Psikoinformatika: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Keincaled (bicara | kontrib)
tambah kategori
Keincaled (bicara | kontrib)
penambahan referensi
Baris 1: Baris 1:
Psikoinformatika (''[[:en:Psychoinformatics|psychoinformatics]]'') merupakan sebuah bidang studi irisan antara [[psikologi]] dan [https://www.ed.ac.uk/files/atoms/files/what20is20informatics.pdf ilmu informatika]. Bidang studi ini menggambarkan, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia dengan mengoptimalkan komputasi dan pemahaman tentang kognisi, data, dan komunikasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti [[kecerdasan buatan]] dan [[Pemelajaran mesin|pembelajaran mesin]], serta eksperimentasi untuk menghasilkan, mengelola dan mengolah [[mahadata]], merupakan kegiatan yang melekat pada psikoinformatika.
Psikoinformatika (''[[:en:Psychoinformatics|psychoinformatics]]'') merupakan sebuah bidang studi irisan antara [[psikologi]] dan [https://www.ed.ac.uk/files/atoms/files/what20is20informatics.pdf ilmu informatika]. Bidang studi ini menggambarkan, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia dengan mengoptimalkan komputasi dan pemahaman tentang kognisi, data, dan komunikasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti [[kecerdasan buatan]] dan [[Pemelajaran mesin|pembelajaran mesin]], serta eksperimentasi untuk menghasilkan, mengelola dan mengolah [[mahadata]], merupakan kegiatan yang melekat pada psikoinformatika.


Psikoinformatika telah mengembangkan secara pesat metodologi penelitian psikologi. Kolaborasi antara psikologi dan sains data dalam psikoinformatika telah memperdalam pemahaman tentang kognisi, kepribadian, sikap, dan tingkah laku manusia dengan metode penambangan (''mining''), pemrosesan (''processing''), dan pemodelan (''modelling'') data yang lebih efisien dan efektif<ref>{{Cite web|last=Montag|first=Christian|last2=Duke|first2=Éilish|date=2016-06-14|title=Toward Psychoinformatics: Computer Science Meets Psychology|url=https://www.hindawi.com/journals/cmmm/2016/2983685/|website=Computational and Mathematical Methods in Medicine|language=en|access-date=2021-09-10|last3=Markowetz|first3=Alexander}}</ref> daripada metode konvensional psikologi selama ini, seperti kuesioner laporan diri. Data genetik, data neurosains, dan data sosial, dapat disintesis maupun dianalisis<ref>{{Cite journal|last=Yarkoni|first=Tal|date=2012-12-01|title=Psychoinformatics: New Horizons at the Interface of the Psychological and Computing Sciences|url=https://doi.org/10.1177/0963721412457362|journal=Current Directions in Psychological Science|language=en|volume=21|issue=6|pages=391–397|doi=10.1177/0963721412457362|issn=0963-7214}}</ref> dengan cepat dan secara produktif dapat memberikan tilikan-tilikan (''insights'') baru mengenai realitas manusia dan lingkungannya. Psikoinformatika bukan hanya meningkatkan pemahaman tentang manusia melainkan juga, berbasiskan pemahaman itu, menghadirkan [https://psychology.binus.ac.id/2021/04/12/berita-buku-terbit-psikoteknologi-kontekstual-2021/ alat-alat intervensi yang dapat digunakan dalam pemberdayaan masyarakat] secara semakin murah dan semakin tepat guna.
Psikoinformatika telah mengembangkan secara pesat metodologi penelitian psikologi. Kolaborasi psikologi dengan sains komputer dan sains data dalam psikoinformatika telah memperdalam pemahaman tentang kognisi, kepribadian, sikap, dan tingkah laku manusia dengan metode penambangan (''mining''), pemrosesan (''processing''), dan pemodelan (''modelling'') data yang lebih efisien dan efektif<ref>{{Cite web|last=Montag|first=Christian|last2=Duke|first2=Éilish|date=2016-06-14|title=Toward Psychoinformatics: Computer Science Meets Psychology|url=https://www.hindawi.com/journals/cmmm/2016/2983685/|website=Computational and Mathematical Methods in Medicine|language=en|access-date=2021-09-10|last3=Markowetz|first3=Alexander}}</ref> daripada metode konvensional psikologi selama ini, seperti kuesioner laporan diri. Data genetik, data neurosains, dan data sosial, dapat disintesis maupun dianalisis<ref>{{Cite journal|last=Yarkoni|first=Tal|date=2012-12-01|title=Psychoinformatics: New Horizons at the Interface of the Psychological and Computing Sciences|url=https://doi.org/10.1177/0963721412457362|journal=Current Directions in Psychological Science|language=en|volume=21|issue=6|pages=391–397|doi=10.1177/0963721412457362|issn=0963-7214}}</ref> dengan cepat dan secara produktif dapat memberikan tilikan-tilikan (''insights'') baru mengenai realitas manusia dan lingkungannya. Psikoinformatika bukan hanya meningkatkan pemahaman tentang manusia melainkan juga, berbasiskan pemahaman itu, menghadirkan alat-alat intervensi yang dapat digunakan dalam pemberdayaan masyarakat<ref>{{Cite journal|date=2014-04-01|title=Psycho-Informatics: Big Data shaping modern psychometrics|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0306987713005598|journal=Medical Hypotheses|language=en|volume=82|issue=4|pages=405–411|doi=10.1016/j.mehy.2013.11.030|issn=0306-9877}}</ref> secara semakin murah dan semakin tepat guna dari waktu ke waktu.


Terdapat sejumlah tantangan terhadap psikoinformatika. Tantangan teknis adalah bagaimana mengintegrasikan psikoinformatika dengan jejaring sosial yang mewabah<ref>{{Cite book|last=Beierle|first=Felix|date=2021|url=https://www.springer.com/gp/book/9783030688394|title=Integrating Psychoinformatics with Ubiquitous Social Networking: Advanced Mobile-Sensing Concepts and Applications|publisher=Springer International Publishing|isbn=978-3-030-68839-4|series=T-Labs Series in Telecommunication Services|language=en}}</ref>, serta bagaimana memperoleh dan menghasilkan [https://www.hindawi.com/journals/cmmm/2016/2983685/ data yang bersih dan berkualitas]. Tantangan substantif adalah bagaimana menggiatkan kolaborasi interdisiplin bahkan transdisiplin antara para ilmuwan psikologi dan ilmuwan komputer sehingga tidak terjebak pada ego sektoral masing-masing bidang ilmu. Tantangan etis dari psikoinformatika diantaranya adalah bagaimana mengelola privasi data.
Terdapat sejumlah tantangan terhadap psikoinformatika. Tantangan teknis adalah bagaimana mengintegrasikan psikoinformatika dengan jejaring sosial yang mewabah<ref>{{Cite book|last=Beierle|first=Felix|date=2021|url=https://www.springer.com/gp/book/9783030688394|title=Integrating Psychoinformatics with Ubiquitous Social Networking: Advanced Mobile-Sensing Concepts and Applications|publisher=Springer International Publishing|isbn=978-3-030-68839-4|series=T-Labs Series in Telecommunication Services|language=en}}</ref>, serta bagaimana memperoleh dan menghasilkan [https://www.hindawi.com/journals/cmmm/2016/2983685/ data yang bersih dan berkualitas]. Tantangan substantif adalah bagaimana menggiatkan kolaborasi interdisiplin bahkan transdisiplin antara para ilmuwan psikologi dan ilmuwan komputer sehingga tidak terjebak pada ego sektoral masing-masing bidang ilmu. Tantangan etis dari psikoinformatika diantaranya adalah bagaimana mengelola privasi data.

Revisi per 10 September 2021 23.37

Psikoinformatika (psychoinformatics) merupakan sebuah bidang studi irisan antara psikologi dan ilmu informatika. Bidang studi ini menggambarkan, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia dengan mengoptimalkan komputasi dan pemahaman tentang kognisi, data, dan komunikasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, serta eksperimentasi untuk menghasilkan, mengelola dan mengolah mahadata, merupakan kegiatan yang melekat pada psikoinformatika.

Psikoinformatika telah mengembangkan secara pesat metodologi penelitian psikologi. Kolaborasi psikologi dengan sains komputer dan sains data dalam psikoinformatika telah memperdalam pemahaman tentang kognisi, kepribadian, sikap, dan tingkah laku manusia dengan metode penambangan (mining), pemrosesan (processing), dan pemodelan (modelling) data yang lebih efisien dan efektif[1] daripada metode konvensional psikologi selama ini, seperti kuesioner laporan diri. Data genetik, data neurosains, dan data sosial, dapat disintesis maupun dianalisis[2] dengan cepat dan secara produktif dapat memberikan tilikan-tilikan (insights) baru mengenai realitas manusia dan lingkungannya. Psikoinformatika bukan hanya meningkatkan pemahaman tentang manusia melainkan juga, berbasiskan pemahaman itu, menghadirkan alat-alat intervensi yang dapat digunakan dalam pemberdayaan masyarakat[3] secara semakin murah dan semakin tepat guna dari waktu ke waktu.

Terdapat sejumlah tantangan terhadap psikoinformatika. Tantangan teknis adalah bagaimana mengintegrasikan psikoinformatika dengan jejaring sosial yang mewabah[4], serta bagaimana memperoleh dan menghasilkan data yang bersih dan berkualitas. Tantangan substantif adalah bagaimana menggiatkan kolaborasi interdisiplin bahkan transdisiplin antara para ilmuwan psikologi dan ilmuwan komputer sehingga tidak terjebak pada ego sektoral masing-masing bidang ilmu. Tantangan etis dari psikoinformatika diantaranya adalah bagaimana mengelola privasi data.

Referensi

  1. ^ Montag, Christian; Duke, Éilish; Markowetz, Alexander (2016-06-14). "Toward Psychoinformatics: Computer Science Meets Psychology". Computational and Mathematical Methods in Medicine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-09-10. 
  2. ^ Yarkoni, Tal (2012-12-01). "Psychoinformatics: New Horizons at the Interface of the Psychological and Computing Sciences". Current Directions in Psychological Science (dalam bahasa Inggris). 21 (6): 391–397. doi:10.1177/0963721412457362. ISSN 0963-7214. 
  3. ^ "Psycho-Informatics: Big Data shaping modern psychometrics". Medical Hypotheses (dalam bahasa Inggris). 82 (4): 405–411. 2014-04-01. doi:10.1016/j.mehy.2013.11.030. ISSN 0306-9877. 
  4. ^ Beierle, Felix (2021). Integrating Psychoinformatics with Ubiquitous Social Networking: Advanced Mobile-Sensing Concepts and Applications. T-Labs Series in Telecommunication Services (dalam bahasa Inggris). Springer International Publishing. ISBN 978-3-030-68839-4.