Arus Lintas Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Skema ITF. Penanda aliran dan selat besar berwarna merah. Air masuk Arlindo dari Samudra Pasifik barat dan keluar ke Samudra Hindia.

Arus Lintas Indonesia (Arlindo) adalah arus samudra yang penting bagi iklim global karena memungkinkan air tawar hangat bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia di garis lintang rendah. Arus ini berperan sebagai cabang tertinggi dalam sabuk pengangkut panas global. Topografi permukaan samudra yang lebih tinggi di Pasifik barat daripada Samudra Hindia menggerakkan air termoklin atas dari Pasifik Utara, melewati rute barat Selat Makassar, dan keluar melalui Selat Lombok atau mengalir ke timur ke Laut Banda. Aliran lambat air Pasifik Selatan yang lebih asin dan padat melewati Selat Lifamatola menuju Laut Banda. Massa air bercampur karena efek pasang surut, spiral Ekman, dan percampuran air tawar hangat di permukaan samudra. Dari Laut Banda, Arlindo keluar lewat Laut Timor, Selat Ombai, dan Selat Lombok.

Lokasi dan topografi alur laut yang membentuk Arus Lintas Indonesia ditunjukkan di gambar. Selat Lombok memiliki kedalaman 300 m dengan lebar 35 km dan arusnya berkecepatan antara 0,286 m/detik (0,6 mi/jam) ke timur hingga 0,67 m/detik ke barat (rata-rata 0,25 m/detik ke barat). Arus di Ombai berkecepatan mulai dari 0,12 m/detik ke timur hingga 0,16 m/detik ke barat (rata-rata 0,11 m/detik ke barat) dan melintasi alur laut sedalam 1.250 m dan selebar 35 km. Selat Timor yang memiliki kedalaman 1.890 m dan lebar 160 km adalah alur keluar terlebar dengan kecepatan rata-rata 0,02 m/detik. Pada tahun 2004–2006, 11 pelampung pengukur ditambatkan di alur masuk dan keluar Arlindo dan ditempatkan untuk mengukur pengaruh setiap alur laut sebagai bagian dari program International Nusantara Stratification and Transport (INSTANT). Arus yang melintasi Selat Makassar (11,6 Sv, 1 Sv = 106 m³/detik) dan Lifamatola (1,1 Sv) mencapai 12,7 Sv. Total perpindahan arus keluar mencapai 15,0 Sv (berkisar antara 10,7 sampai 18,7 Sv) dan merupakan gabungan dari arus Lombok (2,6 Sv), Ombai (4,9 Sv), dan Timor (7,5 Sv).[1] Perpindahan panas di Arlindo sebesar 1,087 PW (1 PW=1015 Watt).[2]

Ada banyak sirkulasi dan arus angkut di lautan Indonesia selain arus muson besar. Pada bulan Juni hingga Agustus, angin tenggara muson barat daya berhembus di Indonesia dan mendorong divergensi Ekman yang kuat (tiupan ke barat daya di Belahan Bumi Selatan meningkatkan Arlindo menjadi 15 Sv). Pada Desember sampai Februari, angin barat Muson Barat Daya meredam Arlindo secara langsung. Semasa transisi muson, angin barat kencang di Samudra Hindia timur mendorong gelombang Kelvin (gerak ke timur, arus ke timur) yang menggerakkan air ke bawah di khatulistiwa yang menyebar melintasi Arus Lintas Indonesia sebagai gelombang pesisir Kelvin dan berperan sebagai peredam Arlindo dengan volume minimal 9 Sv pada bulan April. Penjelasan lainnya adalah gerak air ke bawah di sisi Samudra Hindia menaikkan permukaan laut sehingga mengurangi tekanan normal Pasifik-ke-Hindia yang memperlambat arus ini.

Gelombang samudra global seperti gelombang khatulistiwa/pesisir Kelvin dan Rossby menggerakkan variasi antartahunan Arlindo dengan variasi rata-rata +/-3 Sv.[3] Angin barat Pasifik barat-tengah dari El Nino mendorong gelombang khatulistiwa Rossby ke barat dan arus pesisir Nugini timur ke timur, lalu menyebar mengitari pesisir barat sebagai gelombang pesisir Kelvin dan bergerak melintasi Arlindo di sepanjang pesisir Landas Benua Australia barat yang berperan sebagai peredam Arlindo. Gerak air ke atas yang disebabkan gelombang Rossby di sisi Pasifik mengurangi tingkat tekanan Pasifik-ke-Hindia dan meredam Arlindo. Variabilitas antartahunan angin barat Samudra Hindia memiliki peran yang sama seperti gelombang khatulistiwa musiman Kelvin untuk memperlambat Arus Lintas Indonesia normal ke barat.

Salah satu ciri penting Arus Lintas Indonesia adalah karena air di Samudra Pasifik khatulistiwa barat memiliki suhu lebih tinggi dan keasinan lebih rendah daripada air di Samudra Hindia, Arlindo memindahkan air tawar hangat dalam jumlah besar ke Samudra Hindia. Saat Arlindo (lewat Selat Lombok, Ombai, dan Timor) memasuki Samudra Hindia, arusnya teradveksi ke Afrika di dalam Arus Khatulistiwa Selatan Hindia. Di sana, arus ini keluar dari Samudra Hindia lewat Arus Agulhas mengitari Afrika Selatan ke Samudra Atlantik. Arus Lintas Indonesia memindahkan panas dari Samudra Pasifik dalam jumlah besar ke Samudra Hindia barat daya, kurang lebih 10.000 km (6.200 mi) dari Selat Lombok.[4]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sprintall, J., S.E. Wijffels, R. Molcard, and I. Jaya, Direct estimates of the Indonesian Throughflow entering the Indian Ocean: 2004-2006, Journal of Geophysical Research-Oceans, 114, 19, 2009.
  2. ^ “Heat transport through Indonesian throughflow by Vivek Kumar Pandey and Avinash Chand Pandey in J. Ind. Geophys. Union ( October 2006 ) Vol.10, No.4, pp.273-277” Diarsipkan 2017-08-09 di Wayback Machine.. (PDF) ITF heat transport result from POM Model.
  3. ^ Schiller, A., S.E. Wijffels, J. Sprintall, R. Molcard, and P.R. Oke, Pathways of intraseasonal variability in the Indonesian Throughflow region, Dynamics of Atmospheres and Oceans, 50 (2), 174-200, 2010.
  4. ^ "Indonesian Throughflow - Marine Research". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-14. Diakses tanggal 2018-01-14. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Koordinat: 05°36′20″S 115°16′55″E / 5.60556°S 115.28194°E / -5.60556; 115.28194