Perubahan iklim dan gender: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 15: Baris 15:
Perubahan iklim memengaruhi kondisi kesehatan semua gender dan dapat memperlebar kesenjangan gender dalam bidang kesehatan yang telah lama ada.<ref name=":3" /> Perubahan iklim meningkatkan risiko kejadian yang dapat mendorong munculnya gangguan kesehatan, antara lain berupa peningkatan paparan panas, kualitas udara yang buruk, peristiwa cuaca ekstrem, perubahan transmisi [[penyakit tular vektor]], penurunan kualitas air, dan penurunan ketahanan pangan.<ref name=":3" /> Semua masalah tersebut mempengaruhi laki-laki dan perempuan secara berbeda bergantung pada wilayah geografis dan faktor sosial ekonomi.<ref name=":3" /> Asia tenggara diperkirakan menjadi salah satu wilayah paling terdampak perubahan iklim.<ref>{{Cite web|last=Choudhury|first=Saheli Roy|date=2020-08-17|title=Southeast Asia faces more severe effects of climate change than the rest of the world, McKinsey says|url=https://www.cnbc.com/2020/08/17/southeast-asia-faces-more-severe-impacts-of-climate-change-mckinsey-says.html|website=CNBC|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref> Peningkatan suhu secara ekstem diprediksi membuat bekerja di luar ruangan tidak lagi aman di negara-negara Asia Tenggara pada 2050.<ref>{{Cite web|last=Tempomedia|title=2050, Paparan Panas Ekstrem Naik Empat Kali - koran.tempo.co|url=https://koran.tempo.co/amp/ilmu-dan-teknologi/373410/2050-paparan-panas-ekstrem-naik-empat-kali|website=koran.tempo.co|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref> Perempuan adalah kelompok yang rentan terhadap panas dan panas yang ekstrem dapat memengaruhi kondisi ibu hamil dan janinnya.<ref name=":3" />
Perubahan iklim memengaruhi kondisi kesehatan semua gender dan dapat memperlebar kesenjangan gender dalam bidang kesehatan yang telah lama ada.<ref name=":3" /> Perubahan iklim meningkatkan risiko kejadian yang dapat mendorong munculnya gangguan kesehatan, antara lain berupa peningkatan paparan panas, kualitas udara yang buruk, peristiwa cuaca ekstrem, perubahan transmisi [[penyakit tular vektor]], penurunan kualitas air, dan penurunan ketahanan pangan.<ref name=":3" /> Semua masalah tersebut mempengaruhi laki-laki dan perempuan secara berbeda bergantung pada wilayah geografis dan faktor sosial ekonomi.<ref name=":3" /> Asia tenggara diperkirakan menjadi salah satu wilayah paling terdampak perubahan iklim.<ref>{{Cite web|last=Choudhury|first=Saheli Roy|date=2020-08-17|title=Southeast Asia faces more severe effects of climate change than the rest of the world, McKinsey says|url=https://www.cnbc.com/2020/08/17/southeast-asia-faces-more-severe-impacts-of-climate-change-mckinsey-says.html|website=CNBC|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref> Peningkatan suhu secara ekstem diprediksi membuat bekerja di luar ruangan tidak lagi aman di negara-negara Asia Tenggara pada 2050.<ref>{{Cite web|last=Tempomedia|title=2050, Paparan Panas Ekstrem Naik Empat Kali - koran.tempo.co|url=https://koran.tempo.co/amp/ilmu-dan-teknologi/373410/2050-paparan-panas-ekstrem-naik-empat-kali|website=koran.tempo.co|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref> Perempuan adalah kelompok yang rentan terhadap panas dan panas yang ekstrem dapat memengaruhi kondisi ibu hamil dan janinnya.<ref name=":3" />


Perempuan sebagai gender dengan kebutuhan spesifik, misalnya kebutuhan akan nutrisi yang cukup saat hamil, bisa terdampak kesehatannya akibat kurangnya ketersediaan pangan.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Sorensen|first=Cecilia|last2=Murray|first2=Virginia|last3=Lemery|first3=Jay|last4=Balbus|first4=John|date=2018-07-10|title=Climate change and women's health: Impacts and policy directions|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6038986/|journal=PLoS Medicine|volume=15|issue=7|doi=10.1371/journal.pmed.1002603|issn=1549-1277|pmc=6038986|pmid=29990343}}</ref> Dampak lingkungan dari perubahan iklim, antara lain tingkat hujan ekstrem, banjir, dan kekeringan yang akhirnya mengakibatkan gagal panen berkontribusi pada kenaikan jumlah angka bunuh diri di kalangan petani di [[India]].<ref>{{Cite web|date=2020-09-11|title=Extreme rains lead to more rural farmer suicides than droughts: Study|url=https://www.hindustantimes.com/india-news/extreme-rains-lead-to-more-rural-farmer-suicides-than-droughts-study/story-Pk9BZ6A5QZGtuny9q5qJMO.html|website=Hindustan Times|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref> Angka petani pria India yang bunuh diri lebih tinggi daripada petani perempuan.<ref>{{Cite web|last=Saini|first=Yashobanta Parida/Swati|title=Weather woes add to farmer-suicide cases|url=https://www.thehindubusinessline.com/opinion/weather-woes-add-to-farmer-suicide-cases/article30802206.ece|website=@businessline|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref>
Perempuan sebagai gender dengan kebutuhan spesifik, misalnya kebutuhan akan nutrisi yang cukup saat hamil, bisa terdampak kesehatannya akibat kurangnya ketersediaan pangan.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Sorensen|first=Cecilia|last2=Murray|first2=Virginia|last3=Lemery|first3=Jay|last4=Balbus|first4=John|date=2018-07-10|title=Climate change and women's health: Impacts and policy directions|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6038986/|journal=PLoS Medicine|volume=15|issue=7|doi=10.1371/journal.pmed.1002603|issn=1549-1277|pmc=6038986|pmid=29990343}}</ref> Dampak lingkungan dari perubahan iklim, antara lain tingkat hujan ekstrem, banjir, dan kekeringan yang akhirnya mengakibatkan gagal panen berkontribusi pada kenaikan jumlah angka bunuh diri di kalangan petani di [[India]].<ref>{{Cite web|date=2020-09-11|title=Extreme rains lead to more rural farmer suicides than droughts: Study|url=https://www.hindustantimes.com/india-news/extreme-rains-lead-to-more-rural-farmer-suicides-than-droughts-study/story-Pk9BZ6A5QZGtuny9q5qJMO.html|website=Hindustan Times|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref> Angka petani pria India yang bunuh diri lebih tinggi daripada petani perempuan.<ref>{{Cite web|last=Saini|first=Yashobanta Parida/Swati|title=Weather woes add to farmer-suicide cases|url=https://www.thehindubusinessline.com/opinion/weather-woes-add-to-farmer-suicide-cases/article30802206.ece|website=@businessline|language=en|access-date=2021-06-02}}</ref> Bencana alam juga memicu [[Kegelisahan|kecemasan]] dan [[Depresi (psikologi)|depresi]] pada perempuan pasca kejadian.<ref>{{Cite journal|last=Norris|first=Fran H.|last2=Friedman|first2=Matthew J.|last3=Watson|first3=Patricia J.|last4=Byrne|first4=Christopher M.|last5=Diaz|first5=Eolia|last6=Kaniasty|first6=Krzysztof|date=2002|title=60,000 disaster victims speak: Part I. An empirical review of the empirical literature, 1981-2001|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12405079/|journal=Psychiatry|volume=65|issue=3|pages=207–239|doi=10.1521/psyc.65.3.207.20173|issn=0033-2747|pmid=12405079}}</ref> Selain itu, perempuan yang melahirkan saat bencana juga berisiko mengalami komplikasi [[kehamilan]], seperti [[pre-eklampsia]], pendarahan, dan kelahiran bayi dengan bobot kurang.<ref>{{Cite journal|last=Tong|first=Van T.|last2=Zotti|first2=Marianne E.|last3=Hsia|first3=Jason|date=2011-04|title=Impact of the Red River Catastrophic Flood on Women Giving Birth in North Dakota, 1994–2000|url=http://link.springer.com/10.1007/s10995-010-0576-9|journal=Maternal and Child Health Journal|language=en|volume=15|issue=3|pages=281–288|doi=10.1007/s10995-010-0576-9|issn=1092-7875}}</ref>

=== Bidang pertanian ===
Perempuan pedesaan merupakan kelompok paling terdampak dari perubahan iklim dalam bidang pertanian. Di negara berpendapatan rendah, perempuan biasanya bertanggung jawab untuk mengumpulkan air permukaan untuk keperluan rumah tangga. Iklim yang berubah dan kekeringan mengharuskan mereka berjalan jauh untuk mengambil air dan ini menambah beban mereka yang telah berat.<ref>{{Cite web|title=C6 - 1 Gender-differentiated impacts of climate change {{!}} Climate Smart Agriculture Sourcebook {{!}} Food and Agriculture Organization of the United Nations|url=http://www.fao.org/climate-smart-agriculture-sourcebook/enabling-frameworks/module-c6-gender/chapter-c6-1/en/|website=www.fao.org|access-date=2021-06-02}}</ref>


== Daftar rujukan ==
== Daftar rujukan ==

Revisi per 2 Juni 2021 13.36

Perubahan iklim dan gender merupakan cara untuk menganalisis dampak gender akibat perubahan iklim. Perubahan iklim beserta kebijakan dan strategi adaptasinya menimbulkan dampak yang berbeda-beda pada masyarakat berdasarkan ekonomi, sosial, budaya, dan konteks sosial, termasuk pada konstruksi sosial mengenai peran dan relasi gender laki-laki dan perempuan.[1] Perempuan umumnya lebih rentan terhadap risiko dampak perubahan iklim dan memikul beban yang lebih berat dibandingkan laki-laki[2][3]. Hal ini disebabkan karena proporsi perempuan yang lebih tinggi sebagai penduduk miskin dunia dan ketergantungan mereka terhadap sumber daya alam untuk mata pencaharian dan kelangsungan hidup keluarganya.[4] Para perempuan tersebut umumnya hidup di negara berkembang dan miskin yang memiliki kemampuan merespon perubahan iklim yang rendah.[2]

Dampak jangka pendek perubahan iklim adalah bencana alam, antara lain berupa peningkatan permukaan air laut, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan badai. Sedangkan efek jangka panjangnya berupa kerusakan lingkungan secara bertahap.[4] Keduanya sama-sama memengaruhi kehidupan laki-laki dan perempuan. Namun bagi perempuan, kondisi ini diperparah dengan relasi kekuasaan, politik, dan sosial yang tidak setara yang seringkali memposisikan mereka sebagai objek kebijakan dan implementasinya.[1] Perempuan tidak mendapatkan akses yang setara terhadap sumber daya alam dan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.[4] Sehingga, perubahan iklim berpotensi memperparah kesenjangan gender yang telah ada selama ini.[5]

Pemahaman komprehensif mengenai kesenjangan gender dan pemecahannya menjadi salah satu prasyarat dalam merespon perubahan iklim.[6] Selain itu, kesadaran mengenai peran dan kontribusi perempuan dalam mitigasi perubahan iklim juga diperlukan dalam menyusun kebijakan adaptasinya. Sejumlah organisasi dan negara telah memiliki kebijakan dan rencana aksi perubahan iklim yang mengarusutamakan gender. Di Indonesia, misalnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak telah merilis pedoman umum adaptasi perubahan iklim yang responsif gender pada 2015.[7]

Perubahan iklim mungkin tidak hanya mempengaruhi perempuan dan laki-laki, tapi juga sistem biner yang lain. Gabungan dari segala macam diskriminasi bisa jadi memperburuk kondisi masyarakat gender non-biner di tengah-tengah isu mengenai perubahan iklim. Sampai saat ini belum banyak studi yang mengkaji pengaruh perubahan iklim terhadap komunitas non-biner.[8] Isu gender dalam perubahan iklim juga berkelindan dengan faktor-faktor sosial lain yang juga turut memengaruhi tingkat keparahan dampak, seperti usia, kelas sosial, status perkawinan, dan kelompok etnik.[9]

Dampak gender perubahan iklim

Perubahan iklim memengaruhi hampir semua aspek kehidupan laki-laki dan perempuan. Pada bidang kesehatan, misalnya, laki-laki di negara maju dilaporkan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan jiwa yang bisa mengarah pada bunuh diri dan isolasi sosial dibandingkan dengan perempuan.[10] Berdasarkan penelitian The Lancet pada 2019, perempuan mengalami kerentanan tertinggi dalam perubahan iklim di antara gender yang lain.[11]

Bidang kesehatan

Perubahan iklim memengaruhi kondisi kesehatan semua gender dan dapat memperlebar kesenjangan gender dalam bidang kesehatan yang telah lama ada.[12] Perubahan iklim meningkatkan risiko kejadian yang dapat mendorong munculnya gangguan kesehatan, antara lain berupa peningkatan paparan panas, kualitas udara yang buruk, peristiwa cuaca ekstrem, perubahan transmisi penyakit tular vektor, penurunan kualitas air, dan penurunan ketahanan pangan.[12] Semua masalah tersebut mempengaruhi laki-laki dan perempuan secara berbeda bergantung pada wilayah geografis dan faktor sosial ekonomi.[12] Asia tenggara diperkirakan menjadi salah satu wilayah paling terdampak perubahan iklim.[13] Peningkatan suhu secara ekstem diprediksi membuat bekerja di luar ruangan tidak lagi aman di negara-negara Asia Tenggara pada 2050.[14] Perempuan adalah kelompok yang rentan terhadap panas dan panas yang ekstrem dapat memengaruhi kondisi ibu hamil dan janinnya.[12]

Perempuan sebagai gender dengan kebutuhan spesifik, misalnya kebutuhan akan nutrisi yang cukup saat hamil, bisa terdampak kesehatannya akibat kurangnya ketersediaan pangan.[12] Dampak lingkungan dari perubahan iklim, antara lain tingkat hujan ekstrem, banjir, dan kekeringan yang akhirnya mengakibatkan gagal panen berkontribusi pada kenaikan jumlah angka bunuh diri di kalangan petani di India.[15] Angka petani pria India yang bunuh diri lebih tinggi daripada petani perempuan.[16] Bencana alam juga memicu kecemasan dan depresi pada perempuan pasca kejadian.[17] Selain itu, perempuan yang melahirkan saat bencana juga berisiko mengalami komplikasi kehamilan, seperti pre-eklampsia, pendarahan, dan kelahiran bayi dengan bobot kurang.[18]

Bidang pertanian

Perempuan pedesaan merupakan kelompok paling terdampak dari perubahan iklim dalam bidang pertanian. Di negara berpendapatan rendah, perempuan biasanya bertanggung jawab untuk mengumpulkan air permukaan untuk keperluan rumah tangga. Iklim yang berubah dan kekeringan mengharuskan mereka berjalan jauh untuk mengambil air dan ini menambah beban mereka yang telah berat.[19]

Daftar rujukan

  1. ^ a b Djoudi, Houria; Locatelli, Bruno; Vaast, Chloe; Asher, Kiran; Brockhaus, Maria; Basnett Sijapati, Bimbika (2016-12-01). "Beyond dichotomies: Gender and intersecting inequalities in climate change studies". Ambio (dalam bahasa Inggris). 45 (3): 248–262. doi:10.1007/s13280-016-0825-2. ISSN 1654-7209. PMC 5120018alt=Dapat diakses gratis. PMID 27878531. 
  2. ^ a b "Introduction to Gender and Climate Change". unfccc.int. Diakses tanggal 2021-06-01. 
  3. ^ Tandon, Ayesha (2020-12-15). "Tackling gender inequality is 'crucial' for climate adaptation". Carbon Brief (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-01. 
  4. ^ a b c "WomenWatch: Women, Gender Equality and Climate Change". www.un.org. Diakses tanggal 2021-06-01. 
  5. ^ UNDP (2012). "Overview of linkages between gender and climate change". Gender and Climate Change. Diakses tanggal 2021-06-01. 
  6. ^ Buckingham, Susan; Masson, Virginie Le (2017-05-08). Understanding Climate Change through Gender Relations (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 978-1-317-34061-4. 
  7. ^ Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2015). "Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim yang Responsif Gender" (PDF). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Diakses tanggal 2021-06-02. 
  8. ^ The Lancet (Februari 2020). "Climate change and gender-based health disparities" (PDF). The Lancet. Diakses tanggal 2021-06-02. 
  9. ^ "Gender is one of many social factors influencing responses to climate change | Adaptation at Scale in Semi-Arid Regions". www.assar.uct.ac.za (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-02. 
  10. ^ WHO (2014). (acce "Gender, climate change and health" Periksa nilai |url= (bantuan). WHO. Diakses tanggal 2021-06-02. 
  11. ^ Watts, Nick; Amann, Markus; Arnell, Nigel; Ayeb-Karlsson, Sonja; Belesova, Kristine; Boykoff, Maxwell; Byass, Peter; Cai, Wenjia; Campbell-Lendrum, Diarmid (2019-11-16). "The 2019 report of The Lancet Countdown on health and climate change: ensuring that the health of a child born today is not defined by a changing climate". The Lancet (dalam bahasa English). 394 (10211): 1836–1878. doi:10.1016/S0140-6736(19)32596-6. ISSN 0140-6736. PMID 31733928. 
  12. ^ a b c d e Sorensen, Cecilia; Murray, Virginia; Lemery, Jay; Balbus, John (2018-07-10). "Climate change and women's health: Impacts and policy directions". PLoS Medicine. 15 (7). doi:10.1371/journal.pmed.1002603. ISSN 1549-1277. PMC 6038986alt=Dapat diakses gratis. PMID 29990343. 
  13. ^ Choudhury, Saheli Roy (2020-08-17). "Southeast Asia faces more severe effects of climate change than the rest of the world, McKinsey says". CNBC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-02. 
  14. ^ Tempomedia. "2050, Paparan Panas Ekstrem Naik Empat Kali - koran.tempo.co". koran.tempo.co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-02. 
  15. ^ "Extreme rains lead to more rural farmer suicides than droughts: Study". Hindustan Times (dalam bahasa Inggris). 2020-09-11. Diakses tanggal 2021-06-02. 
  16. ^ Saini, Yashobanta Parida/Swati. "Weather woes add to farmer-suicide cases". @businessline (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-02. 
  17. ^ Norris, Fran H.; Friedman, Matthew J.; Watson, Patricia J.; Byrne, Christopher M.; Diaz, Eolia; Kaniasty, Krzysztof (2002). "60,000 disaster victims speak: Part I. An empirical review of the empirical literature, 1981-2001". Psychiatry. 65 (3): 207–239. doi:10.1521/psyc.65.3.207.20173. ISSN 0033-2747. PMID 12405079. 
  18. ^ Tong, Van T.; Zotti, Marianne E.; Hsia, Jason (2011-04). "Impact of the Red River Catastrophic Flood on Women Giving Birth in North Dakota, 1994–2000". Maternal and Child Health Journal (dalam bahasa Inggris). 15 (3): 281–288. doi:10.1007/s10995-010-0576-9. ISSN 1092-7875. 
  19. ^ "C6 - 1 Gender-differentiated impacts of climate change | Climate Smart Agriculture Sourcebook | Food and Agriculture Organization of the United Nations". www.fao.org. Diakses tanggal 2021-06-02.