Pangan vs. bahan bakar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
konten
Baris 1: Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{Sedang ditulis}}[[Berkas:Ethanol butler co iowa.jpg|jmpl|400px|Sebuah pabrik bahan bakar ethanol sedang dibangun, [[Butler County, Iowa]]]]
[[Berkas:Types and generation of biofuels.png|jmpl|323x323px|Berbagai jenis bahan bakar hayati]]
'''Pangan versus bahan bakar''' adalah dilema yang terkait dengan produksi [[bahan bakar hayati]]. Dimana produksi bahan bakar hayati dapat mempengaruhi [[Ketahanan pangan|suplai pangan.]] Perdebatan ini merupakan perdebatan yang panjang tentang topik yang kontroversial. <ref>{{cite news|url=http://news.bbc.co.uk/1/hi/business/7026105.stm|publisher=BBC News|title=Will biofuel leave the poor hungry?|author=Maggie Ayre |date=2007-10-03|language=|accessdate=2008-04-28}}</ref><ref>{{cite web | url=http://www.farmfutures.com/ME2/dirmod.asp?sid=CD26BEDECA4A4946A1283CC7786AEB5A&nm=News&type=news&mod=News&mid=9A02E3B96F2A415ABC72CB5F516B4C10&tier=3&nid=BA3B97B230724D7C904E54CB50E9E9B5 | title=The Biofuel Smear Campaign | publisher=Farm Futures | author=Mike Wilson | date=2008-02-08 | accessdate=2008-04-28 | language= }}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{cite news|url=http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1725975,00.html|title=The Clean Energy Scam|publisher=Time Magazine|author=Michael Grundwald|date=2008-03-27|accessdate=2008-04-28|language=|archive-date=2013-08-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20130825090014/http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1725975,00.html|dead-url=yes}}</ref><ref name="babcock">[http://ictsd.org/downloads/2011/12/the-impact-of-us-biofuel-policies-on-agricultural-price-levels-and-volatility.pdf The Impact of US Biofuel Policies on Agricultural Price Levels and Volatility] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170810120032/https://www.ictsd.org/downloads/2011/12/the-impact-of-us-biofuel-policies-on-agricultural-price-levels-and-volatility.pdf |date=2017-08-10 }}, By Bruce A. Babcock, Center for Agricultural and Rural Development, Iowa State University, for [[ICTSD]], Issue Paper No. 35. June 2011.</ref> Topik tentang pentingnya permasalahan ini, penyebab, dan bagaimana menanganinya masih banyak diperdebatkan. Rumitnya dan tidak jelasnya permasalahan ini disebabkan oleh sejumlah besar dampak dan timbal balik yang dapat mempengaruhi sistem harga. Timbal balik yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif. Juga, timbal baliknya berbeda untuk jangka panjang dan jangka pendek. Dan juga permasalahan ini memiliki dampak yang tertunda. Penggunaan berbagai model ekonomi dalam analisis strategi bisnis dapat menimbulkan pendapat yang berbeda. <ref>{{cite web |url=http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/hlpe/hlpe_documents/HLPE_Reports/HLPE-Report-5_Biofuels_and_food_security.pdf |title=Biofuels and food security |author=HLPE |date=June 2013 |work= }}</ref>


Bahan bakar hayati, atau biofuel, banyak menjadi pilihan di berbagai negara, khususnya untuk mengurangi ketergantungan minyak dan juga untuk menurunkan tingkat emisi. Produksinya di proyeksikan akan meningkat sekitar 7,5% dari 156 juta KL (2007) menjadi sekitar 167,8 juta KL (2025). Diproyeksikan, sekitar 55% produksi [[Bahan bakar hayati|etanol]] global berasal dari jagung dan sekitar 26% berasal dari tebu. Sedangkan [[biodiesel]] yang berasal dari minyak sayur bekas sebesar 20% dan sisanya dari komoditas seperti kelapa sawit dan kedelai. Meningkatnya produksi dan pemintaan biofuel dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap harga bahan makanan. Bahan baku biofuel adalah komoditas pertanian seperti [[jagung]], [[kedelai]], [[kelapa sawit]], dan [[tebu]]. Tanpa adanya permintaan biofuel, harga komoditas tersebut sudah merangkak naik akibat didorong oleh permintaan untuk bahan makanan serta bahan baku [[barang konsumsi]] yang meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan tingkat populasi global.<ref>{{Cite web|last=Pertamina (Persero)|first=P. T.|title=Food Versus Fuel {{!}} Pertamina|url=https://www.pertamina.com/id/news-room/market-insight/www.pertamina.com|website=www.pertamina.com|language=en-US|access-date=2022-01-29}}</ref> [[Berkas:Ethanol butler co iowa.jpg|jmpl|268x268px|Sebuah pabrik [[bahan bakar etanol]] sedang dibangun, Butler County, [[Iowa]]]]
'''Pangan versus bahan bakar''' adalah dilema yang terkait dengan produksi [[bahan bakar hayati]]. Dimana produksi bahan bakar hayati dapat mempengaruhi [[Ketahanan pangan|suplai pangan.]] Perdebatan ini merupakan perdebatan yang panjang tentang topik yang kontroversial. <ref>{{cite news|url=http://news.bbc.co.uk/1/hi/business/7026105.stm|publisher=BBC News|title=Will biofuel leave the poor hungry?|author=Maggie Ayre |date=2007-10-03|language=|accessdate=2008-04-28}}</ref><ref>{{cite web | url=http://www.farmfutures.com/ME2/dirmod.asp?sid=CD26BEDECA4A4946A1283CC7786AEB5A&nm=News&type=news&mod=News&mid=9A02E3B96F2A415ABC72CB5F516B4C10&tier=3&nid=BA3B97B230724D7C904E54CB50E9E9B5 | title=The Biofuel Smear Campaign | publisher=Farm Futures | author=Mike Wilson | date=2008-02-08 | accessdate=2008-04-28 | language= }}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{cite news|url=http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1725975,00.html|title=The Clean Energy Scam|publisher=Time Magazine|author=Michael Grundwald|date=2008-03-27|accessdate=2008-04-28|language=|archive-date=2013-08-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20130825090014/http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1725975,00.html|dead-url=yes}}</ref><ref name="babcock">[http://ictsd.org/downloads/2011/12/the-impact-of-us-biofuel-policies-on-agricultural-price-levels-and-volatility.pdf The Impact of US Biofuel Policies on Agricultural Price Levels and Volatility] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170810120032/https://www.ictsd.org/downloads/2011/12/the-impact-of-us-biofuel-policies-on-agricultural-price-levels-and-volatility.pdf |date=2017-08-10 }}, By Bruce A. Babcock, Center for Agricultural and Rural Development, Iowa State University, for [[ICTSD]], Issue Paper No. 35. June 2011.</ref> Topik tentang pentingnya permasalahan ini, penyebab, dan bagaimana menanganinya masih banyak diperdebatkan. Rumitnya dan tidak jelasnya permasalahan ini disebabkan oleh sejumlah besar dampak dan timbal balik yang dapat mempengaruhi sistem harga. Timbal balik yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif. Juga, timbal baliknya berbeda untuk jangka panjang dan jangka pendek. Dan juga permasalahan ini memiliki dampak yang tertunda. Penggunaan berbagai model ekonomi dalam analisis strategi bisnis dapat menimbulkan pendapat yang berbeda. <ref>{{cite web |url=http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/hlpe/hlpe_documents/HLPE_Reports/HLPE-Report-5_Biofuels_and_food_security.pdf |title=Biofuels and food security |author=HLPE |date=June 2013 |work= }}</ref>


[[Kelapa sawit|Sawit]] merupakan bahan baku bahan bakar hayati yang populer di Indonesia, sementara di Amerika Serikat banyak menggunakan jagung sebagai bahan baku biofuelnya. Sekitar 40% produksi jagung di Amerika digunakan untuk produksi etanol. Cina dan Kanada adalah negara lainnya yang memproduksi biofuel dari jagung. Penelitian menunjukkan bahwa nilai sosial dan ekonomi untuk memproduksi jagung sebagai pangan di Amerika Serikat adalah $1.492 per hektare, sementara untuk produksi biofuel hanya $10 per hektare. Artinya, penggunaan jagung sebagai pangan jauh lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan dibandingkan biofuel.<ref>{{Cite web|last=Zuhra|first=Wan Ulfa Nur|title=Biofuel dari Jagung, Lebih Besar Biaya dari Manfaatnya|url=https://tirto.id/biofuel-dari-jagung-lebih-besar-biaya-dari-manfaatnya-csAP|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-01-29}}</ref>
== Kemungkinan penyebab ==

Peningkatan produksi bahan bakar hayati, dan peningkatan terkait produksi bahan baku energi, menimbulkan masalah keberlanjutan pada isu-isu seperti penggunaan lahan, kompetisi antara tanaman energi dengan [[tanaman pangan]], dan dampak terhadap ekosistem, termasuk sumberdaya air dan tanah. Tumbuhan yang sesuai sebagai bahan baku [[bioenergi]] adalah tanaman yang memiliki hasil panen yang tinggi, cepat tumbuh, memerlukan masukan energi yang relatif kecil untuk tumbuh dan di panen, dan mudah dikonversi menjadi bentuk yang berguna. Untuk mencapai keberlanjutan, tanaman energi harus tidak membutuhkan penggunaan lahan agrikultur utama secara ekstensif, dan harus memiliki produksi energi dari [[biomassa]] yang berharga rendah.<ref>{{Cite journal|last=de Siqueira Ferreira|first=Savio|last2=Nishiyama|first2=Milton Yutaka|last3=Paterson|first3=Andrew H.|last4=Souza|first4=Glaucia Mendes|date=2013-06-27|title=Biofuel and energy crops: high-yield Saccharinae take center stage in the post-genomics era|url=https://doi.org/10.1186/gb-2013-14-6-210|journal=Genome Biology|volume=14|issue=6|pages=210|doi=10.1186/gb-2013-14-6-210|issn=1474-760X|pmc=PMC3707038|pmid=23805917}}</ref>

== Bahan Bakar dari Tanaman Pangan ==

== Bahan Bakar dari Tanaman Energi ==
Salah satu tanaman yang berpotensi menjadi bahan baku biodiesel adalah [[jarak pagar]], dengan memanfaatkan kandungan minyak dari biji. Tanaman jarak pagar adalah tanaman yang mudah ditanam, tahan terdapat cuaca dan hama serta biaya pemeliharaan yang rendah, dan tidak perlu membuka hutan baru untuk lahan tanaman karena lahan marginal yang sangat banyak di Indonesia dapat digunakan. Dan yang penting bahwa jarak pagar bukan tanaman pangan sehingga tidak mengganggu stabilitas ketahanan pangan.<ref>{{Cite web|title=Direktorat Jenderal EBTKE - Kementerian ESDM|url=https://ebtke.esdm.go.id/post/2021/02/18/2797/inovasi.produksi.biodiesel.berbasis.tanaman.jarak.pagar|website=ebtke.esdm.go.id|language=en|access-date=2022-01-29}}</ref>

== Penggunaan Lahan ==

=== Kebijakan ===

== Sektor Ekonomi ==
Kenaikan harga

Subsidi dan Tarif


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 29 Januari 2022 14.23

Berbagai jenis bahan bakar hayati

Pangan versus bahan bakar adalah dilema yang terkait dengan produksi bahan bakar hayati. Dimana produksi bahan bakar hayati dapat mempengaruhi suplai pangan. Perdebatan ini merupakan perdebatan yang panjang tentang topik yang kontroversial. [1][2][3][4] Topik tentang pentingnya permasalahan ini, penyebab, dan bagaimana menanganinya masih banyak diperdebatkan. Rumitnya dan tidak jelasnya permasalahan ini disebabkan oleh sejumlah besar dampak dan timbal balik yang dapat mempengaruhi sistem harga. Timbal balik yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif. Juga, timbal baliknya berbeda untuk jangka panjang dan jangka pendek. Dan juga permasalahan ini memiliki dampak yang tertunda. Penggunaan berbagai model ekonomi dalam analisis strategi bisnis dapat menimbulkan pendapat yang berbeda. [5]

Bahan bakar hayati, atau biofuel, banyak menjadi pilihan di berbagai negara, khususnya untuk mengurangi ketergantungan minyak dan juga untuk menurunkan tingkat emisi. Produksinya di proyeksikan akan meningkat sekitar 7,5% dari 156 juta KL (2007) menjadi sekitar 167,8 juta KL (2025). Diproyeksikan, sekitar 55% produksi etanol global berasal dari jagung dan sekitar 26% berasal dari tebu. Sedangkan biodiesel yang berasal dari minyak sayur bekas sebesar 20% dan sisanya dari komoditas seperti kelapa sawit dan kedelai. Meningkatnya produksi dan pemintaan biofuel dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap harga bahan makanan. Bahan baku biofuel adalah komoditas pertanian seperti jagung, kedelai, kelapa sawit, dan tebu. Tanpa adanya permintaan biofuel, harga komoditas tersebut sudah merangkak naik akibat didorong oleh permintaan untuk bahan makanan serta bahan baku barang konsumsi yang meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan tingkat populasi global.[6]

Sebuah pabrik bahan bakar etanol sedang dibangun, Butler County, Iowa

Sawit merupakan bahan baku bahan bakar hayati yang populer di Indonesia, sementara di Amerika Serikat banyak menggunakan jagung sebagai bahan baku biofuelnya. Sekitar 40% produksi jagung di Amerika digunakan untuk produksi etanol. Cina dan Kanada adalah negara lainnya yang memproduksi biofuel dari jagung. Penelitian menunjukkan bahwa nilai sosial dan ekonomi untuk memproduksi jagung sebagai pangan di Amerika Serikat adalah $1.492 per hektare, sementara untuk produksi biofuel hanya $10 per hektare. Artinya, penggunaan jagung sebagai pangan jauh lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan dibandingkan biofuel.[7]

Peningkatan produksi bahan bakar hayati, dan peningkatan terkait produksi bahan baku energi, menimbulkan masalah keberlanjutan pada isu-isu seperti penggunaan lahan, kompetisi antara tanaman energi dengan tanaman pangan, dan dampak terhadap ekosistem, termasuk sumberdaya air dan tanah. Tumbuhan yang sesuai sebagai bahan baku bioenergi adalah tanaman yang memiliki hasil panen yang tinggi, cepat tumbuh, memerlukan masukan energi yang relatif kecil untuk tumbuh dan di panen, dan mudah dikonversi menjadi bentuk yang berguna. Untuk mencapai keberlanjutan, tanaman energi harus tidak membutuhkan penggunaan lahan agrikultur utama secara ekstensif, dan harus memiliki produksi energi dari biomassa yang berharga rendah.[8]

Bahan Bakar dari Tanaman Pangan

Bahan Bakar dari Tanaman Energi

Salah satu tanaman yang berpotensi menjadi bahan baku biodiesel adalah jarak pagar, dengan memanfaatkan kandungan minyak dari biji. Tanaman jarak pagar adalah tanaman yang mudah ditanam, tahan terdapat cuaca dan hama serta biaya pemeliharaan yang rendah, dan tidak perlu membuka hutan baru untuk lahan tanaman karena lahan marginal yang sangat banyak di Indonesia dapat digunakan. Dan yang penting bahwa jarak pagar bukan tanaman pangan sehingga tidak mengganggu stabilitas ketahanan pangan.[9]

Penggunaan Lahan

Kebijakan

Sektor Ekonomi

Kenaikan harga

Subsidi dan Tarif

Referensi

  1. ^ Maggie Ayre (2007-10-03). "Will biofuel leave the poor hungry?". BBC News. Diakses tanggal 2008-04-28. 
  2. ^ Mike Wilson (2008-02-08). "The Biofuel Smear Campaign". Farm Futures. Diakses tanggal 2008-04-28. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Michael Grundwald (2008-03-27). "The Clean Energy Scam". Time Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-25. Diakses tanggal 2008-04-28. 
  4. ^ The Impact of US Biofuel Policies on Agricultural Price Levels and Volatility Diarsipkan 2017-08-10 di Wayback Machine., By Bruce A. Babcock, Center for Agricultural and Rural Development, Iowa State University, for ICTSD, Issue Paper No. 35. June 2011.
  5. ^ HLPE (June 2013). "Biofuels and food security" (PDF). 
  6. ^ Pertamina (Persero), P. T. "Food Versus Fuel | Pertamina". www.pertamina.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-29. 
  7. ^ Zuhra, Wan Ulfa Nur. "Biofuel dari Jagung, Lebih Besar Biaya dari Manfaatnya". tirto.id. Diakses tanggal 2022-01-29. 
  8. ^ de Siqueira Ferreira, Savio; Nishiyama, Milton Yutaka; Paterson, Andrew H.; Souza, Glaucia Mendes (2013-06-27). "Biofuel and energy crops: high-yield Saccharinae take center stage in the post-genomics era". Genome Biology. 14 (6): 210. doi:10.1186/gb-2013-14-6-210. ISSN 1474-760X. PMC 3707038alt=Dapat diakses gratis. PMID 23805917. 
  9. ^ "Direktorat Jenderal EBTKE - Kementerian ESDM". ebtke.esdm.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-29. 

Pranala luar

Templat:Bioenergi