Lompat ke isi

Aborsi dan kesehatan mental: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ning Gusti (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ning Gusti (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
Ahli ilmiah dan medis telah berulang kali menyimpulkan bahwa [[aborsi]] tidak menimbulkan risiko atau bahaya terhadap [[kesehatan mental]] yang lebih besar daripada kehamilan yang tidak diinginkan hingga persalinan.<ref name=":1">{{Cite book|date=2018|title=The safety and quality of abortion care in the United States|location=Washington, DC|publisher=National Academies Press|isbn=978-0-309-46818-3|editor-last=National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine|series=Consensus study report}}</ref> <ref>{{Cite web|last=Major|first=Brenda|last2=Appelbaum|first2=Mark|date=2008|title=Report of the APA Task Force on Mental Health and Abortion|url=http://dx.doi.org/10.1037/e582472010-001|website=PsycEXTRA Dataset|access-date=2024-03-01|last3=Beckman|first3=Linda|last4=Dutton|first4=Mary Ann|last5=Russo|first5=Nancy Felipe|last6=West|first6=Carolyn}}</ref> <ref name=":0">{{Cite web|last=Cleland|first=John|date=2008-12-16|title=Faculty Opinions recommendation of Abortion and long-term mental health outcomes: a systematic review of the evidence.|url=http://dx.doi.org/10.3410/f.1139009.594992|website=Faculty Opinions – Post-Publication Peer Review of the Biomedical Literature|access-date=2024-03-01}}</ref> Namun demikian, hubungan antara aborsi yang diinduksi dan kesehatan mental merupakan bagian dari kontroversi politik.<ref>{{Cite web|date=2009-09-16|title=CBS News/New York Times Monthly Poll, January 2008|url=http://dx.doi.org/10.3886/icpsr25661|website=ICPSR Data Holdings|access-date=2024-03-01}}</ref><ref>{{Cite journal|date=2007-12-01|title=Cluckie, Prof. Ian David, (born 20 July 1949), Pro-Vice-Chancellor (Science and Engineering), Swansea University, 2008–15, now Emeritus Professor of Engineering|url=http://dx.doi.org/10.1093/ww/9780199540884.013.11267|journal=Who's Who|publisher=Oxford University Press}}</ref> Pada tahun 2008, [[Asosiasi Psikologis Amerika|Asosiasi Psikologi Amerika]] menyimpulkan setelah meninjau bukti yang ada bahwa aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Pada tahun 2011, Pusat Kolaborasi Nasional Inggris untuk Kesehatan Mental secara serupa menyimpulkan bahwa aborsi pertama kali dalam trimester pertama tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dibandingkan dengan menyelesaikan kehamilan. Pada tahun 2018, Akademi Ilmu Pengetahuan, Teknik, dan Kedokteran Nasional menyimpulkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma.<ref name=":0" /><ref>{{Cite journal|last=Bond|first=Sharon|date=2011-04-28|title=RISK OF MENTAL HEALTH DISORDERS DOES NOT INCREASE FOLLOWING FIRST TRIMESTER–INDUCED ABORTION|url=http://dx.doi.org/10.1111/j.1542-2011.2011.00065_1.x|journal=Journal of Midwifery &amp; Women's Health|volume=56|issue=3|pages=313–314|doi=10.1111/j.1542-2011.2011.00065_1.x|issn=1526-9523}}</ref> Pada tahun 2018, ''The National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine'' menyimpulkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma.<ref name=":1" /> ''The U.K. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists'' juga merangkum bukti dengan menemukan bahwa aborsi tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dibandingkan dengan wanita yang menyelesaikan kehamilan yang tidak diinginkan sampai melahirkan.<ref>{{Cite journal|date=1966-04-02|title=Legalized Abortion: Report by the Council of the Royal College of Obstetricians and Gynaecologists|url=http://dx.doi.org/10.1136/bmj.1.5491.850|journal=BMJ|volume=1|issue=5491|pages=850–854|doi=10.1136/bmj.1.5491.850|issn=0959-8138}}</ref>
Ahli ilmiah dan medis telah berulang kali menyimpulkan bahwa [[aborsi]] tidak menimbulkan risiko atau bahaya terhadap [[kesehatan mental]] yang lebih besar daripada kehamilan yang tidak diinginkan hingga persalinan.<ref name=":1">{{Cite book|date=2018|title=The safety and quality of abortion care in the United States|location=Washington, DC|publisher=National Academies Press|isbn=978-0-309-46818-3|editor-last=National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine|series=Consensus study report}}</ref> <ref>{{Cite web|last=Major|first=Brenda|last2=Appelbaum|first2=Mark|date=2008|title=Report of the APA Task Force on Mental Health and Abortion|url=http://dx.doi.org/10.1037/e582472010-001|website=PsycEXTRA Dataset|access-date=2024-03-01|last3=Beckman|first3=Linda|last4=Dutton|first4=Mary Ann|last5=Russo|first5=Nancy Felipe|last6=West|first6=Carolyn}}</ref> <ref name=":0">{{Cite web|last=Cleland|first=John|date=2008-12-16|title=Faculty Opinions recommendation of Abortion and long-term mental health outcomes: a systematic review of the evidence.|url=http://dx.doi.org/10.3410/f.1139009.594992|website=Faculty Opinions – Post-Publication Peer Review of the Biomedical Literature|access-date=2024-03-01}}</ref> Namun demikian, hubungan antara aborsi yang diinduksi dan kesehatan mental merupakan bagian dari kontroversi politik.<ref>{{Cite web|date=2009-09-16|title=CBS News/New York Times Monthly Poll, January 2008|url=http://dx.doi.org/10.3886/icpsr25661|website=ICPSR Data Holdings|access-date=2024-03-01}}</ref><ref>{{Cite journal|date=2007-12-01|title=Cluckie, Prof. Ian David, (born 20 July 1949), Pro-Vice-Chancellor (Science and Engineering), Swansea University, 2008–15, now Emeritus Professor of Engineering|url=http://dx.doi.org/10.1093/ww/9780199540884.013.11267|journal=Who's Who|publisher=Oxford University Press}}</ref> Pada tahun 2008, [[Asosiasi Psikologis Amerika|Asosiasi Psikologi Amerika]] menyimpulkan setelah meninjau bukti yang ada bahwa aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Pada tahun 2011, Pusat Kolaborasi Nasional Inggris untuk Kesehatan Mental secara serupa menyimpulkan bahwa aborsi pertama kali dalam trimester pertama tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dibandingkan dengan menyelesaikan kehamilan. Pada tahun 2018, Akademi Ilmu Pengetahuan, Teknik, dan Kedokteran Nasional menyimpulkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma.<ref name=":0" /><ref>{{Cite journal|last=Bond|first=Sharon|date=2011-04-28|title=RISK OF MENTAL HEALTH DISORDERS DOES NOT INCREASE FOLLOWING FIRST TRIMESTER–INDUCED ABORTION|url=http://dx.doi.org/10.1111/j.1542-2011.2011.00065_1.x|journal=Journal of Midwifery &amp; Women's Health|volume=56|issue=3|pages=313–314|doi=10.1111/j.1542-2011.2011.00065_1.x|issn=1526-9523}}</ref> Pada tahun 2018, ''The National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine'' menyimpulkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma.<ref name=":1" /> ''The U.K. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists'' juga merangkum bukti dengan menemukan bahwa aborsi tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dibandingkan dengan wanita yang menyelesaikan kehamilan yang tidak diinginkan sampai melahirkan.<ref>{{Cite journal|date=1966-04-02|title=Legalized Abortion: Report by the Council of the Royal College of Obstetricians and Gynaecologists|url=http://dx.doi.org/10.1136/bmj.1.5491.850|journal=BMJ|volume=1|issue=5491|pages=850–854|doi=10.1136/bmj.1.5491.850|issn=0959-8138}}</ref> Dua studi dilakukan di Denmark pada tahun 2011 dan 2012 menganalisis hubungan antara aborsi dan masuk rumah sakit jiwa yang hasilnya tidak ditemukan peningkatan dalam jumlah masuk rumah sakit setelah aborsi. Dalam studi yang sama ditemukan bahwa peningkatan jumlah wanita yang masuk rumah sakit jiwa setelah kelahiran anak pertama.<ref>{{Cite journal|last=Steinberg|first=Julia R.|last2=Laursen|first2=Thomas M.|last3=Adler|first3=Nancy E.|last4=Gasse|first4=Christiane|last5=Agerbo|first5=Esben|last6=Munk-Olsen|first6=Trine|date=2018-08-01|title=Examining the Association of Antidepressant Prescriptions With First Abortion and First Childbirth|url=http://dx.doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2018.0849|journal=JAMA Psychiatry|volume=75|issue=8|pages=828|doi=10.1001/jamapsychiatry.2018.0849|issn=2168-622X}}</ref> Sebuah tinjauan sistematis pada tahun 2008 terhadap literatur medis tentang aborsi dan kesehatan mental menemukan bahwa studi-studi berkualitas tinggi secara konsisten menunjukkan sedikit atau tidak ada konsekuensi kesehatan mental dari aborsi, sementara studi-studi berkualitas rendah lebih cenderung melaporkan konsekuensi negatif.<ref>{{Cite journal|last=Charles|first=Vignetta E.|last2=Polis|first2=Chelsea B.|last3=Sridhara|first3=Srinivas K.|last4=Blum|first4=Robert W.|date=2008-12|title=Abortion and long-term mental health outcomes: a systematic review of the evidence|url=http://dx.doi.org/10.1016/j.contraception.2008.07.005|journal=Contraception|volume=78|issue=6|pages=436–450|doi=10.1016/j.contraception.2008.07.005|issn=0010-7824}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 2 Maret 2024 01.26

Ahli ilmiah dan medis telah berulang kali menyimpulkan bahwa aborsi tidak menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kesehatan mental yang lebih besar daripada kehamilan yang tidak diinginkan hingga persalinan.[1] [2] [3] Namun demikian, hubungan antara aborsi yang diinduksi dan kesehatan mental merupakan bagian dari kontroversi politik.[4][5] Pada tahun 2008, Asosiasi Psikologi Amerika menyimpulkan setelah meninjau bukti yang ada bahwa aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Pada tahun 2011, Pusat Kolaborasi Nasional Inggris untuk Kesehatan Mental secara serupa menyimpulkan bahwa aborsi pertama kali dalam trimester pertama tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dibandingkan dengan menyelesaikan kehamilan. Pada tahun 2018, Akademi Ilmu Pengetahuan, Teknik, dan Kedokteran Nasional menyimpulkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma.[3][6] Pada tahun 2018, The National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine menyimpulkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma.[1] The U.K. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists juga merangkum bukti dengan menemukan bahwa aborsi tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dibandingkan dengan wanita yang menyelesaikan kehamilan yang tidak diinginkan sampai melahirkan.[7] Dua studi dilakukan di Denmark pada tahun 2011 dan 2012 menganalisis hubungan antara aborsi dan masuk rumah sakit jiwa yang hasilnya tidak ditemukan peningkatan dalam jumlah masuk rumah sakit setelah aborsi. Dalam studi yang sama ditemukan bahwa peningkatan jumlah wanita yang masuk rumah sakit jiwa setelah kelahiran anak pertama.[8] Sebuah tinjauan sistematis pada tahun 2008 terhadap literatur medis tentang aborsi dan kesehatan mental menemukan bahwa studi-studi berkualitas tinggi secara konsisten menunjukkan sedikit atau tidak ada konsekuensi kesehatan mental dari aborsi, sementara studi-studi berkualitas rendah lebih cenderung melaporkan konsekuensi negatif.[9]

Referensi

  1. ^ a b National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, ed. (2018). The safety and quality of abortion care in the United States. Consensus study report. Washington, DC: National Academies Press. ISBN 978-0-309-46818-3. 
  2. ^ Major, Brenda; Appelbaum, Mark; Beckman, Linda; Dutton, Mary Ann; Russo, Nancy Felipe; West, Carolyn (2008). "Report of the APA Task Force on Mental Health and Abortion". PsycEXTRA Dataset. Diakses tanggal 2024-03-01. 
  3. ^ a b Cleland, John (2008-12-16). "Faculty Opinions recommendation of Abortion and long-term mental health outcomes: a systematic review of the evidence". Faculty Opinions – Post-Publication Peer Review of the Biomedical Literature. Diakses tanggal 2024-03-01. 
  4. ^ "CBS News/New York Times Monthly Poll, January 2008". ICPSR Data Holdings. 2009-09-16. Diakses tanggal 2024-03-01. 
  5. ^ "Cluckie, Prof. Ian David, (born 20 July 1949), Pro-Vice-Chancellor (Science and Engineering), Swansea University, 2008–15, now Emeritus Professor of Engineering". Who's Who. Oxford University Press. 2007-12-01. 
  6. ^ Bond, Sharon (2011-04-28). "RISK OF MENTAL HEALTH DISORDERS DOES NOT INCREASE FOLLOWING FIRST TRIMESTER–INDUCED ABORTION". Journal of Midwifery & Women's Health. 56 (3): 313–314. doi:10.1111/j.1542-2011.2011.00065_1.x. ISSN 1526-9523. 
  7. ^ "Legalized Abortion: Report by the Council of the Royal College of Obstetricians and Gynaecologists". BMJ. 1 (5491): 850–854. 1966-04-02. doi:10.1136/bmj.1.5491.850. ISSN 0959-8138. 
  8. ^ Steinberg, Julia R.; Laursen, Thomas M.; Adler, Nancy E.; Gasse, Christiane; Agerbo, Esben; Munk-Olsen, Trine (2018-08-01). "Examining the Association of Antidepressant Prescriptions With First Abortion and First Childbirth". JAMA Psychiatry. 75 (8): 828. doi:10.1001/jamapsychiatry.2018.0849. ISSN 2168-622X. 
  9. ^ Charles, Vignetta E.; Polis, Chelsea B.; Sridhara, Srinivas K.; Blum, Robert W. (2008-12). "Abortion and long-term mental health outcomes: a systematic review of the evidence". Contraception. 78 (6): 436–450. doi:10.1016/j.contraception.2008.07.005. ISSN 0010-7824.