Ambo Tang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ambo Tang
Bupati Tanjung Jabung Timur ke-3
Masa jabatan
6 Oktober 2015 – 12 April 2016
(Pelaksana Tugas: 24 Agustus 2015 – 6 Oktober 2015)
PresidenJoko Widodo
GubernurIrman (Pj.)
Zumi Zola
Sebelum
Pendahulu
Zumi Zola
Sebelum
Wakil Bupati Tanjung Jabung Timur ke-3
Masa jabatan
12 April 2011 – 24 Agustus 2015
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
GubernurHasan Basri Agus
Irman (Pj.)
BupatiZumi Zola
Sebelum
Pendahulu
Muhammad Juber
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir4 April 1970 (umur 54)
Nipah Panjang, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPAN
Suami/istriHj. Sri Ningsih Puspita
Anak5
ProfesiPolitisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

H. Ambo Tang, S.E. (lahir 4 April 1970) adalah Bupati Tanjung Jabung Timur sejak 6 Oktober 2015, menggantikan Zumi Zola yang mencalonkan diri sebagai Gubernur Jambi hingga 12 April 2016 dan kemudian digantikan oleh Romi Hariyanto yang terpilih pada Pemilihan umum Bupati Tanjung Jabung Timur 2015. Sebelumnya menjabat sebagai Wakil Bupati Tanjung Jabung Timur mendampingi Zumi Zola pada tanggal 12 April 2011 hingga 24 Agustus 2015.

Kehidupan Pribadi[sunting | sunting sumber]

Ambo Tang telah mengarungi asam garam kehidupan. Perjalanan hidupnya bak air mengalir. Ia hanya mengikuti alirannya menuju muara. Gagal jadi polisi, Ia mencoba berdagang. Kemudian beralih profesi menjadi tukang ojek yang dijalaninya selama sembilan tahun. Sebelum akhirnya menjadi politisi. Tak terbayangkan sedikit pun oleh Ambo, bahwa suatu ketika Ia akan menjadi seorang bupati di tanah kelahirannya.[1]

Ambo tumbuh besar di lingkungan keluarga tanpa adanya sosok seorang ayah. Sejak umur lima tahun, Ia dan keempat saudaranya sudah ditinggal sang ayah Daeng Pawata, untuk selama-lamanya. Ambo sendiri merupakan anak keempat. Ibunya Dumma, yang kemudian membesarkannya.

Perjuangan seorang ibu untuk menghidupi lima orang anak yang masih kecil tentulah bukan pekerjaan yang ringan. Kerja keras ibunya ini menjadi rekam jejak yang tak mungkin terlupakan seorang Ambo Tang. Dan gambaran itu menjadi pegangan dirinya saat Ia berupaya menamatkan sekolah dengan hasil biaya dari kerja serabutan.

Pahit getirnya kehidupan sangat dirasakan Ambo, saat duduk di bangku SMP. Saat dimana Ia mulai merasakan bagaimana sosok ibunya bekerja keras, membanting tulang demi menghidupi anak-anaknya. Termasuk membiayai sekolah Ambo, dan saudara-saudaranya yang lain.

Faktor ekonomi keluarga yang memprihatinkan itu tidaklah membuatnya terbebani dalam meraih prestasi di sekolah. Malah makin melecut semangatnya dalam belajar. Alhasil, prestasi akademiknya termasuk unggul. Posisi tiga besar tak pernah lepas dari genggamannya, mulai dari kelas satu hingga lulus SMP. Sementara dikegiatan sekolah seperti Pramuka dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Ia termasuk menonjol.

Ia kerap terpilih sebagai duta sekolah untuk mengikuti Jambore Pramuka di tingkat kabupaten maupun provinsi. Bagi Ambo, kegiatannya di kepanduan itu sendiri merupakan bagian dari pelepasan hasratnya yang lama terpendam. Ia sangat memimpikan menjadi polisi. Keinginan itu tumbuh sedari Ia masih anak-anak, saat sering melihat polisi berseragam.

Demi mengejar mimpi menjadi polisi, Ambo pun lebih memilih melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru Olahraga (SGO) Muara Bulian, Kabupaten Batanghari. Sekolah kejuruan yang mendidik tenaga guru olahraga itu dianggapnya bisa menjadi batu loncatan, untuk mendekatkan impiannya menjadi polisi. Karena di sekolah itu Ia berharap lebih bisa menjaga kebugaran untuk menghadapi test di kepolisian.

Namun untuk mewujudkan tekadnya itu, tidaklah segampang bayangannya. Terbatasnya biaya dan hidup jauh dari orang tua membuatnya harus rela kerja keras untuk menamatkan sekolah. Kerja serabutan yang bisa menghasilkan uang dilakoninya. Dari berdagang kecil-kecilan hingga menjadi kuli bangunan pun dijalaninya. Tekadnya yang membaja itu kadang sampai bisa mengalahkan rasa lapar dan dahaga selepas dari sekolah.

Hebatnya, rasa lelah berperas keringat terbayarkan dengan raihan prestasi akademik sekolahnya. Sama seperti saat Ia masih di SMP, peringkat juara umum kembali digenggamnya. Dan prestasi itu terus bertahan semenjak dari kelas satu hingga meraih ijazah akhir. Prestasi sekolah yang mentereng itu membuatnya mendapat perhatian khusus dari para guru. Dan sesekali ia kerap diminta menggantikan peran guru untuk mengajar kawan-kawannya di kelas.

Bukan pretasi akademik saja yang menonjol dari Ambo Tang, para guru dan nama daerah Kabupaten Batanghari pun turut bangga dengan prestasi yang dicetaknya dibidang olahraga. Ia kerap meraih juara dalam cabang olahraga pencak silat dan karate.

Dari dua cabang beladiri yang dikuasainya itu, Ia beberapa kali meraih medali. Diantaranya pada Pekan Olahraga Daerah (Porda) tahun 1998 di kelas bebas cabang olahraga Pencak Silat. Medali Perak Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) tahun 1997, melalui olahraga Karate di kelas bebas. Serta medali perak kejuaraan INKAI terbuka Muara Bulian tahun 1997.

Kesempatan untuk mewujudkan impiannya menjadi polisi langsung disambarnya saat ia menamatkan SGO. Ambo bergegas mendaftar dikepolisian. Sayang, setelah menjalani test, Ia terpaksa harus mengubur impiannya menjadi polisi. Ia dinyatakan gagal disalah satu tahapan test. Dan saat itu Ia sempat merasakan kegalauan. Bingung untuk berbuat apa. Tapi itu tak berlangsung lama. Ia banting stir dengan mulai merintis usaha. Mulai dari berdagang asongan di Batam sampai menjadi pedagang antar pulau.

Setelah menjelajah zona antar pulau dengan berdagang, akhirnya Ia kembali ke kampung halamannya di Nipah Panjang. Usaha dagang dilepasnya. Dan Ia menekuni profesi baru sebagai tukang ojek. Zaman itu, ojek menjadi sarana alternatif yang sangat diandalkan. Karena roda transportasi darat masih begitu minim, warga lebih mengandalkan jalur sungai dan laut sebagai sarana angkutan.

Profesi ojek ketika itu termasuk yang laris manis. Ambo yang sudah terbiasa kerja keras tidak memilih waktu dalam menjalani pekerjaan ini. Malam hari pun kadang Ia masih membawa penumpang yang minta diantar sampai jauh dari Kecamatan Nipah Panjang. Tidak ada rasa gentar dalam dirinya. Ataupun risau dengan kondisi cuaca pesisir timur yang cepat berubah. Medan jalan yang sukar dilalui akan ditempuhnya bila sudah ada penumpang yang menyewa ojeknya. Sembilan tahun lebih Ambo menjalani hari-hari sebagai tukang ojek. Tak terhitung sudah berapa banyak penumpang yang saban hari mengandalkan jasanya. Termasuk pelanggan setia yang mengenalnya dan itu menjadi salah satu keberuntungan Ambo. Karena dari ngojek itu bukan hanya uang yang di dapatnya, Ia juga memiliki banyak kenalan hampir dibanyak tempat dan itu sangat menguntungkan dirinya ketika kelak Ia terjun sebagai politikus.

Kesempatan itu datang setelah Ia bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN) Kecamatan Nipah Panjang. Peluang menjadi anggota DPRD Kabupaten Tanjab Timur terbuka lebar, setelah PAN memastikan dirinya turut serta sebagai kontestan di Pemilu tahun 2004. Berbekal nomor urut calon legislatif 1 dari daerah pemilihan 2, Ia berhasil mendulang suara sebanyak 1.685 dan suara itu cukup untuk mengantarkannya duduk sebagai anggota parlemen Tanjab Timur.

Setelah duduk sebagai wakil rakyat, kariernya di partai mulai meroket. Ia masuk dalam struktural jajaran partai sebagai Wakil Sekretaris DPD PAN Tanjab Timur pada tahun 2003. Keberadaan dirinya parlemen dan posisinya yang strategis di lingkaran elit partai, membuat namanya masuk sebagai calon kuat di bursa kandidat wakil bupati mendampingi Zumi Zola Zulkifli di periode 2011-2016.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ bermultimedia.com. "Ngojek Setelah Gagal Jadi Polisi, Akhirnya Jadi Bupati | Official Website Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur". tanjabtimkab.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-09. 
Jabatan politik
Didahului oleh:
Zumi Zola
Bupati Tanjung Jabung Timur
2015–2016
Diteruskan oleh:
Romi Hariyanto
Didahului oleh:
Muhammad Juber
Wakil Bupati Tanjung Jabung Timur
2011–2015
Diteruskan oleh:
Robby Nahliyansyah