Asuka-dera

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Asuka-dera
飛鳥寺
Agama
AfiliasiBuddhisme
SekteShingon
WilayahKansai
DewaShaka Nyorai
PelindungSoga no Umako
Lokasi
LokasiNara
NegaraJepang
Arsitektur
TipeVihara (Kuil Buddhis)
Gaya arsitekturJepang
Dibangun olehKlan Soga
Didirikan588
Buddha Agung di Asuka-dera

Asuka-dera (飛鳥寺), juga dikenal sebagai Hōkō-ji (法興寺), adalah sebuah kuil Buddhis di Asuka, Prefektur Nara. Asuka-dera dianggap sebagai salah satu kuil tertua di Jepang.

Kompleks kuil[sunting | sunting sumber]

Model Kuil Hōkō-ji pada saat pembangunannya.
Bagian dari model 1/1000 Fujiwara-kyō di ruang referensi Kashihara-shi Fujiwara-kyō.

Sejumlah catatan yang mengacu pada asal mula kuil ini, seperti Nihongi dan Fusō-ryakuki. Bangunan asli dari apa yang kemudian disebut Hōkō-ji dibangun pada tahun 588, tak lama setelah diperkenalkannya agama Buddha ke Jepang, atas perintah Soga no Umako.[1][2] Kuil ini dibangun dengan menggunakan panduan pertukangan dari kerajaan kuno Korea, Baekje.[3]

Menyusul pemindahan ibu kota dari Asuka ke Heijō-kyō (kini kota Nara), bangunan-bangunan di Asuka-dera juga dipindahkan dari lokasi aslinya di Asuka ke Nara pada tahun 718 M, dan berkembang menjadi sebuah kuil besar dengan nama Gangō-ji. Lokasi asli Hōkō-ji juga dipertahankan sebagai sebuah kuil, yang bertahan sampai zaman modern.[4]

Objek utama pemujaan di Asuka-dera adalah Buddha Agung perunggu, yang konon dibuat oleh Kuratsukuri no Tori pada awal abad ketujuh. Patung tersebut ditetapkan sebagai sebuah Properti Budaya Penting.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kawagoe, Aileen. Heritage of Japan https://heritageofjapan.wordpress.com/inception-of-the-imperial-system-asuka-era/how-buddhism-came-to-take-root-in-japan/.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  2. ^ Aston, William. (2005). Nihongi, p. 101.
  3. ^ Asuka Historical Museum http://www.asukanet.gr.jp/asukahome/ASUKA2/ASUKATERA/asukadera.html. Diakses tanggal 6 June 2017.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  4. ^ Martin, John et al. (1993). Nara: A Cultural Guide to Japan's Ancient Capital, p. 121;

Bibliografi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]