Sindrom serotonin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 16: Baris 16:


==Perkembangan penyakit==
==Perkembangan penyakit==
Setelah penghentian obat serotonergik, sebagian besar kasus sindrom serotonin sembuh dalam waktu 24 jam,<ref>{{Cite journal|last=Prator|first=Bettina C.|date=2006-04|title=Serotonin syndrome|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16681290|journal=The Journal of Neuroscience Nursing: Journal of the American Association of Neuroscience Nurses|volume=38|issue=2|pages=102–105|doi=10.1097/01376517-200604000-00005|issn=0888-0395|pmid=16681290}}</ref> meskipun dalam beberapa kasus delirium dapat bertahan selama beberapa hari.<ref>{{Cite journal|last=Sternbach|first=H.|date=1991-06|title=The serotonin syndrome|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2035713|journal=The American Journal of Psychiatry|volume=148|issue=6|pages=705–713|doi=10.1176/ajp.148.6.705|issn=0002-953X|pmid=2035713}}</ref> Gejala biasanya bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama pada pasien yang memakai obat yang memiliki waktu paruh eliminasi yang lama, metabolit aktif, atau durasi kerja yang berkepanjangan.<ref name = Boyer/>

Kasus telah melaporkan gejala kronis yang bertahan,<ref>{{Cite journal|last=Chechani|first=Vijay|date=2002-02|title=Serotonin syndrome presenting as hypotonic coma and apnea: potentially fatal complications of selective serotonin receptor inhibitor therapy|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11889332|journal=Critical Care Medicine|volume=30|issue=2|pages=473–476|doi=10.1097/00003246-200202000-00033|issn=0090-3493|pmid=11889332}}</ref> dan penghentian antidepresan dapat berkontribusi pada fitur yang sedang berlangsung.<ref>{{Cite journal|last=Haddad|first=P. M.|date=2001|title=Antidepressant discontinuation syndromes|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11347722|journal=Drug Safety|volume=24|issue=3|pages=183–197|doi=10.2165/00002018-200124030-00003|issn=0114-5916|pmid=11347722}}</ref> Setelah manajemen medis yang tepat, sindrom serotonin umumnya dikaitkan dengan prognosis yang baik.<ref>{{Cite journal|last=Mason|first=P. J.|last2=Morris|first2=V. A.|last3=Balcezak|first3=T. J.|date=2000-07|title=Serotonin syndrome. Presentation of 2 cases and review of the literature|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10941349|journal=Medicine|volume=79|issue=4|pages=201–209|doi=10.1097/00005792-200007000-00001|issn=0025-7974|pmid=10941349}}</ref>


==Epidemiologi==
==Epidemiologi==

Revisi per 17 Februari 2022 04.43

Sindrom serotonin adalah kumpulan gejala yang berpotensi mengancam jiwa akibat dari kadar serotonin yang terlalu banyak. Sindrom ini disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang bekerja di reseptor serotonin (serotonergik).[1] Serotonin (5-hidroksitriptamin atau 5-HT) adalah senyawa neurotransmiter golongan monoamin yang mengatur siklus tidur, suasana hati, sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan nyeri.[2] Sindrom serotonin dapat terjadi pada penggunaan terapi tunggal obat serotonergik, baik dalam dosis terapi yang sesuai maupun overdosis, atau karena interaksi dua obat serotonergik yang bekerja dengan mekanisme berbeda.[1]

Beberapa obat yang memengaruhi kadar serotonin adalah antidepresan, antipsikotik, analgesik, sedatif, antimigrain, dan antimuntah. Dari beberapa jenis obat tersebut, obat yang diketahui menyebabkan sindrom serotonin meliputi golongan prekursor serotonin, obat yang bekerja dengan cara memengaruhi pelepasan serotonin, agonis serotonin, penghambat monoamin oksidase, dan obat yang bekerja dengan cara menghambat pengambilan kembali (reuptake) serotonin. Beberapa senyawa kimia, seperti buspiron, litium, dan asam amino triptofan juga dapat menyebabkan sindrom serotonin. Triptofan biasanya ditemukan di susu, yogurt, keju, kacang, daging merah, cokelat, telur, dan biji bunga matahari.[2]

Sindrom serotonin sering terjadi pada orang yang baru pertama kali meminum obat yang meningkatkan senyawa serotonin. Gejala dan keparahan yang terjadi pada setiap orang bisa berbeda. Gejala biasanya muncul dalam 24 jam pertama setelah kadar serotonin di darah meningkat karena penggunaan obat yang telah disebutkan. Seseorang dikatakan mengalami sindrom serotonin jika mengalami 3 gejala, meliputi gangguan kesadaran, gangguan neuromuskular, dan hiperaktivitas otonom, seperti hipertensi dan jantung yang berdebar-debar. Pada kasus ringan, gejala yang paling sering muncul adalah hipertensi ringan, denyut jantung meningkat, gemetaran, hiperefleks, keringat berlebihan, sentakan otot (mioklonus), dan pelebaran pupil. Pasien bergejala sedang biasanya merasakan gejala-gejala tersebut dan disertai kondisi hipertermia (40 0C), peningkatan bunyi usus, agitasi, dan sentakan bola mata (klonus okular). Kasus berat biasanya menyertakan sebagian besar gejala di atas dan hipertermia yang lebih berat (41,1 0C), perubahan drastis pada denyut jantung dan tekanan darah, penurunan kesadaran berupa delirium, dan kekakuan otot (rigiditas). Beberapa kasus dapat berujung pada komplikasi seperti kejang, mioglobinuria, rabdomiolisis, asidosis metabolik, gagal ginjal, sindrom distres pernapasan, pembekuan darah intravaskular, gagal napas, koma, bahkan kematian.[1]

Gejala dan tanda

Penyebab

Patofisiologi

Diagnosis

Manajemen

Perkembangan penyakit

Setelah penghentian obat serotonergik, sebagian besar kasus sindrom serotonin sembuh dalam waktu 24 jam,[3] meskipun dalam beberapa kasus delirium dapat bertahan selama beberapa hari.[4] Gejala biasanya bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama pada pasien yang memakai obat yang memiliki waktu paruh eliminasi yang lama, metabolit aktif, atau durasi kerja yang berkepanjangan.[5]

Kasus telah melaporkan gejala kronis yang bertahan,[6] dan penghentian antidepresan dapat berkontribusi pada fitur yang sedang berlangsung.[7] Setelah manajemen medis yang tepat, sindrom serotonin umumnya dikaitkan dengan prognosis yang baik.[8]

Epidemiologi

Studi epidemiologis sindrom serotonin sulit dilakukan karena banyak dokter tidak menyadari diagnosisnya atau mereka mungkin melewatkan sindrom tersebut karena manifestasinya yang bervariasi.[5][9] Pada 1998, sebuah survei yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa 85% dari dokter umum yang telah meresepkan nefazodone antidepresan tidak menyadari sindrom serotonin.[10] Insidennya meningkat dikarenakan ada banyak obat pro-serotonergik (obat yang meningkatkan kadar serotonin) yang saat ini digunakan dalam praktik klinis.[11] Satu penelitian surveilans pascapemasaran mengidentifikasi insiden 0,4 kasus per 1000 pasien-bulan untuk pasien yang memakai nefazodon.[10] Selain itu, sekitar 14 hingga 16 persen orang yang overdosis SSRI diperkirakan mengembangkan sindrom serotonin.[12]

Kasus penting

Contoh sindrom serotonin yang paling terkenal yaitu kematian Libby Zion pada 1984. Zion adalah mahasiswa baru di Bennington College saat kematiannya pada 5 Maret 1984, pada usia 18 tahun. Dia meninggal dalam waktu 8 jam setelah masuk IGD di New York Hospital Cornell Medical Center. Dia memiliki riwayat depresi yang berkelanjutan, dan datang ke rumah sakit Manhattan pada malam 4 Maret 1984, dengan demam, agitasi dan "gerakan menyentak yang aneh" dari tubuhnya. Dia juga terkadang terlihat disorientasi. Dokter IGD tidak dapat mendiagnosis kondisinya secara definitif, tetapi mengakuinya untuk hidrasi dan observasi. Kematiannya disebabkan oleh kombinasi petidin dan fenelzin.[13] Seorang dokter magang meresepkan petidin. Kasus ini mempengaruhi pendidikan kedokteran pascasarjana dan jam kerja residensi. Batasan jam kerja ditetapkan untuk lulusan kedokteran, yang biasa disebut sebagai magang atau residen, dalam program pelatihan rumah sakit, dan mereka juga sekarang memerlukan pengawasan dokter senior yang lebih intensif.[14]

Referensi

  1. ^ a b c Volpi-Abadie, Jacqueline; Kaye, Adam M.; Kaye, Alan David (2013). "Serotonin Syndrome". The Ochsner Journal. 13 (4): 533–540. ISSN 1524-5012. PMC 3865832alt=Dapat diakses gratis. PMID 24358002. 
  2. ^ a b Buckley, N. A.; Dawson, A. H.; Isbister, G. K. (2014-02-19). "Serotonin syndrome". BMJ (dalam bahasa Inggris). 348 (feb19 6): g1626–g1626. doi:10.1136/bmj.g1626. ISSN 1756-1833. 
  3. ^ Prator, Bettina C. (2006-04). "Serotonin syndrome". The Journal of Neuroscience Nursing: Journal of the American Association of Neuroscience Nurses. 38 (2): 102–105. doi:10.1097/01376517-200604000-00005. ISSN 0888-0395. PMID 16681290. 
  4. ^ Sternbach, H. (1991-06). "The serotonin syndrome". The American Journal of Psychiatry. 148 (6): 705–713. doi:10.1176/ajp.148.6.705. ISSN 0002-953X. PMID 2035713. 
  5. ^ a b Boyer, Edward W.; Shannon, Michael (2005-03-17). "The serotonin syndrome". The New England Journal of Medicine. 352 (11): 1112–1120. doi:10.1056/NEJMra041867. ISSN 1533-4406. PMID 15784664. 
  6. ^ Chechani, Vijay (2002-02). "Serotonin syndrome presenting as hypotonic coma and apnea: potentially fatal complications of selective serotonin receptor inhibitor therapy". Critical Care Medicine. 30 (2): 473–476. doi:10.1097/00003246-200202000-00033. ISSN 0090-3493. PMID 11889332. 
  7. ^ Haddad, P. M. (2001). "Antidepressant discontinuation syndromes". Drug Safety. 24 (3): 183–197. doi:10.2165/00002018-200124030-00003. ISSN 0114-5916. PMID 11347722. 
  8. ^ Mason, P. J.; Morris, V. A.; Balcezak, T. J. (2000-07). "Serotonin syndrome. Presentation of 2 cases and review of the literature". Medicine. 79 (4): 201–209. doi:10.1097/00005792-200007000-00001. ISSN 0025-7974. PMID 10941349. 
  9. ^ Sampson, E.; Warner, J. P. (1999-11). "Serotonin syndrome: potentially fatal but difficult to recognize". The British Journal of General Practice: The Journal of the Royal College of General Practitioners. 49 (448): 867–868. ISSN 0960-1643. PMC 1313553alt=Dapat diakses gratis. PMID 10818648. 
  10. ^ a b Mackay, F. J.; Dunn, N. R.; Mann, R. D. (1999-11). "Antidepressants and the serotonin syndrome in general practice". The British Journal of General Practice: The Journal of the Royal College of General Practitioners. 49 (448): 871–874. ISSN 0960-1643. PMC 1313555alt=Dapat diakses gratis. PMID 10818650. 
  11. ^ Graudins, A.; Stearman, A.; Chan, B. (1998-07). "Treatment of the serotonin syndrome with cyproheptadine". The Journal of Emergency Medicine. 16 (4): 615–619. doi:10.1016/s0736-4679(98)00057-2. ISSN 0736-4679. PMID 9696181. 
  12. ^ Isbister, Geoffrey K.; Bowe, Steven J.; Dawson, Andrew; Whyte, Ian M. (2004). "Relative toxicity of selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) in overdose". Journal of Toxicology. Clinical Toxicology. 42 (3): 277–285. doi:10.1081/clt-120037428. ISSN 0731-3810. PMID 15362595. 
  13. ^ Asch, D. A.; Parker, R. M. (1988-03-24). "The Libby Zion case. One step forward or two steps backward?". The New England Journal of Medicine. 318 (12): 771–775. doi:10.1056/NEJM198803243181209. ISSN 0028-4793. PMID 3347226. 
  14. ^ Brensilver, J. M.; Smith, L.; Lyttle, C. S. (1998-09). "Impact of the Libby Zion case on graduate medical education in internal medicine". The Mount Sinai Journal of Medicine, New York. 65 (4): 296–300. ISSN 0027-2507. PMID 9757752.