Hujan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
Farras (bicara | kontrib)
Baris 172: Baris 172:


== Pengukuran ==
== Pengukuran ==
===Intensitas===
=== Alat ukur ===
[[File:250mm Rain Gauge.jpg|thumb|upright|right|200px|Pengukur hujan standar]]
{{ listen
| filename = Heavy rain in Glenshaw, PA.ogg
| title = Heavy rain in Glenshaw, PA
| description = Suara hujan deras di permukiman pinggiran kota
}}


{{See also|Pengukur hujan|Disdrometer|Pengukur salju}}

Cara standar untuk mengukur curah hujan atau curah salju adalah menggunakan pengukur hujan standar, dengan variasi plastik 100-mm (4-in) dan logam 200-mm (8-in).<ref>{{cite web|author=[[National Weather Service]] Office, Northern Indiana|year=2009|url=http://www.crh.noaa.gov/iwx/program_areas/coop/8inch.php|title=8 Inch Non-Recording Standard Rain Gauge|accessdate=2009-01-02}}</ref> Tabung dalam diisi dengan {{convert|25|mm|in|abbr=on}} hujan, limpahannya mengalir ke tabung luar. Pengukur plastik memiliki tanda di tabung dalam hingga resolusi {{convert|0.25|mm|in|abbr=on}}, sementara pengukur logam membutuhkan batang yang dirancang dengan tanda {{convert|0.25|mm|in|abbr=on}}. Setelah tabung dalam penuh, isinya dibuang dan diisi dengan air hujan yang tersisa di tabung luar sampai tabung luar kosong, sehingga menjumlahkan total keseluruhan sampai tabung luar kosong.<ref>{{cite web|author=Chris Lehmann|year=2009|url=http://nadp.sws.uiuc.edu/CAL/2000_reminders-4thQ.htm|title=10/00|publisher=Central Analytical Laboratory|accessdate=2009-01-02}}</ref> Jenis pengukuran lain adalah pengukur hujan sepatu yang populer (pengukur termurah dan paling rentan), ember miring, dan beban.<ref>{{cite web|author=[[National Weather Service]]|year=2009|url=http://www.weather.gov/glossary/index.php?letter=w|title=Glossary: W|accessdate=2009-01-01}}</ref> Untuk mengukur curah hujan dengan cara yang murah, kaleng silindris dengan sisi tegak dapat dipakai sebagai pengukur hujan jika dibiarkan berada di tempat terbuka, namun akurasinya bergantung pada penggaris yang digunakan untuk mengukur hujan. Semua pengukur hujan tadi dapat dibuat sendiri dengan pengetahuan yang memadai.<ref>{{cite web|author=Discovery School|year=2009|url=http://school.discovery.com/lessonplans/activities/weatherstation/itsrainingitspouring.html|title=Build Your Own Weather Station|publisher=Discovery Education|accessdate=2009-01-02}}</ref>

Ketika penghitungan curah hujan dilakukan, berbagai jaringan muncul di seluruh Amerika Serikat dan tempat lain ketika penghitungan curah hujan dapat dikirimkan melalui Internet, seperti [[Community Collaborative Rain, Hail and Snow network|CoCoRAHS]] atau GLOBE.<ref>{{cite web|url=http://cocorahs.org |title=Community Collaborative Rain, Hail & Snow Network Main Page|publisher=Colorado Climate Center|year=2009|accessdate=2009-01-02}}</ref><ref>{{cite web|title=Global Learning and Observations to Benefit the Environment Program |url=http://www.globe.gov/fsl/welcome/welcomeobject.pl |author=The Globe Program|year=2009|accessdate=2009-01-02}}</ref> Jika jariingan Internet tidak tersedia di daerah tempat tinggal, stasiun cuaca terdekat atau kantor meteorologi akan melakukan penghitungan.<ref>{{cite web|author=[[National Weather Service]]|year=2009|url=http://www.nws.noaa.gov|title=NOAA's National Weather Service Main Page|accessdate=2009-01-01}}</ref>

Satu milimeter curah hujan sama dengan satu liter air per meter persegi. Ini menyederhanakan penghitungan kebutuhan air untuk pertanian.<ref>[http://www.fao.org/docrep/r4082e/r4082e05.htm FAO.org]</ref>

===Sensor jarak jauh===
{{See also|Radar cuaca}}
[[Image:Radar-accumulations eng.png|right|thumb|250px|Akumulasi curah hujan 24 jam di radar Val d'Irène, Kanada Timur. Zona tanpa data di timur dan barat daya disebabkan adanya sorotan sinar dari pegunungan. (Sumber: Environment Canada)]]
Salah satu kegunaan utama radar cuaca adalah mampu menilai jumlah curah hujan yang jatuh di cekungan besar untuk keperluan [[hidrologi]]s.<ref>{{cite journal|url=http://www.springerlink.com/content/g5447473427jl6w1/|title=Radar Rainfall Estimates for Hydrologic and Landslide Modeling|author=Kang-Tsung Chang, Jr-Chuan Huang, Shuh-Ji Kao, and Shou-Hao Chiang|doi=10.1007/978-3-540-71056-1_6|isbn=978-3-540-71056-1|journal=Data Assimilation for Atmospheric, Oceanic and Hydrologic Applications|year=2009|accessdate=2010-01-15|pages=127–145}}</ref> Misalnya, pengendalian banjir sungai, pengelolaan selokan bawah tanah, dan pembangunan bendungan adalah semua bidang yang memerlukan data akumulasi curah hujan. Perhitungan curah hujan radar melengkapi data stasiun darat yang dapat digunakan untuk kalibrasi. Untuk menghasilkan akumulasi radar, tingkat hujan di satu titik dihitung menggunakan nilai data reflektivitas pada satu titik jaringan. Persamaan radar kemudian dipakai, yaitu
:<math> Z = A R^b </math>,

Z berarti reflektivitas radar, R berarti tingkat curah hujan, dan A dan b adalah konstanta.<ref>{{cite web|url=http://ecommons.library.cornell.edu/bitstream/1813/2115/1/pdfthesis.pdf|publisher=[[Cornell University]]|author=Eric Chay Ware|title=Corrections to Radar-Estimated Precipitation Using Observed Rain Gauge Data: A Thesis|date=August 2005|page=1|accessdate=2010-01-02}}</ref> Perhitungan curah hujan satelit memakai instrumen [[gelombang mikro]] pasif di atas [[orbit kutub]] serta [[satelit cuaca]] [[orbit geostasioner|geostasioner]] untuk mengukur tingkat curah hujan secara tidak langsung.<ref>{{cite web|url=http://www.isac.cnr.it/~ipwg/meetings/melbourne/papers/Mngadi.pdf|title=Southern Africa Satellite Derived Rainfall Estimates Validation|author=Pearl Mngadi, Petrus JM Visser, and Elizabeth Ebert|page=1|publisher=International Precipitation Working Group|date=October 2006|accessdate=2010-01-05}}</ref> Untuk menghasilkan akumulasi curah hujan pada satu periode waktu tertentu, semua akumulasi dari masing-masing kotak jaringan di dalam gambar pada waktu itu harus dijumlahkan.

===Intensitas===
Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:
Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:


Baris 192: Baris 205:
{{See also|Banjir 100 tahun}}
{{See also|Banjir 100 tahun}}
Kemungkinan suatu peristiwa dengan intensitas dan durasi tertentu disebut frekuensi atau [[periode kembali]].<ref>{{cite web|author=Glossary of Meteorology|year=2009|url=http://amsglossary.allenpress.com/glossary/search?id=return-period1|title=Return period|publisher=[[American Meteorological Society]]|accessdate=2009-01-02}}</ref> Intensitas badai dapat diperkirakan untuk periode kembali dan durasi badai apapun dengan melihat grafik yang didasarkan pada data historis lokasi hujan.<ref>{{cite web|author=Glossary of Meteorology|year=2009|url=http://amsglossary.allenpress.com/glossary/search?p=1&query=return+period&submit=Search|title=Rainfall intensity return period|publisher=[[American Meteorological Society]]|accessdate=2009-01-02}}</ref> Istilah ''badai 1 dalam 10&nbsp;tahun'' menjelaskan peristiwa hujan yang jarang dan hanya mungkin terjadi sekali setiap 10&nbsp;tahun, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 10 persen setiap tahun. Hujan akan lebih deras dan banjir akan lebih buruk daripada badai terburuk yang terjadi dalam satu tahun. Istilah ''badai 1 dalam 100&nbsp;tahun'' menjelaskan peristiwa hujan yang sangat jarang dan akan terjadi dengan kemungkinan sekali dalam satu abad, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 1&nbsp;persen setiap tahun. Hujan akan menjadi ekstrem dan banjir lebih parah daripada peristiwa 1 dalam 10&nbsp;tahun tersebut. Seperti semua peristiwa kemungkinan, "badai 1 dalam 100&nbsp;tahun" bisa saja terjadi berkali-kali dalam satu tahun saja.<ref>{{cite web|author=Boulder Area Sustainability Information Network|year=2005|url=http://bcn.boulder.co.us/basin/watershed/flood.html|title=What is a 100 year flood?|publisher=Boulder Community Network|accessdate=2009-01-02}}</ref>
Kemungkinan suatu peristiwa dengan intensitas dan durasi tertentu disebut frekuensi atau [[periode kembali]].<ref>{{cite web|author=Glossary of Meteorology|year=2009|url=http://amsglossary.allenpress.com/glossary/search?id=return-period1|title=Return period|publisher=[[American Meteorological Society]]|accessdate=2009-01-02}}</ref> Intensitas badai dapat diperkirakan untuk periode kembali dan durasi badai apapun dengan melihat grafik yang didasarkan pada data historis lokasi hujan.<ref>{{cite web|author=Glossary of Meteorology|year=2009|url=http://amsglossary.allenpress.com/glossary/search?p=1&query=return+period&submit=Search|title=Rainfall intensity return period|publisher=[[American Meteorological Society]]|accessdate=2009-01-02}}</ref> Istilah ''badai 1 dalam 10&nbsp;tahun'' menjelaskan peristiwa hujan yang jarang dan hanya mungkin terjadi sekali setiap 10&nbsp;tahun, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 10 persen setiap tahun. Hujan akan lebih deras dan banjir akan lebih buruk daripada badai terburuk yang terjadi dalam satu tahun. Istilah ''badai 1 dalam 100&nbsp;tahun'' menjelaskan peristiwa hujan yang sangat jarang dan akan terjadi dengan kemungkinan sekali dalam satu abad, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 1&nbsp;persen setiap tahun. Hujan akan menjadi ekstrem dan banjir lebih parah daripada peristiwa 1 dalam 10&nbsp;tahun tersebut. Seperti semua peristiwa kemungkinan, "badai 1 dalam 100&nbsp;tahun" bisa saja terjadi berkali-kali dalam satu tahun saja.<ref>{{cite web|author=Boulder Area Sustainability Information Network|year=2005|url=http://bcn.boulder.co.us/basin/watershed/flood.html|title=What is a 100 year flood?|publisher=Boulder Community Network|accessdate=2009-01-02}}</ref>

{{ listen
| filename = Heavy rain in Glenshaw, PA.ogg
| title = Heavy rain in Glenshaw, PA
| description = Suara hujan deras di permukiman pinggiran kota
}}


== Klimatologi global ==
== Klimatologi global ==

Revisi per 7 Juli 2011 04.42

Hujan

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.

Pengukur hujan (ombrometer) standar

Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi.

Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk "lonjong", lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air hujan yang besar menjadi semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air hujan yang lebih kecil.

Beberapa kebudayaan telah membentuk kebencian kepada hujan dan telah menciptakan pelbagai peralatan seperti payung dan baju hujan. Banyak orang juga lebih gemar tinggal di dalam rumah pada hari hujan.

Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan asam.

Banyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian dilepas ke udara pada saat hujan.

Jenis-jenis hujan

Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya, ukuran butirannya, atau curah hujannya.

Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya
  • Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
  • Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
  • Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
  • Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
  • Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.


Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya
  • Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
  • Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
  • Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 0° Celsius
  • Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius dengan diameter ±7 mm.


Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)
  • hujan sedang, 20 - 50 mm per hari
  • hujan lebat, 50-100 mm per hari
  • hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari

Hujan buatan

Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).

Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah.

Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.

Sebab

Aktivitas frontal

Hujan stratiform (perintang hujan besar dengan intensitas yang relatif sama) dan dinamis (hujan konvektif yang alaminya deras dengan perubahan intensitas besar dalam jarak pendek) terjadi sebagai akibat dari naiknya udara secara perlahan dalam sistem sinoptis (satuan cm/detik), seperti di sekitar daerah front dingin dan dekat front panas permukaan. Kenaikan sejenis juga terjadi di sekitar siklon tropis di luar dinding mata, dan di pola hujan sekitar siklon lintang tengah.[1] Berbagai jenis cuaca dapat ditemukan di sepanjang front tutupan dengan kemungkinan terjadinya badai petir, namun biasanya jalur mereka dikaitkan dengan penguapan massa air. Front tutupan biasanya terbentuk di sekitar daerah bertekanan rendah.[2] Hal yang memisahkan curah hujan dari presipitasi lainnya, seperti butir es dan salju, adalah adanya lapisan tebal udara yang tinggi dengan suhu di atas titik cair es, yang mencairkan hujan beku sebelum mencapai tanah. Jika ada lapisan dangkal dekat permmukaan yang suhunya di bawah titik beku, hujan beku (hujan yang membeku setelah bersentuhan dengan permukaan di lingkungan sub-beku) akan terjadi.[3] Hujan es semakin jarang terjadi ketika titik beku di atas atmosfer melebihi ketinggian 11.000 kaki (3.400 m) di atas permukaan laut.[4]

Konveksi

Diagram memperlihatkan udara lembap menjadi lebih panas daripada sekitarnya, udara bergerak ke atas dan menyebabkan hujan deras singkat.
Hujan konvektif

Hujan konvektif, atau hujan deras, berasal dari awan konvektif seperti kumulonimbus atau kumulus kongestus. Hujan ini jatuh deras dengan intensitas yang cepat berubah. Hujan konvektif jatuh di suatu daerah dalam waktu yang relatif singkat, karena awan konvektif memiliki bentangan horizontal terbatas. Sebagian besar hujan di daerah tropis bersifat konvektif; namun, selain hujan konvektif, hujan stratiform juga diduga terjadi.[1][5] Graupel dan hujan es menandakan konveksi.[6] Di lintang tengah, hujan konvektif berselang-seling dan sering dikaitkan dengan batasan baroklinis seperti front dingin, garis squall, dan front panas.[7]

Efek orografis

Diagram memperlihatkan bagaimana udara lembap di samudra naik dan bergerak ke daratan, menyebabkan pembekuan dan hujan turun ketika awan melintasi untaian pegunungan.
Hujan orografis

Hujan orografis terjadi di sisi atas angin pegunungan dan disebabkan oleh gerakan udara lembap berskala besar ke atas melintasi pegunungan, mengakibatkan pendinginan dan kondensasi adiabatik. Di daerah berpegunungan dunia yang mengalami angin relatif tetap (misalnya angin dagang), iklim yang lebih lembap biasanya lebih menonjol di sisi atas angin gunung daripada sisi bawah angin gunung. Kelembapan tidak ada karena pengangkatan orografis, meninggalkan udara yang lebih kering (lihat angin katabatik) di sisi bawah angin yang menurun dan menghangatkan serta menjadi tempat pengamatan bayangan hujan.[8]

Di Hawaii, Gunung Wai'ale'ale, di pulau Kauai, terkenal karena curah hujannya yang ekstrem dan memiliki curah hujan rata-rata tahunan tertinggi kedua di dunia, 460 inci (12.000 mm).[9] Sistem badai Kona membasahi negara bagian ini dengan hujan deras antara Oktober dan April.[10] Iklim setempat bervariasi di masing-masing pulau karena topografinya, terbagi menjadi kawasan atas angin (Koʻolau) dan bawah angin (Kona) berdasarkan lokasi relatif terhadap pegunungan tinggi. Sisi atas angin memaparkan wilayah timur terhadap angin dagang timur laut dan menerima lebih banyak hujan; sisi bawah angin lebih kering dan cerah, dengan sedikit hujan dan cakupan awan.[11]

Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menghalangi kelembapan Pasifik yang datang ke benua ini, mengakibatkan iklim gurun di bawah angin melintasi Argentina Barat.[12] Pegunungan Sierra Nevada menciptakan efek yang sama di Amerika Utara denngan membentuk Great Basin dan Gurun Mojave.[13][14]

Wilayah tropis

Tabel memperlihatkan sebuah kota di Australia dengan hujan 450 mm pada musim dingin dan kurang dari 50 mm pada musim panas.
Penyebaran hujan bulanan di Cairns memperlihatkan batas musim hujan di daerah tersebut

Musim hujan adalah masa dalam suatu tahun yang terjadi selama satu atau beberapa bulan ketika sebagian besar hujan rata-rata tahunan suatu daerah jatuh di tempat tersebut.[15] Istilah musim hijau juga kadang digunakan sebagai eufemisme oleh pihak pariwisata.[16] Wilayah dengan musim hujan tersebar di beberapa kawasan tropis dan subtropis.[17] Iklim dan wilayah sabana dengan cuaca monsun memiliki musim panas hujan dan musim dingin kemarau. Hutan hujan tropis teknisnya tidak memiliki musim kemarau atau hujan, karena hujan tersebar merata sepanjang tahu.[18] Sejumlah daerah dengan musim hujan akan mengalami jeda dalam pertengahan musim hujan ketika zona konvergensi intertropis atau truf monsun bergerak ke kutub dari lokasinya selama pertengahan musim panas.[19] Ketika musim hujan terjadi selama musim panas, hujan lebih sering turun selama akhir sore dan awal malam. Musim hujan adalah masa ketika kualitas udara[20] dan air segar membaik,[21][22] dan tanaman tumbuh subur.

Siklon tropis, sumber curah hujan sangat deras, terdiri dari massa udara besar beberapa ratus mil dengan tekanan rendah di pusatnya dan angin bertiup ke pusat searah jarum jam (belahan Bumi selatan) atau berlawanan arah jarum jam (belahan Bumi utara).[23] Meski siklon dapat mengakibatkan kematian dan kerusakan properti yang besar, inilah faktor penting dalam penguasaan hujan atas suatu daerah, karena siklon dapat membawa hujan yang sangat dibutuhkan di wilayah kering.[24] Wilayah di sepanjang jalurnya dapat menerima jatah hujan setahun penuh melalui satu kali peristiwa siklon tropis.[25]

Pengaruh manusia

Citra Atlanta, Georgia memperlihatkan penyebaran suhu, warna biru berarti suhu dingin, merah hangat, dan putih panas.

Zat partikulat yang dihasilkan oleh gas buang mobil dan sumber-sumber polusi lain membentuk nuklei kondensasi awan, yang mendorong pembentukan awan dan meningkatnya kemungkinan hujan. Akibat polusi lalu lintas penglaju dan komersial menumpuk sepanjang minggu, kemungkinan hujan meningkat: hujan memuncak pada Sabtu setelah lima hari penumpukan polusi. Di daerah padat penduduk dekat pesisir, seperti Pesisir Timur Amerika Serikat, dampaknya bisa dramatis: ada kemungkinan hujan 22% lebih tinggi pada hari Sabtu daripada Senin.[26] Dampak pulau panas perkotaan memanaskan kota sebesar 06 °C (10,8 °F) hingga 56 °C (100,8 °F) di atas kawasan pinggiran kota dan pedesaan sekitarnya. Panas tambahan ini mendorong gerakan yang lebih besar ke atas dan menyebabkan aktivitas hujan deras dan badai petir tambahan. Tingkat curah hujan di bawah angin kota meningkat antara 48% dan 116%. Sebagai akibat pemanasan ini, curah hujan bulanan 28% lebih besar antara 20 mil (32 km) hingga 40 mil (64 km) di bawah angin kota, jika dibandingkan dengan atas angin.[27] Sejumlah kota mengakibatkan curah hujan total meningkat sebesar 51%.[28]

Peta penyebaran suhu dunia memperlihatkan belahan Bumi utara lebih panas daripada belahan Bumi selatan selama periode tersebut.
Anomali suhu permukaan rata-rata pada periode 1999 hingga 2008 dibandingkan dengan suhu rata-rata dari 1940 hingga 1980

Suhu yang meningkat cenderung meningkatkan penguapan yang dapat mendorong lebih banyak hujan. Jumlah peristiwa hujan meningkat di daratan sebelah utara 30°N sejak 1900 hingga 2005, namun mulai menurun di kawasan tropis sejak 1970-an. Di seluruh dunia, tidak ada kecenderungan presipitasi keseluruhan secara statistik dalam satu abad terakhir, meski kecenderungan hujan bervariasi menurut daerah dan waktunya. Wilayah timur Amerika Utara dan Selatan, Eropa Utara, dan Asia Tengah semakin basah, Sahel, Mediterania, Afrika bagian Selatan, dan beberapa bagian Asia Selatan semakin kering. Terjadi peningkatan jumlah peristiwa hujan deras di berbagai daerah dalam satu abad terakhir, termasuk peningkatan sejak 1970-an akibat banyaknya kekeringan—khususnya di wilayah tropis dan subtropis. Perubahan curah hujan dan penguapan di samudra diakibatkan oleh berkurangnya salinitas di perairan lintang tengah dan tinggi (berarti lebih banyak hujan) dan meningkatnya salinitas di lintang rendah (berarti sedikit hujan dan/atau banyak penguapan). Di daratan Amerika Serikat, total curah hujan tahunan meningkat dengan tingkat rata-rata 6,1 persen per abad sejak 1900, dengan peningkatan tertinggi terjadi di wilayah iklim Tengah Utara Timur (11,6 persen per abad) dan Selatan (11,1 persen). Hawaii adalah satu-satunya wilayah yang mengalami penurunan (-9,25 persen).[29]

Upaya mempengaruhi cuaca yang paling sukses adalah penyemaian awan yang melibatkan teknik peningkatan presipitasi musim dingin di atas pegunungan dan mengurangi hujan es.[30]

Karakteristik

Pola

Ikatan badai petir terlihat di tampilan radar cuaca

Ikatan hujan adalah wilayah awan dan presipitasi yang panjang. Gelombang hujan dapat bersifat stratiform atau konvektif,[31] dan terbentuk akibat perbedaan suhu. Jika dilihat melalui pencitraan radar cuaca, perpanjangan presipitasi ini disebut sebagai struktur terikat.[32] Ikatan hujan mendahului front tutupan panas dan front panas dikaitkan dengan gerakan lemah ke atas,[33] dan cenderung lebar serta bersifat stratiform.[34]

Ikatan hujan yang muncul dekat dan mendahului front dingin bisa jadi merupakan garis squall yang mampu menghasilkan tornado.[35] Ikatan hujan yang dikaitkan dengan front dingin dapat dibelokkan oleh pegunungan lurus terhadap orientasi front karena pembentukan jet penghalang tingkat rendah.[36] Ikatan badai petir dapat terbentuk bersama angin laut dan angin darat jika kelembapan yang diperlukan untuk membentuknya ada pada saat itu. Jika ikatan hujan angin laut cukup aktif mendahului front dingin, mereka mampu menutupi lokasi front dingin tersebut.[37]

Ketika siklon menutupi langit, sebuah truf udara panas tinggi (trough of warm air aloft), atau "trowal", akan terjadi akibat angin selatan yang kuat di perbatasan timurnya berputar-putar tinggi mengitari kawasan timur lautnya, dan mengarah ke periferi (juga disebut sabuk pengangkut panas) barat lautor, memaksa truf permukaan berlanjut ke sektor dingin lengkungan yang sama menuju front tutupan. Trowal menciptakan bagian dari siklon tutupan yang disebut sebagai kepala koma, karena bentuk awan pertengahan troposfer seperti koma yang menyertai fenomena ini. Ini juga bisa menjadi fokus atas presipitasi lokal yang deras, dengan kemungkinan badai petir jika atmosfer di sepanjang trowal cukup stabil untuk menciptakan konveksi.[38] Pengikatan di dalam pola presipitasi kepala koma suatu siklon ekstratropis dapat menandakan hujan deras.[39] Di balik siklon ekstratropis pada musim gugur dan dingin, ikatan hujan dapat terbentuk di bawah angin permukaan air panas seperti Danau-Danau Besar. Di bawah angin kepulauan, ikatan hujan deras dan badai petir dapat terbentuk karena konvergensi angin tingkat rendah di bawah angin batas pulau. Di lepas pantai California, hal ini terjadi ketika adanya peningkatan front dingin.[40]

Ikatan hujan dengan siklon tropis memiliki orientasi melengkung. Siklon tropis berisikan hujan deras dan badai petir yang, bersama dinding mata dan mata, membentuk hurikan atau badai tropis. Batas ikatan hujan di sekitar siklon tropis dapat membantu menentukan intensitas siklon tersebut.[41]

Keasaman

Siklus hujan asam

pH hujan selalu bervariasi yang umumnya dikarenakan daerah asal hujan tersebut. Di pesisir timur Amerika, hujan yang berasal dari Samudra Atlantik biasanya memiliki pH 5,0-5,6; hujan yang berasal dari seberang benua (barat) memiliki pH 3,8-4,8; dan badai petir lokal memiliki pH serendah 2,0.[42] Hujan menjadi asam karena keberadaan dua asam kuat, yaitu asam belerang (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Asam belerang berasal dari sumber-sumber alami seperti gunung berapi dan lahan basah (bakteri penghisap sulfat); dan sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pertambangan yang mengandung H2S. Asam nitrat dihasilkan oleh sumber-sumber alami seperti petir, bakteri tanah, dan kebakaran alami; selain itu juga sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pembangkit listrik. Dalam 20 tahun terakhir, konsentrasi asam nitrat dan asam belerang dalam air hujan telah berkurang yang dikarenakan adanya peningkatan amonium (terutama amonia dari produksi ternak) yang berperan sebagai penahan hujan asam dan meningkatkan pH-nya.[43]

Pengelompokan iklim Köppen

Peta iklim Köppen-Geiger terbaru[44]
  Af
  Am
  Aw
  BWh
  BWk
  BSh
  BSk
  Csa
  Csb
  Cwa
  Cwb
  Cfa
  Cfb
  Cfc
  Dsa
  Dsb
  Dsc
  Dsd
  Dwa
  Dwb
  Dwc
  Dwd
  Dfa
  Dfb
  Dfc
  Dfd
  ET
  EF

Klasifikasi Köppen bergantung pada nilai suhu dan presipitasi rata-rata bulanan. Bentuk klasifikasi Köppen yang umum digunakan memiliki lima jenis utama mulai dari A hingga E. Jenis utama tersebut adalah A, tropis; B, kering; C, sejuk lintang menengah; D, dingin lintang menengah; dan E, kutub. Lima klasifikasi utama ini dapat dibagi lagi menjadi klasifikasi sekunder seperti hutan hujan, monsun, sabana tropis, subtropis lembap, daratan lembap, iklim lautan, iklim mediterania, stepa, iklim subarktik, tundra, daratan es kutub, dan gurun.

Hutan hujan ditandai dengan curah hujan tinggi yang minimum normal tahunnya antara 1.750 milimeter (69 in) dan 2.000 milimeter (79 in).[45] Sebuah sabana tropis adalah bioma daratan rumput yang terletak di kawasan iklim semi-gersang hingga semi-lembap di lintang subtropis dan tropis dengan curah hujan antara 750 milimeter (30 in) dan 1.270 milimeter (50 in) per tahun. Sabana tropis tersebar di Afrika, India, wilayah utara Amerika Selatan, Malaysia, dan Australia.[46] Zona iklim subtropis lembap adalah daerah yang hujan musim dinginnya dikaitkan dengan badai besar yang diarahkan angin westerlies dari barat ke timur. Kebanyakan hujan musim panas terjadi selama badai petir dan siklon tropis.[47] Iklim subtropis lembap terletak di daratan sebelah timur, antara lintang 20° dan 40° derajat dari khatulistiwa.[48]

Iklim lautan (atau oseanik/maritim) dapat dijumpai di sepanjang pesisir barat di lintang tengah seluruh benua di dunia, berbatasan dengan lautan dingin dan wilayah tenggara Australia, dan memiliki presipitasi besar sepanjang tahun.[49] Iklim mediterania membentuk iklim benua di Cekungan Mediterania, sebagian wilayah barat Amerika Utara, sebagian Australia Barat dan Selatan, wilayah barat daya Afrika Selatan dan sebagian wilayah tengah Chili. Iklim ini ditandai oleh musim panas yang panas dan kering dan musim dingin yang dingin dan basah.[50] Stepa adalah daratan rumput kering.[51] Iklim subarktik bersifat dingin dengan permafrost abadi dan presipitasi kecil.[52]

Pengukuran

Alat ukur

Pengukur hujan standar

Cara standar untuk mengukur curah hujan atau curah salju adalah menggunakan pengukur hujan standar, dengan variasi plastik 100-mm (4-in) dan logam 200-mm (8-in).[53] Tabung dalam diisi dengan 25 mm (0,98 in) hujan, limpahannya mengalir ke tabung luar. Pengukur plastik memiliki tanda di tabung dalam hingga resolusi 025 mm (0,98 in), sementara pengukur logam membutuhkan batang yang dirancang dengan tanda 025 mm (0,98 in). Setelah tabung dalam penuh, isinya dibuang dan diisi dengan air hujan yang tersisa di tabung luar sampai tabung luar kosong, sehingga menjumlahkan total keseluruhan sampai tabung luar kosong.[54] Jenis pengukuran lain adalah pengukur hujan sepatu yang populer (pengukur termurah dan paling rentan), ember miring, dan beban.[55] Untuk mengukur curah hujan dengan cara yang murah, kaleng silindris dengan sisi tegak dapat dipakai sebagai pengukur hujan jika dibiarkan berada di tempat terbuka, namun akurasinya bergantung pada penggaris yang digunakan untuk mengukur hujan. Semua pengukur hujan tadi dapat dibuat sendiri dengan pengetahuan yang memadai.[56]

Ketika penghitungan curah hujan dilakukan, berbagai jaringan muncul di seluruh Amerika Serikat dan tempat lain ketika penghitungan curah hujan dapat dikirimkan melalui Internet, seperti CoCoRAHS atau GLOBE.[57][58] Jika jariingan Internet tidak tersedia di daerah tempat tinggal, stasiun cuaca terdekat atau kantor meteorologi akan melakukan penghitungan.[59]

Satu milimeter curah hujan sama dengan satu liter air per meter persegi. Ini menyederhanakan penghitungan kebutuhan air untuk pertanian.[60]

Sensor jarak jauh

Akumulasi curah hujan 24 jam di radar Val d'Irène, Kanada Timur. Zona tanpa data di timur dan barat daya disebabkan adanya sorotan sinar dari pegunungan. (Sumber: Environment Canada)

Salah satu kegunaan utama radar cuaca adalah mampu menilai jumlah curah hujan yang jatuh di cekungan besar untuk keperluan hidrologis.[61] Misalnya, pengendalian banjir sungai, pengelolaan selokan bawah tanah, dan pembangunan bendungan adalah semua bidang yang memerlukan data akumulasi curah hujan. Perhitungan curah hujan radar melengkapi data stasiun darat yang dapat digunakan untuk kalibrasi. Untuk menghasilkan akumulasi radar, tingkat hujan di satu titik dihitung menggunakan nilai data reflektivitas pada satu titik jaringan. Persamaan radar kemudian dipakai, yaitu

,

Z berarti reflektivitas radar, R berarti tingkat curah hujan, dan A dan b adalah konstanta.[62] Perhitungan curah hujan satelit memakai instrumen gelombang mikro pasif di atas orbit kutub serta satelit cuaca geostasioner untuk mengukur tingkat curah hujan secara tidak langsung.[63] Untuk menghasilkan akumulasi curah hujan pada satu periode waktu tertentu, semua akumulasi dari masing-masing kotak jaringan di dalam gambar pada waktu itu harus dijumlahkan.

Intensitas

Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:

  • Gerimis — ketika tingkat presipitasinya < 25 milimeter (0,98 in) per jam
  • Hujan sedang — ketika tingkat presipitasinya antara 25 milimeter (0,98 in) - 76 milimeter (3,0 in) atau 10 milimeter (0,39 in) per jam[64][65]
  • Hujan deras — ketika tingkat presipitasinya > 76 milimeter (3,0 in) per jam,[64] atau antara 10 milimeter (0,39 in) dan 50 milimeter (2,0 in) per jam[65]
  • Hujan badai — ketika tingkat presipitasinya > 50 milimeter (2,0 in) per jam[65]

Periode kembali

Kemungkinan suatu peristiwa dengan intensitas dan durasi tertentu disebut frekuensi atau periode kembali.[66] Intensitas badai dapat diperkirakan untuk periode kembali dan durasi badai apapun dengan melihat grafik yang didasarkan pada data historis lokasi hujan.[67] Istilah badai 1 dalam 10 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang jarang dan hanya mungkin terjadi sekali setiap 10 tahun, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 10 persen setiap tahun. Hujan akan lebih deras dan banjir akan lebih buruk daripada badai terburuk yang terjadi dalam satu tahun. Istilah badai 1 dalam 100 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang sangat jarang dan akan terjadi dengan kemungkinan sekali dalam satu abad, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 1 persen setiap tahun. Hujan akan menjadi ekstrem dan banjir lebih parah daripada peristiwa 1 dalam 10 tahun tersebut. Seperti semua peristiwa kemungkinan, "badai 1 dalam 100 tahun" bisa saja terjadi berkali-kali dalam satu tahun saja.[68]

Klimatologi global

Air sebanyak 505.000 kilometer kubik (121.000 cu mi) jatuh sebagai hujan setiap tahunnya di seluruh dunia, 398.000 kilometer kubik (95.000 cu mi) jatuh ke lautan.[69] Jika dibandingkan dengan luas permukaan Bumi, curah hujan rata-rata tahunan secara global mencapai 990 milimeter (39 in). Padang pasir ditetapkan sebagai wilayah dengan curah hujan rata-rata tahunan kurang dari 250 milimeter (10 in) per tahun,[70][71] atau sebagai wilayah ketika air lebih banyak yang menguap akibat evapotranspirasi daripada yang jatuh sebagai presipitasi.[72]

Gurun

Gurun-gurun terbesar

Setengah benua Afrika di bagian utara didominasi gurun pasir atau wilayah gersang, termasuk Gurun Sahara. Di Asia, wilayah yang curah hujan minimum tahunannya besar, sebagian besar terdiri dari gurun pasir mulai dari Gurun Gobi di barat-baratdaya Mongolia melintasi barat Pakistan (Balochistan) dan Iran hingga Gurun Arab di Saudi Arabia. Sebagian besar Australia semi-gersang atau terdiri dari gurun pasir,[73] sehingga menjadikannya benua berpenghuni terkering di dunia. Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menahan kelembapan Samudra Pasifik yang tiba di benua ini, sehingga memunculkan iklim mirip gurun di wilayah barat Argentina.[12] Wilayah kering di Amerika Serikat adalah wilayah tempat gurun Sonora menyapu Desert Southwest, Great Basin, dan Wyoming bagian tengah.[74]

Daerah terlembap

Cherrapunji, terletak di lereng selatan Himlaya Timur di Shillong, India adalah salah satu kawasan terlembap atau terbasah di Bumi, dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai 11.430 mm (450 in). Curah hujan tertinggi yang tercatat dalam satu tahun adalah 22.987 mm (905,0 in) pada 1861. Rata-rata 38 tahun di Mawsynram, Meghalaya, India adalah 11.873 mm (467,4 in).[75] Daerah terlembap di Australia adalah Mount Bellenden Ker di timur laut negara ini yang memiliki curah hujan rata-rata 8.000 milimeter (310 in) per tahun. Pada 2000, curah hujan di daerah ini mencetak rekor tertinggi yaitu 12.200 mm (480,3 in).[76] Mount Waialeale di pulau Kaua'i di Kepulauan Hawaii memiliki curah hujan rata-rata lebih dari 11.680 milimeter (460 in) dalam 32 tahun terakhir, dengan rekor 17.340 milimeter (683 in) tahun 1982. Puncaknya dianggap sebagai salah satu daerah terbasah di Bumi. Daerah ini telah dipromosikan dalam literatur wisata selama beberapa tahun sebagai tempat terbasah di Bumi.[77] Lloró, sebuah kota di Chocó, Kolombia, dianggap seabgai daerah dengan curah hujan terukur terbesar di dunia, rata-rata mencapai 13.300 mm (520 in) per tahun.[78] Departemen Chocó sangat lembap. Tutunendo, sebuah kota di departemen ini merupakan salah satu tempat yang diperkirakan terlembap di Bumi, rata-rata tahunannya mencapai 11.394 mm (448,6 in); pada tahun 1974, kota ini memiliki curah hujan 26.303 mm (86 ft 3,6 in), curah hujan tahunan terbesar yang pernah diukur di Kolombia. Tidak seperti Cherrapunji yang hujan antara April dan September, Tutunendo mengalami hujan tersebar merata sepanjang tahun.[79] Quibdó, ibu kota Chocó, mengalami hujan paling banyak di Bumi di antara kota-kota lebih dari 100.000 jiwa, yaitu 9.000 milimeter (350 in) per tahun.[78] Badai di Chocó dapat menghasilkan curah hujan 500 mm (20 in) dalam satu hari. Jumlah ini lebih banyak daripada curah hujan di berbagai kota di dunia dalam satu tahun.

Benua  Rata-rata tertinggi (inci/mm)  Daerah  Ketinggian (kaki/m)   Tahun Pencatatan 
 Amerika Selatan   5.236 in (132.994 mm)*   Lloró, Kolombia[a][b]   520 ft (158 m)*[c]   29 
 Asia   4.674 in (118.720 mm)*   Mawsynram, India[a][d]   4.597 ft (1.401 m)*   39 
 Oseania   4.600 in (116.840 mm)*   Mount Waiʻaleʻale, Kauai, Hawaii (AS)[a]   5.148 ft (1.569 m)*   30 
 Afrika   4.050 in (102.870 mm)*   Debundscha, Kamerun   30 ft (9,1 m)*   32 
 Amerika Selatan   3.540 in (89.916 mm)*   Quibdo, Kolombia   120 ft (36,6 m)*   16 
 Australia   3.400 in (86.360 mm)*   Mount Bellenden Ker, Queensland   5.102 ft (1.555 m)*   9 
 Amerika Utara   2.560 in (65.024 mm)*   Henderson Lake, British Columbia   12 ft (3,66 m)*   14 
 Eropa   1.830 in (46.482 mm)*   Crkvice, Montenegro   3.337 ft (1.017 m)*   22 
Sumber (tanpa konversi): Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation, National Climatic Data Center. August 9, 2004.[80]
Benua Daerah Curah hujan tertinggi  Referensi 
Curah hujan rata-rata tahunan tertinggi  Asia  Mawsynram, India  4.674 in (118.720 mm)*  [81]
Tertinggi dalam satu tahun  Asia  Cherrapunji, India  1,042 in (26 mm)*  [82]
Tertinggi dalam satu bulan  Asia  Cherrapunji, India  366 in (9.296 mm)* [82]
Tertinggi dalam 24 jam  Samudra Hindia  Fac Fac, Pulau La Reunion  73 in (1.854 mm)* [83]
Tertinggi dalam 12 jam  Samudra Hindia  Belouve, Pulau La Reunion  53 in (1.346 mm)* [82]
Tertinggi dalam satu menit  Amerika Utara  Guadeloupe, Kepulauan Karibia  15 in (381 mm)* [83]

Lihat pula

Catatan

  • abc Nilai yang diberikan adalah yang tertinggi di benua ini dan bisa jadi di dunia tergantung cara, prosedur dan periode pengukuran berbagai pencatatan.
  • ^ Curah hujan rata-rata tahunan tertinggi resmi di Amerika Selatan adalah 354 inci di Quibdo, Kolombia. Rata-rata 523.6 inci di Lloro, Kolombia [14 mil tenggara dan ketinggian lebih tinggi dari Quibdo] hanyalah jumlah perkiraan.
  • ^ Perkiraan ketinggian.
  • ^ Dianggap "Tempat Terlembap di Bumi" oleh Guinness Book of World Records.[81]

Catatan kaki

  1. ^ a b B. Geerts (2002). "Convective and stratiform rainfall in the tropics". University of Wyoming. Diakses tanggal 2007-11-27. 
  2. ^ David Roth (2006). "Unified Surface Analysis Manual" (PDF). Hydrometeorological Prediction Center. Diakses tanggal 2006-10-22. 
  3. ^ MetEd (2003-03-14). "Precipitation Type Forecasts in the Southeastern and Mid-Atlantic states". University Corporation for Atmospheric Research. Diakses tanggal 2010-01-30. 
  4. ^ "Meso-Analyst Severe Weather Guide". University Corporation for Atmospheric Research. 2003-01-16. Diakses tanggal 2009-07-16. 
  5. ^ Robert Houze (1997). "Stratiform Precipitation in Regions of Convection: A Meteorological Paradox?". Bulletin of the American Meteorological Society. 78 (10): 2179. doi:10.1175/1520-0477(1997)078<2179:SPIROC>2.0.CO;2. ISSN 1520-0477. 
  6. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Graupel". American Meteorological Society. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  7. ^ Toby N. Carlson (1991). Mid-latitude Weather Systems. Routledge. hlm. 216. ISBN 978-0-04-551115-0. Diakses tanggal 2009-02-07. 
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama MT
  9. ^ Diana Leone (2002). "Rain supreme". Honolulu Star-Bulletin. Diakses tanggal 2008-03-19. 
  10. ^ Steven Businger and Thomas Birchard, Jr. A Bow Echo and Severe Weather Associated with a Kona Low in Hawaii. Retrieved on 2007-05-22.
  11. ^ Western Regional Climate Center (2002). "Climate of Hawaii". Diakses tanggal 2008-03-19. 
  12. ^ a b Paul E. Lydolph (1985). The Climate of the Earth. Rowman & Littlefield. hlm. 333. ISBN 978-0-86598-119-5. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  13. ^ Michael A. Mares (1999). Encyclopedia of Deserts. University of Oklahoma Press. hlm. 252. ISBN 978-0-8061-3146-7. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  14. ^ Adam Ganson (2003). "Geology of Death Valley". Indiana University. Diakses tanggal 2009-02-07. 
  15. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Rainy season". American Meteorological Society. Diakses tanggal 2008-12-27. 
  16. ^ Costa Rica Guide (2005). "When to Travel to Costa Rica". ToucanGuides. Diakses tanggal 2008-12-27. 
  17. ^ Michael Pidwirny (2008). "CHAPTER 9: Introduction to the Biosphere". PhysicalGeography.net. Diakses tanggal 2008-12-27. 
  18. ^ Elisabeth M. Benders-Hyde (2003). "World Climates". Blue Planet Biomes. Diakses tanggal 2008-12-27. 
  19. ^ J . S. 0guntoyinbo and F. 0. Akintola (1983). "Rainstorm characteristics affecting water availability for agriculture" (PDF). Diakses tanggal 2008-12-27. 
  20. ^ Mei Zheng (2000). "The sources and characteristics of atmospheric particulates during the wet and dry seasons in Hong Kong". University of Rhode Island. Diakses tanggal 2008-12-27. 
  21. ^ S. I. Efe, F. E. Ogban, M. J. Horsfall, E. E. Akporhonor (2005). "Seasonal Variations of Physico-chemical Characteristics in Water Resources Quality in Western Niger Delta Region, Nigeria" (PDF). Journal of Applied Scientific Environmental Management. 9 (1): 191–195. ISSN 1119-8362. Diakses tanggal 2008-12-27. 
  22. ^ C. D. Haynes, M. G. Ridpath, M. A. J. Williams (1991). Monsoonal Australia. Taylor & Francis. hlm. 90. ISBN 978-90-6191-638-3. Diakses tanggal 2008-12-27. 
  23. ^ Chris Landsea (2007). "Subject: D3) Why do tropical cyclones' winds rotate counter-clockwise (clockwise) in the Northern (Southern) Hemisphere?". National Hurricane Center. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  24. ^ Climate Prediction Center (2005). "2005 Tropical Eastern North Pacific Hurricane Outlook". National Oceanic and Atmospheric Administration. Diakses tanggal 2006-05-02. 
  25. ^ Jack Williams (2005-05-17). "Background: California's tropical storms". USA Today. Diakses tanggal 2009-02-07. 
  26. ^ R. S. Cerveny and R. C. Balling (1998-08-06). "Weekly cycles of air pollutants, precipitation and tropical cyclones in the coastal NW Atlantic region". Nature. 394 (6693): 561–563. doi:10.1038/29043. 
  27. ^ Dale Fuchs (2005-06-28). "Spain goes hi-tech to beat drought". London: The Guardian. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  28. ^ Goddard Space Flight Center (2002-06-18). "[[NASA]] Satellite Confirms Urban Heat Islands Increase Rainfall Around Cities". National Aeronautics and Space Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 12, 2008. Diakses tanggal 2009-07-17.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  29. ^ Climate Change Division (2008-12-17). "Precipitation and Storm Changes". United States Environmental Protection Agency. Diakses tanggal 2009-07-17. 
  30. ^ American Meteorological Society (1998-10-02). "Planned and Inadvertent Weather Modification". Diakses tanggal 2010-01-31. 
  31. ^ Glossary of Meteorology (2009). Rainband. Retrieved on 2008-12-24.
  32. ^ Glossary of Meteorology (2009). Banded structure. Retrieved on 2008-12-24.
  33. ^ Owen Hertzman (1988). Three-Dimensional Kinematics of Rainbands in Midlatitude Cyclones. Retrieved on 2008-12-24
  34. ^ Yuh-Lang Lin (2007). Mesoscale Dynamics. Retrieved on 2008-12-25.
  35. ^ Glossary of Meteorology (2009). Prefrontal squall line. Retrieved on 2008-12-24.
  36. ^ J. D. Doyle (1997). The influence of mesoscale orography on a coastal jet and rainband. Retrieved on 2008-12-25.
  37. ^ A. Rodin (1995). Interaction of a cold front with a sea-breeze front numerical simulations. Retrieved on 2008-12-25.
  38. ^ St. Louis University (2003-08-04). "What is a TROWAL? via the Internet Wayback Machine". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-16. Diakses tanggal 2006-11-02. 
  39. ^ David R. Novak, Lance F. Bosart, Daniel Keyser, and Jeff S. Waldstreicher (2002). A Climatological and composite study of cold season banded precipitation in the Northeast United States. Retrieved on 2008-12-26.
  40. ^ Ivory J. Small (1999). An observation study of island effect bands: precipitation producers in Southern California. Retrieved on 2008-12-26.
  41. ^ University of Wisconsin–Madison (1998).Objective Dvorak Technique. Retrieved on 2006-05-29.
  42. ^ Joan D. Willey (1988-01). "Effect of storm type on rainwater composition in southeastern North Carolina". Environmental Science & Technology. 
  43. ^ Joan D. Willey (2006-08-19). "Changing Chemical Composition of Precipitation in Wilmington, North Carolina, U.S.A.: Implications for the Continental U.S.A". Environmental Science & Technology. 
  44. ^ Peel, M. C. and Finlayson, B. L. and McMahon, T. A. (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrol. Earth Syst. Sci. 11: 1633–1644. ISSN 1027-5606.  (direct:Final Revised Paper)
  45. ^ Susan Woodward (1997-10-29). "Tropical Broadleaf Evergreen Forest: The Rainforest". Radford University. Diakses tanggal 2008-03-14. 
  46. ^ Susan Woodward (2005-02-02). "Tropical Savannas". Radford University. Diakses tanggal 2008-03-16. 
  47. ^ "Humid subtropical climate". Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica Online. 2008. Diakses tanggal 2008-05-14. 
  48. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Humid Subtropical Climate". University of Wisconsin–Stevens Point. Diakses tanggal 2008-03-16. 
  49. ^ Lauren Springer Ogden (2008). Plant-Driven Design. Timber Press. hlm. 78. ISBN 9780881928778. 
  50. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Mediterranean or Dry Summer Subtropical Climate". University of Wisconsin–Stevens Point. Diakses tanggal 2009-07-17. 
  51. ^ Brynn Schaffner and Kenneth Robinson (2003-06-06). "Steppe Climate". West Tisbury Elementary School. Diakses tanggal 2008-04-15. 
  52. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Subarctic Climate". University of Wisconsin–Stevens Point. Diakses tanggal 2008-04-16. 
  53. ^ National Weather Service Office, Northern Indiana (2009). "8 Inch Non-Recording Standard Rain Gauge". Diakses tanggal 2009-01-02. 
  54. ^ Chris Lehmann (2009). "10/00". Central Analytical Laboratory. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  55. ^ National Weather Service (2009). "Glossary: W". Diakses tanggal 2009-01-01. 
  56. ^ Discovery School (2009). "Build Your Own Weather Station". Discovery Education. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  57. ^ "Community Collaborative Rain, Hail & Snow Network Main Page". Colorado Climate Center. 2009. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  58. ^ The Globe Program (2009). "Global Learning and Observations to Benefit the Environment Program". Diakses tanggal 2009-01-02. 
  59. ^ National Weather Service (2009). "NOAA's National Weather Service Main Page". Diakses tanggal 2009-01-01. 
  60. ^ FAO.org
  61. ^ Kang-Tsung Chang, Jr-Chuan Huang, Shuh-Ji Kao, and Shou-Hao Chiang (2009). "Radar Rainfall Estimates for Hydrologic and Landslide Modeling". Data Assimilation for Atmospheric, Oceanic and Hydrologic Applications: 127–145. doi:10.1007/978-3-540-71056-1_6. ISBN 978-3-540-71056-1. Diakses tanggal 2010-01-15. 
  62. ^ Eric Chay Ware (August 2005). "Corrections to Radar-Estimated Precipitation Using Observed Rain Gauge Data: A Thesis" (PDF). Cornell University. hlm. 1. Diakses tanggal 2010-01-02. 
  63. ^ Pearl Mngadi, Petrus JM Visser, and Elizabeth Ebert (October 2006). "Southern Africa Satellite Derived Rainfall Estimates Validation" (PDF). International Precipitation Working Group. hlm. 1. Diakses tanggal 2010-01-05. 
  64. ^ a b Glossary of Meteorology (June 2000). "Rain". American Meteorological Society. Diakses tanggal 2010-01-15. 
  65. ^ a b c Met Office (August 2007). "Fact Sheet No. 3: Water in the Atmosphere" (PDF). Crown Copyright. hlm. 6. Diakses tanggal 2011-05-12. 
  66. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Return period". American Meteorological Society. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  67. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Rainfall intensity return period". American Meteorological Society. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  68. ^ Boulder Area Sustainability Information Network (2005). "What is a 100 year flood?". Boulder Community Network. Diakses tanggal 2009-01-02. 
  69. ^ Dr. Chowdhury's Guide to Planet Earth (2005). "The Water Cycle". WestEd. Diakses tanggal 2006-10-24. 
  70. ^ Publications Service Center (2001-12-18). "What is a desert?". United States Geologic Survey. Diakses tanggal 2010-01-15. 
  71. ^ According to What is a desert?, the 250 mm threshold definition is attributed to Peveril Meigs.
  72. ^ "desert". Encyclopædia Britannica online. Diakses tanggal 2008-02-09. 
  73. ^ "About Biodiversity". Department of the Environment and Heritage. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-05. Diakses tanggal 2007-09-18. 
  74. ^ NationalAtlas.gov (2009-09-17). "Precipitation of the Individual States and of the Conterminous States". United States Department of the Interior. Diakses tanggal 2010-01-15. 
  75. ^ A. J. Philip (2004-10-12). "Mawsynram in India" (PDF). Tribune News Service. Diakses tanggal 2010-01-05.  [pranala nonaktif]
  76. ^ Bureau of Meteorology (2010). "Significant Weather - December 2000 (Rainfall)". Commonwealth of Australia. Diakses tanggal 2010-01-15. 
  77. ^ "USGS 220427159300201 1047.0 Mt. Waialeale rain gauge nr Lihue, Kauai, HI". USGS Real-time rainfall data at Waiʻaleʻale Raingauge. Diakses tanggal 2008-12-11. 
  78. ^ a b National Climatic Data Center (2005-08-09). "Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation". National Oceanic and Atmospheric Administration. Diakses tanggal 2007-01-18. 
  79. ^ Alfred Rodríguez Picódate (2008-02-07). "Tutunendaó, Choco: la ciudad colombiana es muy lluviosa". El Periódico.com. Diakses tanggal 2008-12-11.  [pranala nonaktif]
  80. ^ "Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation#Highest Average Annual Precipitation Extremes". National Climatic Data Center. August 9, 2004. 
  81. ^ a b UFL - Dispute between Mawsynram and Cherrapunji for the rainiest place in the world
  82. ^ a b c World Rainfall Extremes
  83. ^ a b Deluges

Pranala luar

Templat:Link GA Templat:Link GA