Pembingkaian: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Riski Yolanda (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Riski Yolanda (bicara | kontrib)
menerjemahkan paragraf
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Baris 1: Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{Sedang ditulis}}


Dalam ilmu sosial, ''framing'' atau pembingkaian terdiri atas serangkaian sudut pandang konsep dan teoretis tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi masyarakat melihat dan menyampaikan kenyataan.
Dalam [[ilmu sosial]], ''framing'' atau pembingkaian terdiri atas serangkaian sudut pandang konsep dan teoretis tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi masyarakat melihat dan menyampaikan [[kenyataan]].


''Framing'' dapat terwujud dalam komunikasi atau pikiran antarpribadi. ''Kerangka-kerangka dalam pikiran'' terdiri atas penggambaran, interpretasi, dan penyederhanaan kenyataan. ''Kerangka-kerangka dalam komunikasi'' terdiri atas penyampaian rancangan di antara para pelaku yang berbeda. ''Framing'' adalah komponen kunci sosiologi, kajian tentang interaksi sosial di antara para manusia. ''Framing'' adalah bagian utuh dari pemrosesan dan penyampaian data dalam keseharian.Teknik-teknik sukses ''framing'' dapat digunakan untuk mengurangi ambiguitas topik-topik yang tidak dapat dipahami dengan menghubungkan informasi sedemikian rupa sehingga para penerimanya dapat terhubung dengan apa yang sudah mereka ketahui.
''Framing'' dapat terwujud dalam [[komunikasi]] atau [[pikiran]] antarpribadi. ''Kerangka-kerangka dalam pikiran'' terdiri atas penggambaran, interpretasi, dan penyederhanaan kenyataan. ''Kerangka-kerangka dalam komunikasi'' terdiri atas penyampaian rancangan di antara para pelaku yang berbeda.<ref name="Druckman2001">{{cite journal|last1=Druckman|first1=J.N.|year=2001|title=The Implications of Framing Effects for Citizen Competence|journal=Political Behavior|volume=23|issue=3|pages=225–56|doi=10.1023/A:1015006907312|s2cid=10584001}}</ref> ''Framing'' adalah komponen kunci [[sosiologi]], kajian tentang interaksi sosial di antara para manusia. ''Framing'' adalah bagian utuh dari pemrosesan dan penyampaian data dalam keseharian. Teknik-teknik sukses ''framing'' dapat digunakan untuk mengurangi ambiguitas topik-topik yang tidak dapat dipahami dengan menghubungkan informasi sedemikian rupa sehingga para penerimanya dapat terhubung dengan apa yang sudah mereka ketahui.


Dalam teori sosial, ''framing'' adalah kerangka interpretasi, sekumpulan anekdot dan stereotipe yang diandalkan oleh para individu untuk memahami dan merespons sebuah peristiwa. Dengan kata lain, orang-orang membangun "filter-filter" serangkaian kejiwaan melalui pengaruh kebudayaan dan biologis. Kemudian, mereka menggunakan filter-filter ini untuk memahami dunia. Pilihan-pilihan yang kemudian mereka buat dipengaruhi oleh penciptaan ''frame'' mereka'''.'''
Dalam [[teori sosial]], ''framing'' adalah [[skema]] [[interpretasi]], sekumpulan [[anekdot]] dan [[stereotipe]], yang diandalkan oleh para individu untuk memahami dan merespons sebuah peristiwa.<ref name="Goffman1974">
Goffman, E. (1974). Frame analysis: An essay on the organization of experience. Cambridge, MA: Harvard University Press.
</ref> Dengan kata lain, orang-orang membangun "filter-filter" serangkaian kejiwaan melalui pengaruh kebudayaan dan biologis. Kemudian, mereka menggunakan filter-filter ini untuk memahami dunia. Pilihan-pilihan yang kemudian mereka buat dipengaruhi oleh penciptaan ''frame'' mereka'''.'''


''Framing'' melibatkan konstruksi sosial dari fenomena sosial—oleh sumber-sumber media massa, pergerakan-pergerakan sosial atau politik, para pemimpin politik, atau organisasi dan para pelaku lainnya. Keterlibatan dalam komunitas bahasa tentunya memengaruhi persepsi individu mengenai makna yang dikaitkan dengan kata atau frasa. Secara politik, bahasa-bahasa komunitas periklanan, agama, dan media massa sangat diperebutkan, sedangkan ''framing'' dalam komunitas bahasa yang kurang dipertahankan mungkin berkembang tanpa terasa dan secara alami melalui kerangka-kerangka waktu budaya, dengan lebih sedikit bentuk-bentuk perdebatan terbuka.
''Framing'' melibatkan [[social construction|konstruksi sosial]] dari [[social phenomenon|fenomena sosial]] – oleh sumber-sumber [[media massa]], pergerakan-pergerakan sosial atau politik, para pemimpin politik, atau organisasi dan para pelaku lainnya. Keterlibatan dalam komunitas bahasa tentunya memengaruhi ''[[persepsi]]'' individu mengenai makna yang dikaitkan dengan kata atau frasa. Secara politik, komunitas-komunitas bahasa [[periklanan]], [[agama]], dan media massa banyak diperebutkan, sedangkan ''framing'' dalam [[speech community|komunitas bahasa]] yang kurang dipertahankan mungkin berkembang{{citation needed|date=March 2020}}tanpa terasa dan secara alami melalui kerangka-kerangka waktu [[cultural|kultural]], dengan lebih sedikit bentuk-bentuk perdebatan terbuka.


Seseorang dapat memandang ''framing'' dalam komunikasi sebagai hal positif atau negatif tergantung pada hadirin dan jenis informasi yang disajikan. ''Framing'' dapat berada dalam bentuk ''emphasis frames'', di mana dua atau lebih alternatif ekuivalen secara logis digambarkan dalam cara-cara (lihat efek framing) atau ''emphasis frames'' berbeda yang menyederhanakan kenyataan dengan berfokus pada himpunan bagian aspek-aspek relevan dari suatu situasi atau permasalahan. Dalam kasus ''equivalence frames'', informasi yang dihadirkan berdasarkan fakta-fakta yang sama, tetapi kerangka yang tempat ia disajikan berubah sehingga menciptakan persepsi yang bergantung pada referensi.
Seseorang dapat memandang ''framing'' dalam komunikasi sebagai hal positif atau negatif tergantung pada hadirin dan jenis informasi yang disajikan. ''Framing'' dapat berada dalam bentuk ''emphasis frames'', di mana dua atau lebih alternatif ekuivalen secara logis digambarkan dalam cara-cara (lihat [[framing effect (psychology)|''framing effect'']]) atau ''emphasis frames'', yang menyederhanakan kenyataan dengan berfokus pada himpunan bagian aspek-aspek relevan dari suatu situasi atau permasalahan.<ref name="Druckman2001" /> Dalam kasus ''equivalence frames'', informasi yang dihadirkan berdasarkan fakta-fakta yang sama, tetapi kerangka yang tempat ia disajikan berubah sehingga menciptakan persepsi yang bergantung pada referensi.


Dampak ''framing'' dapat terlihat dalam jurnalisme: "frame" yang mengelilingi permasalahan dapat mengubah persepsi pembaca tanpa perlu mengubah fakta sebenarnya karena informasi yang sama digunakan sebagai dasarnya. Ini dilakukan melalui pilihan gambar-gambar dan kata-kata tertentu media untuk menutupi sebuah cerita. (yaitu penggunaan kata ''fetus'' vs. kata ''bayi'').<ref>{{cite book |last1=Bryant, J., Thompson, S., & Finklea, B. W. (2013) |title=Fundamentals of media effects. |date=May 3, 2012 |url=https://www.google.com/books/edition/Fundamentals_of_Media_Effects/XcUQAAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=%22affect%20the%20way%20we%20think%22 |publisher=Waveland Press, Inc.|isbn=9781478608196 }}</ref> Dalam konteks politik atau komunikasi media-massa, ''frame'' menjelaskan pengemasan elemen [[Retorika|retorik]] sedemikian rupa seperti untuk mendorong interpretasi tertentu dan untuk mengecilkan hati orang lain. Untuk tujuan politik, ''framing'' sering menyajikan fakta-fakta sedemikian rupa yang mengimplikasikan masalah yang memerlukan solusi. Para anggota partai politik berupaya untuk membingkai permasalahan sedemikian rupa sehingga membuat solusi untuk mendukung kecenderungan politik mereka sebagai tindakan yang paling tepat untuk situasi yang dihadapi.<ref name="van der Pas">{{cite journal|last=van der Pas|first=D.|title=Making Hay While the Sun Shines: Do Parties Only Respond to Media Attention When The Framing is Right?|journal=Journal of Press/Politics|year=2014|volume=19|issue=1|pages=42–65|doi=10.1177/1940161213508207}}<!--|access-date=6 March 2014--></ref>
'''Dampak dalam penelitian komunikasi'''


Sebagai contoh: Saat kita ingin menjelaskan suatu peristiwa, pemahaman kita sering berdasarkan pada interpretasi (''frame''). Jika seseorang membuka dan menutup mata dengan cepat, kita bereaksi secara berbeda tergantung pada apakah kita menginterpretasikannya sebagai "[[physical frame|''physical frame'']]" (mereka mengerjapkan mata) atau "[[social frame|''social frame'']]" (mereka berkedip). Mereka mengerjapkan mata mungkin karena butiran debu (menghasilkan ketidaksengajaan dan bukan reaksi berarti lainnya). Mereka berkedip mungkin dapat berarti tindakan sukarela dan penuh arti (misalnya untuk menyampaikan humor hingga persekongkolan).
Dalam komunikasi, ''framing'' menjelaskan bagaimana liputan media berita membentuk opini massa.

Observers will read events seen as purely physical or within a frame of "nature" differently from those seen as occurring with social frames. But we do not look at an event and then "apply" a frame to it. Rather, individuals constantly project into the world around them the interpretive frames that allow them to make sense of it; we only shift frames (or realize that we have habitually applied a frame) when incongruity calls for a frame-shift. In other words, we only become aware of the frames that we always already use when something forces us to replace one frame with another.<ref>
This example borrowed from Clifford Geertz: ''Local Knowledge: Further Essays in Interpretive Anthropology'' (1983), Basic Books 2000 paperback: {{ISBN|0-465-04162-0}}
</ref><ref>
Goffman offers the example of the woman bidding on a mirror at an auction who first examines the frame and surface for imperfections, and then "checks" herself in the mirror and adjusts her hat. See Goffman, Erving. ''Frame Analysis: An essay on the organization of experience''. Boston: Northeastern University Press, 1986. {{ISBN|0-930350-91-X}}, p. 39. In each case the mirror represents more than simply a physical object.
</ref>

Though some consider framing to be synonymous with [[Agenda-setting theory|agenda setting]], other scholars state that there is a distinction. According to an article written by Donald H. Weaver, framing selects certain aspects of an issue and makes them more prominent in order to elicit certain interpretations and evaluations of the issue, whereas agenda setting introduces the issue topic to increase its salience and accessibility.<ref>{{Cite journal|last=Weaver|first=David H.|year=2007|title=Thoughts on Agenda Setting, Framing, and Priming|journal=Journal of Communication|volume=57|page=142|doi=10.1111/j.1460-2466.2006.00333.x}}</ref>

==Dampak dalam penelitian komunikasi==

Dalam [[komunikasi]], ''framing'' menggambarkan bagaimana media berita membentuk [[opini publik]].

[[Richard Vatz|Richard E. Vatz's]] discourse on creation of rhetorical meaning relates directly to framing, although he references it little. To be specific, framing effects refer to behavioral or attitudinal strategies and/or outcomes that are due to how a given piece of information is being framed in [[public discourse]]. Today, many volumes of the major communication journals contain papers on media frames and framing effects.<ref>{{Cite book |doi = 10.1093/oxfordhb/9780199793471.013.47|chapter=The State of Framing Research: A Call for New Directions|year = 2014|last1 = Scheufele|first1 = Dietram A.|title = The Oxford Handbook of Political Communication|last2 = Iyengar|first2 = Shanto|publisher = Oxford University Press|chapter-url=https://www.researchgate.net/publication/224818492|editor-last1 = Kenski|editor-first1 = Kate|editor-last2 = Jamieson|editor-first2 = Kathleen Hall|edition=Online}}</ref> Approaches used in such papers can be broadly classified into two groups: studies of framing as the dependent variable and studies of framing as the independent variable.<ref>{{Cite book |chapter= News framing theory and research|title= Media Effects: Advances in Theory and Research|pages = 17–33|year = 2009|last1 = Scheufele|first1 = Dietram A.|last2 = Tewksbury|first2 = David H.|chapter-url=https://www.researchgate.net/publication/224818365|isbn=9780203877111| edition=3rd| publisher= Erlbaum| editor-last1=Bryant| editor-first1=Jennings| editor-last2=Oliver| editor-first2=Mary Beth}}</ref> The former usually deals with ''frame building'' (i.e. how frames create societal discourse about an issue and how different frames are adopted by journalists) and latter concerns ''frame setting'' (i.e. how media framing influences an audience).

===Frame building===

Frame-building research has typically recognized at least three main sets of influences that may impact the way journalists frame a certain issue:
* Systemic (e. g., characteristics of the media or political system in the specific setting of study).
* Organizational (e. g., features of the media organization such as political orientation, professional routines, relationships with government and elites, etc.).
* Temporal-contextual (e. g., time elapsed after the triggering event).<ref>{{cite journal |last1=Rodelo |first1=F. V. |date=2020 |title=Antecedents of strategic game and issue framing of local electoral campaigns in the Mexican context |journal=Comunicación y Sociedad |volume=14 |issue=1 |page=1 |doi=10.32870/cys.v2020.7643 |s2cid=226386940 |url=https://doi.org/10.32870/cys.v2020.7643}}</ref>

[[Erving Goffman]] emphasized the role of cultural context as a shaper of frames when he posited that the meaning of a frame has implicit cultural roots.<ref name="Goffman1974"/> This context dependency of media frames has been described as 'cultural resonance'<ref>{{Cite book |last1=Gamson|first1= W. A. |last2= Modigliani|first2= A. |chapter=The changing culture of affirmative action|pages= 137–77|title=Research in Political Sociology|volume =3 |editor-last=Braungart |editor-first=Richard G. |editor-last2=Braungart |editor-first2=Margaret M. |date=1987 |publisher=JAI Press |isbn=978-0-89232-752-2 |location=Greenwich, Conn.; London |language=en |oclc=495235993}}</ref> or 'narrative fidelity'.<ref name="SnowBenford1988">Snow, D. A., & Benford, R. D. (1988). Ideology, frame resonance, and participant mobilization. In B. Klandermans, H. Kriesi, & S. Tarrow (Eds.), International social movement research. Vol. 1, From structure on action: Comparing social movement research across cultures (pp. 197–217). Greenwich, CT: JAI Press.</ref> As an example, most people might not notice the frame in stories about the separation of church and state, because the media generally does not frame their stories from a religious point of view.<ref>{{cite book |last1=Bryant, J., Thompson, S., & Finklea, B. W. |title=Fundamentals of media effects |date=May 3, 2012 |url=https://www.google.com/books/edition/Fundamentals_of_Media_Effects/XcUQAAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=%22church%20and%20state%22 |publisher=Waveland Press, Inc.|isbn=9781478608196 }}</ref>

===Frame setting===
When people are exposed to a novel news frame, they will accept the constructs made applicable to an issue, but they are significantly more likely to do so when they have existing schema for those constructs. This is called the applicability effect. That is, when new frames invite people to apply their existing schema to an issue, the implication of that application depends, in part, on what is in that schema. Therefore, generally, the more the audiences know about issues, the more effective are frames.

There are a number of levels and types of framing effects that have been examined. For example, scholars have focused on attitudinal and behavioral changes, the degrees of perceived importance of the issue, voting decisions, and opinion formations. Others are interested in psychological processes other than applicability. For instance, Iyengar<ref>Iyengar, S. (1991). Is anyone responsible? How television frames political issues. Chicago: University of Chicago Press.</ref> suggested that news about social problems can influence attributions of causal and treatment responsibility, an effect observed in both cognitive responses and evaluations of political leaders, or other scholars looked at the framing effects on receivers' evaluative processing style and the complexity of audience members' thoughts about issues. Frame setting studies also address how frames can affect how someone thinks about an issue (cognitive) or feels about an issue (affective).<ref>{{cite book |last1=Bryant, J., Thompson, S., & Finklea, B. W. |title=Fundamentals of media effects. |date=May 3, 2012 |url=https://www.google.com/books/edition/Fundamentals_of_Media_Effects/XcUQAAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=%22thinks%20about%20an%20issue%22 |publisher=Waveland Press, Inc.|isbn=9781478608196 }}</ref>


__TANPASUNTINGANBAGIAN__
__TANPASUNTINGANBAGIAN__

Revisi per 5 Desember 2021 07.22

Dalam ilmu sosial, framing atau pembingkaian terdiri atas serangkaian sudut pandang konsep dan teoretis tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi masyarakat melihat dan menyampaikan kenyataan.

Framing dapat terwujud dalam komunikasi atau pikiran antarpribadi. Kerangka-kerangka dalam pikiran terdiri atas penggambaran, interpretasi, dan penyederhanaan kenyataan. Kerangka-kerangka dalam komunikasi terdiri atas penyampaian rancangan di antara para pelaku yang berbeda.[1] Framing adalah komponen kunci sosiologi, kajian tentang interaksi sosial di antara para manusia. Framing adalah bagian utuh dari pemrosesan dan penyampaian data dalam keseharian. Teknik-teknik sukses framing dapat digunakan untuk mengurangi ambiguitas topik-topik yang tidak dapat dipahami dengan menghubungkan informasi sedemikian rupa sehingga para penerimanya dapat terhubung dengan apa yang sudah mereka ketahui.

Dalam teori sosial, framing adalah skema interpretasi, sekumpulan anekdot dan stereotipe, yang diandalkan oleh para individu untuk memahami dan merespons sebuah peristiwa.[2] Dengan kata lain, orang-orang membangun "filter-filter" serangkaian kejiwaan melalui pengaruh kebudayaan dan biologis. Kemudian, mereka menggunakan filter-filter ini untuk memahami dunia. Pilihan-pilihan yang kemudian mereka buat dipengaruhi oleh penciptaan frame mereka.

Framing melibatkan konstruksi sosial dari fenomena sosial – oleh sumber-sumber media massa, pergerakan-pergerakan sosial atau politik, para pemimpin politik, atau organisasi dan para pelaku lainnya. Keterlibatan dalam komunitas bahasa tentunya memengaruhi persepsi individu mengenai makna yang dikaitkan dengan kata atau frasa. Secara politik, komunitas-komunitas bahasa periklanan, agama, dan media massa banyak diperebutkan, sedangkan framing dalam komunitas bahasa yang kurang dipertahankan mungkin berkembang[butuh rujukan]tanpa terasa dan secara alami melalui kerangka-kerangka waktu kultural, dengan lebih sedikit bentuk-bentuk perdebatan terbuka.

Seseorang dapat memandang framing dalam komunikasi sebagai hal positif atau negatif tergantung pada hadirin dan jenis informasi yang disajikan. Framing dapat berada dalam bentuk emphasis frames, di mana dua atau lebih alternatif ekuivalen secara logis digambarkan dalam cara-cara (lihat framing effect) atau emphasis frames, yang menyederhanakan kenyataan dengan berfokus pada himpunan bagian aspek-aspek relevan dari suatu situasi atau permasalahan.[1] Dalam kasus equivalence frames, informasi yang dihadirkan berdasarkan fakta-fakta yang sama, tetapi kerangka yang tempat ia disajikan berubah sehingga menciptakan persepsi yang bergantung pada referensi.

Dampak framing dapat terlihat dalam jurnalisme: "frame" yang mengelilingi permasalahan dapat mengubah persepsi pembaca tanpa perlu mengubah fakta sebenarnya karena informasi yang sama digunakan sebagai dasarnya. Ini dilakukan melalui pilihan gambar-gambar dan kata-kata tertentu media untuk menutupi sebuah cerita. (yaitu penggunaan kata fetus vs. kata bayi).[3] Dalam konteks politik atau komunikasi media-massa, frame menjelaskan pengemasan elemen retorik sedemikian rupa seperti untuk mendorong interpretasi tertentu dan untuk mengecilkan hati orang lain. Untuk tujuan politik, framing sering menyajikan fakta-fakta sedemikian rupa yang mengimplikasikan masalah yang memerlukan solusi. Para anggota partai politik berupaya untuk membingkai permasalahan sedemikian rupa sehingga membuat solusi untuk mendukung kecenderungan politik mereka sebagai tindakan yang paling tepat untuk situasi yang dihadapi.[4]

Sebagai contoh: Saat kita ingin menjelaskan suatu peristiwa, pemahaman kita sering berdasarkan pada interpretasi (frame). Jika seseorang membuka dan menutup mata dengan cepat, kita bereaksi secara berbeda tergantung pada apakah kita menginterpretasikannya sebagai "physical frame" (mereka mengerjapkan mata) atau "social frame" (mereka berkedip). Mereka mengerjapkan mata mungkin karena butiran debu (menghasilkan ketidaksengajaan dan bukan reaksi berarti lainnya). Mereka berkedip mungkin dapat berarti tindakan sukarela dan penuh arti (misalnya untuk menyampaikan humor hingga persekongkolan).

Observers will read events seen as purely physical or within a frame of "nature" differently from those seen as occurring with social frames. But we do not look at an event and then "apply" a frame to it. Rather, individuals constantly project into the world around them the interpretive frames that allow them to make sense of it; we only shift frames (or realize that we have habitually applied a frame) when incongruity calls for a frame-shift. In other words, we only become aware of the frames that we always already use when something forces us to replace one frame with another.[5][6]

Though some consider framing to be synonymous with agenda setting, other scholars state that there is a distinction. According to an article written by Donald H. Weaver, framing selects certain aspects of an issue and makes them more prominent in order to elicit certain interpretations and evaluations of the issue, whereas agenda setting introduces the issue topic to increase its salience and accessibility.[7]

Dampak dalam penelitian komunikasi

Dalam komunikasi, framing menggambarkan bagaimana media berita membentuk opini publik.

Richard E. Vatz's discourse on creation of rhetorical meaning relates directly to framing, although he references it little. To be specific, framing effects refer to behavioral or attitudinal strategies and/or outcomes that are due to how a given piece of information is being framed in public discourse. Today, many volumes of the major communication journals contain papers on media frames and framing effects.[8] Approaches used in such papers can be broadly classified into two groups: studies of framing as the dependent variable and studies of framing as the independent variable.[9] The former usually deals with frame building (i.e. how frames create societal discourse about an issue and how different frames are adopted by journalists) and latter concerns frame setting (i.e. how media framing influences an audience).

Frame building

Frame-building research has typically recognized at least three main sets of influences that may impact the way journalists frame a certain issue:

  • Systemic (e. g., characteristics of the media or political system in the specific setting of study).
  • Organizational (e. g., features of the media organization such as political orientation, professional routines, relationships with government and elites, etc.).
  • Temporal-contextual (e. g., time elapsed after the triggering event).[10]

Erving Goffman emphasized the role of cultural context as a shaper of frames when he posited that the meaning of a frame has implicit cultural roots.[2] This context dependency of media frames has been described as 'cultural resonance'[11] or 'narrative fidelity'.[12] As an example, most people might not notice the frame in stories about the separation of church and state, because the media generally does not frame their stories from a religious point of view.[13]

Frame setting

When people are exposed to a novel news frame, they will accept the constructs made applicable to an issue, but they are significantly more likely to do so when they have existing schema for those constructs. This is called the applicability effect. That is, when new frames invite people to apply their existing schema to an issue, the implication of that application depends, in part, on what is in that schema. Therefore, generally, the more the audiences know about issues, the more effective are frames.

There are a number of levels and types of framing effects that have been examined. For example, scholars have focused on attitudinal and behavioral changes, the degrees of perceived importance of the issue, voting decisions, and opinion formations. Others are interested in psychological processes other than applicability. For instance, Iyengar[14] suggested that news about social problems can influence attributions of causal and treatment responsibility, an effect observed in both cognitive responses and evaluations of political leaders, or other scholars looked at the framing effects on receivers' evaluative processing style and the complexity of audience members' thoughts about issues. Frame setting studies also address how frames can affect how someone thinks about an issue (cognitive) or feels about an issue (affective).[15]


  1. ^ a b Druckman, J.N. (2001). "The Implications of Framing Effects for Citizen Competence". Political Behavior. 23 (3): 225–56. doi:10.1023/A:1015006907312. 
  2. ^ a b Goffman, E. (1974). Frame analysis: An essay on the organization of experience. Cambridge, MA: Harvard University Press.
  3. ^ Bryant, J., Thompson, S., & Finklea, B. W. (2013) (May 3, 2012). Fundamentals of media effects. Waveland Press, Inc. ISBN 9781478608196. 
  4. ^ van der Pas, D. (2014). "Making Hay While the Sun Shines: Do Parties Only Respond to Media Attention When The Framing is Right?". Journal of Press/Politics. 19 (1): 42–65. doi:10.1177/1940161213508207. 
  5. ^ This example borrowed from Clifford Geertz: Local Knowledge: Further Essays in Interpretive Anthropology (1983), Basic Books 2000 paperback: ISBN 0-465-04162-0
  6. ^ Goffman offers the example of the woman bidding on a mirror at an auction who first examines the frame and surface for imperfections, and then "checks" herself in the mirror and adjusts her hat. See Goffman, Erving. Frame Analysis: An essay on the organization of experience. Boston: Northeastern University Press, 1986. ISBN 0-930350-91-X, p. 39. In each case the mirror represents more than simply a physical object.
  7. ^ Weaver, David H. (2007). "Thoughts on Agenda Setting, Framing, and Priming". Journal of Communication. 57: 142. doi:10.1111/j.1460-2466.2006.00333.x. 
  8. ^ Scheufele, Dietram A.; Iyengar, Shanto (2014). "The State of Framing Research: A Call for New Directions". Dalam Kenski, Kate; Jamieson, Kathleen Hall. The Oxford Handbook of Political Communication (edisi ke-Online). Oxford University Press. doi:10.1093/oxfordhb/9780199793471.013.47. 
  9. ^ Scheufele, Dietram A.; Tewksbury, David H. (2009). "News framing theory and research". Dalam Bryant, Jennings; Oliver, Mary Beth. Media Effects: Advances in Theory and Research (edisi ke-3rd). Erlbaum. hlm. 17–33. ISBN 9780203877111. 
  10. ^ Rodelo, F. V. (2020). "Antecedents of strategic game and issue framing of local electoral campaigns in the Mexican context". Comunicación y Sociedad. 14 (1): 1. doi:10.32870/cys.v2020.7643. 
  11. ^ Gamson, W. A.; Modigliani, A. (1987). "The changing culture of affirmative action". Dalam Braungart, Richard G.; Braungart, Margaret M. Research in Political Sociology (dalam bahasa Inggris). 3. Greenwich, Conn.; London: JAI Press. hlm. 137–77. ISBN 978-0-89232-752-2. OCLC 495235993. 
  12. ^ Snow, D. A., & Benford, R. D. (1988). Ideology, frame resonance, and participant mobilization. In B. Klandermans, H. Kriesi, & S. Tarrow (Eds.), International social movement research. Vol. 1, From structure on action: Comparing social movement research across cultures (pp. 197–217). Greenwich, CT: JAI Press.
  13. ^ Bryant, J., Thompson, S., & Finklea, B. W. (May 3, 2012). Fundamentals of media effects. Waveland Press, Inc. ISBN 9781478608196. 
  14. ^ Iyengar, S. (1991). Is anyone responsible? How television frames political issues. Chicago: University of Chicago Press.
  15. ^ Bryant, J., Thompson, S., & Finklea, B. W. (May 3, 2012). Fundamentals of media effects. Waveland Press, Inc. ISBN 9781478608196.