Alexia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Alexia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan membaca yang sudah dimiliki oleh seseorang. Alexia juga dikenal sebagai disleksia yang diperoleh (acquired dyslexia). Disleksia sendiri dikenal sebagai kondisi kesulitan belajar yang menyulitkan individu untuk membaca meskipun kecerdasan yang dimiliki normal dan biasanya ditemukan pada anak usia sekolah. Sedangkan alexia adalah disabilitas yang diperoleh di mana individu yang sebelumnya sudah memiliki kemampuan membaca yang baik, kehilangan kemampuan tersebut yang disebabkan oleh adanya lesi pada bagian otak tertentu.

Alexia dapat menyebabkan masalah minor seperti kesulitan konsentrasi, atau kesulitan untuk membaca tulisan dalam ukuran kecil, sampai masalah besar seperti tulisan yang tiba-tiba terlihat asing.

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Alexia hampir selalu disebabkan oleh adanya lesi pada lobus inferior parietal di hemisfer kiri otak. Alexia sering diasosiasikan dengan afasia karena ditemukan adanya hubungan antara tingkat keparahan afasia dengan tingkat keparahan alexia.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Kondisi alexia yang dialami individu dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: deep alexia, surface alexia, phonological alexia, dan pure alexia

Rehabilitasi[sunting | sunting sumber]

Beberapa penelitian menemukan dua metode yang dapat dilakukan untuk menangani alexia, yaitu: Multiple Oral Rereading (MOR) dan Oral Reading for Language in Aphasia (ORLA). Kedua tindakan memiliki kesamaan yaitu dengan asistensi pembacaan oral sebuah kalimat atau paragraf yang dilakukan berulang-ulang hingga fasih.

Salah satu penderita alexia yang cukup terkenal adalah Howard Engel, seorang novelis berkebangsaan Kanada yang mengalami stroke saat ia tidur pada tahun 2001 dan mengalami alexia. Hal tersebut tentu sangat menghambat Engel terlebih karena profesinya sebagai penulis. Engel mencoba berbagai cara untuk mengembalikan kemampuan membacanya: menggambar huruf di udara, menjejaki huruf dengan jari, dan juga membentuk huruf dengan lidahnya. Metode-metode tersebut cukup efektif bagi Engel karena dia dapat mencapai kemampuan membaca pada level membaca terjemahan film.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. Multiple Oral Rereading
  2. Acquired Dyslexia
  3. The Writer Who Could Not Read