.[18]
  • Penambahan tulang pipi - Dapat juga disebut mentoplasti atau genioplasti. Penambahan tulang pipi dapat dilakukan dengan menambahkan isian atau kustomisasi implan. Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan osteotomi ditambah implan yang terbuat dari bahan-bahan aloplasik seperti Proplast I, Proplast II, dan balok berpori hidroksiapatit.[19]
  • Penambahan jakun - Prosedur terbaru untuk melaksanakan hal ini adalah dengan menambahkan implan yang terbuat dari kartilase yang diambil dari sangkar rusuk pasien.[9]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Deschamps-Braly JC (2018). Facial Gender Confirmation Surgery: Facial Feminization Surgery and Facial Masculinization Surgery. Clinics in Plastic Surgery, July 2018 Volume 45, Issue 3, Pages 323–331. DOI:10.1016/j.cps.2018.03.005
  2. ^ "What is Facial Gender Confirmation Surgery? Facial Feminization & Masculinization". Jordan Deschamps-Braly MD (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-07-02. 
  3. ^ Yarbrough E (2018). Transgender Mental Health. American Psychiatric Association Publishing. ISBN 9781615371136
  4. ^ Ng EM (1999). Sexuality in the New Millennium: Proceedings of the 14th World Congress of Sexology, Hong Kong SAR, China, August 23-27, 1999. Compositori ISBN 9788877942296
  5. ^ Colebunders B, D’Arpa S, Weijers S, Lumen N, Hoebeke P, Monstrey S (2016). Female-to-Male Gender Reassignment Surgery. In Ettner R, Monstrey S, Coleman E, Eds. Principles of Transgender Medicine and Surgery. Routledge ISBN 9781317514602
  6. ^ Hadj-Moussa M, Agarwal S, Ohl DA, Kuzon WM (2018). Masculinizing Genital Gender Confirmation Surgery. Sexual Medicine Reviews. DOI:10.1016/j.sxmr.2018.06.004
  7. ^ Ousterhout DK (2011). Dr. Paul Tessier and facial skeletal masculinization. Ann. Plast. Surg. 67, S10–S15. DOI:10.1097/SAP.0b013e31821835cb
  8. ^ Morrison SD, Perez MG, Nedelman M, Crane CN (2015). Current State of Female-to-Male Gender Confirming Surgery. Current Sexual Health Reports 7(1) January 2015 DOI:10.1007/s11930-014-0038-2
  9. ^ a b Deschamps-Braly JC, Sacher CL, Fick J, Ousterhout DK (2017). First female-to-male facial confirmation surgery with description of a new procedure for masculinization of the thyroid cartilage (Adam's apple). Plast. Reconstr. Surg. 139, 883e–887e.
  10. ^ World Professional Association for Transgender Health (2016). Position Statement on Medical Necessity of Treatment, Sex Reassignment, and Insurance Coverage in the U.S.A. Page accessed September 8, 2018
  11. ^ World Professional Association for Transgender Health. Standards of Care for the Health of Transsexual, Transgender, and Gender Nonconforming People, Version 7. Diarsipkan 2015-08-14 di Wayback Machine. pg. 58 (2012).
  12. ^ Berli JU, Capitán L, Simon D, Bluebond-Langner R, Plemons E, Morrison SD (2017). Facial gender confirmation surgery—review of the literature and recommendations for Version 8 of the WPATH Standards of Care. International Journal of Transgenderism Volume 18, 2017 - Issue 3 DOI:10.1080/15532739.2017.1302862
  13. ^ Capitán L, Simon DD, Berli JU, Bailón C, Bellinga RJ, Santamaría JG, Tenório T, Sánchez-García A, Capitán-Cañadas F (2017). Facial Gender Confirmation Surgery: A New Nomenclature. Plastic and Reconstructive Surgery November 2017 - Volume 140 - Issue 5 - p 766e–767e DOI:10.1097/PRS.0000000000003798
  14. ^ Morrison SD, Chen ML, Crane CN (2017). An overview of female-to-male gender-confirming surgery. Nature Reviews Urology 14, pp. 486–500. DOI:10.1038/nrurol.2017.64
  15. ^ Massenburg BB, Morrison SD, Rashidi V, Miller C, Grant DW, Crowe CS, Velasquez N, Shinn JR, Kuperstock JE, Galaiya DJ, Chaiet SR, Bhrany AD (2018). Transgender Educational Study Group. Educational Exposure to Transgender Patient Care in Otolaryngology Training. J Craniofac Surg 2018 Jul;29(5):1252-1257. DOI:10.1097/SCS.0000000000004609
  16. ^ Schechter LS, Safa B, Eds. (2018). Gender Confirmation Surgery. Clinics in Plastic Surgery. Volume 45, Issue 3, Pages 295-446 (July 2018). ISBN 9780323610742
  17. ^ Park DK, Song I, Lee JH, You YJ (2013). Forehead Augmentation with a Methyl Methacrylate Onlay Implant Using an Injection-Molding Technique. Arch Plast Surg. 2013 Sep; 40(5): 597–602.DOI:10.5999/aps.2013.40.5.597
  18. ^ Puricelli E (2007). A new technique for mandibular osteotomy. Head Face Med. 2007; 3: 15. DOI:10.1186/1746-160X-3-15
  19. ^ Moenning JE, Wolford LM (1989). Chin augmentation with various alloplastic materials: a comparative study. Int J Adult Orthodon Orthognath Surg. 1989;4(3):175-87. PMID 2561746
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bedah_maskulinisasi_wajah&oldid=24973857"