Penularan Covid-19: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 27: Baris 27:
==== Ibu ke anak ====
==== Ibu ke anak ====
Hingga bulan Juli 2020, belum ada kasus penularan COVID-19 dari ibu ke anak selama kehamilan.<ref name="UP00B">{{cite web | date=24 April 2020|title=Q & A on COVID-19: Medical information|url=https://www.ecdc.europa.eu/en/all-topics-z/coronavirus/threats-and-outbreaks/covid-19/facts/q-covid-19/q-covid-19-medical|access-date=20 Maret 2021|website=European Centre for Disease Prevention and Control|language=en}}</ref> Penelitian para ahli tidak menemukan adanya [[virus]] yang dapat hidup dalam [[Air Susu Ibu]] atau ASI. WHO merekomendasikan supaya ibu pasca melahirkan namun dicurigai atau telah dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, supaya tetap atau mulai atau terus menyusui.<ref name="WHOBreastfeed">{{cite web |url=https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1283442/retrieve |format=PDF |website=[[World Health Organization|www.who.int]] |title=Breastfeeding and COVID-19 |publisher=World Health Organization |access-date=20 Maret 2021|date=23 Juni 2020|archive-url=https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/breastfeeding-and-covid-19 |archive-date=20 Maret 2021|url-status=live}}</ref>
Hingga bulan Juli 2020, belum ada kasus penularan COVID-19 dari ibu ke anak selama kehamilan.<ref name="UP00B">{{cite web | date=24 April 2020|title=Q & A on COVID-19: Medical information|url=https://www.ecdc.europa.eu/en/all-topics-z/coronavirus/threats-and-outbreaks/covid-19/facts/q-covid-19/q-covid-19-medical|access-date=20 Maret 2021|website=European Centre for Disease Prevention and Control|language=en}}</ref> Penelitian para ahli tidak menemukan adanya [[virus]] yang dapat hidup dalam [[Air Susu Ibu]] atau ASI. WHO merekomendasikan supaya ibu pasca melahirkan namun dicurigai atau telah dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, supaya tetap atau mulai atau terus menyusui.<ref name="WHOBreastfeed">{{cite web |url=https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1283442/retrieve |format=PDF |website=[[World Health Organization|www.who.int]] |title=Breastfeeding and COVID-19 |publisher=World Health Organization |access-date=20 Maret 2021|date=23 Juni 2020|archive-url=https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/breastfeeding-and-covid-19 |archive-date=20 Maret 2021|url-status=live}}</ref>

== Jumlah penularan ==
Virus ini dapat menular dengan sangat mudah dan berkelanjutan, tetapi jumlah orang yang akan terinfeksi melalui satu orang yang sudah terinfeksi sangat bervariasi jumlahnya. Banyak masyarakat yang tidak menularkan virus, namun beberapa orang justru menularkan virus ke banyak orang.<ref name="EdwN9">{{cite journal | vauthors = Endo A, Abbott S, Kucharski AJ, Funk S | title = Estimating the overdispersion in COVID-19 transmission using outbreak sizes outside China | journal = Wellcome Open Research | volume = 5 | pages = 67 | date = 2020 | pmid = 32685698 | pmc = 7338915 | doi = 10.12688/wellcomeopenres.15842.3|accessdate=20 Maret 2021}}</ref> Pada bulan September 2020 diperkirakan satu orang yang terinfeksi rata-rata akan menularkan virus antara dua hingga tiga orang yang ada di sekitarnya atau ''close contact''.<ref name="ECDCQA" /> Virus ini lebih menular daripada [[influenza]], tetapi tidak seperti penularan [[ campak]].<ref name="cdc_spread" />

Diperkirakan jumlah orang yang terinfeksi melalui satu orang dengan positif COVID-19, [[Angka reproduksi dasar| '' R <sub> 0 </sub> '']], sangat bervariasi. Pada awal penelitian, WHO memperkirakan untuk '' R <sub> 0 </sub> '' adalah 1,4–2,5 (rata-rata 1,95); namun penelitian selanjutnya bulan April 2020 menemukan rata-rata penularan '' R <sub> 0 </sub> '' menjadi 5,7.<ref name="high contagiousness">{{cite journal | vauthors = Sanche S, Lin YT, Xu C, Romero-Severson E, Hengartner N, Ke R | title = High Contagiousness and Rapid Spread of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 | journal = Emerging Infectious Diseases | volume = 26 | issue = 7 | pages = 1470–1477 | date = Juli 2020 | pmid = 32255761 | pmc = 7323562 | doi = 10.3201/eid2607.200282 | s2cid = 215410037 | doi-access = free}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 20 Maret 2021 16.12

Penularan COVID-19 (Inggris: Transmission of COVID-19) dapat terjadi dari orang ke orang secara khusus melalui saluran pernapasan, setelah seseorang yang positif terjangkit COVID-19 mengalami batuk, bersin, bernyanyi, berbicara ataupun juga bernapas.[1] Infeksi ini baru akan terjadi ketika partikel yang mengandung virus tersebut keluar atau dihembuskan oleh orang yang positif terinfeksi, baik berupa droplet pernapasan (cairan) atau aerosol, masuk ke dalam mulut, hidung, atau mata orang lain yang melakukan kontak dekat (close contact) dengan orang yang terinfeksi.[2] Selama terjadinya penularan dari orang ke orang, ada sekitar 1.000 virus SARS-CoV-2 yang ditularkan kepada orang yang belum terinfeksi atau yang akan ditularkan .[3][4]

Melakukan Jarak sosial (Social distancing atau physical distancing) dan juga pemakaian masker, termasuk masker kain, masker bedah, respirator dan penutup wajah lain yang dianjurkan, merupakan cara yang dianjurkan oleh World Health Organisation (WHO) untuk terhindar dari penularan COVID-19, secara khusus ketika berkomunasi atau close contact dengan orang lain di luar ruangan. Untuk di dalam ruangan, transmisi penularan COVID-19 dapat dikurangi dengan memperhatikan sistem pemanas dan ventilasi ruangan untuk menjaga stablitas sirkulasi udara yang baik.[5]

Jalur penyebaran

Droplet

A man coughing, with droplets dispersing widely into the surrounding air
Jalur utama penularan COVID-19 adalah droplet pernafasan (cairan) yang dikeluarkan dari mulut dan hidung ketika seseorang terinfeksi mengalami bersin, batuk, atau bicara.

Penyebaran utama virus ini dapat terjadi melalui droplet atau cairan pernapasan yang keluar dari tubuh seorang terinfeksi ketika mengalami batuk, bersin, bernapas ataupun berbicara. Cairan yang keluar tersebut dapat hinggap di mulut atau juga hidung orang lain yang berada di dekatnya. Jarak terdekat yang paling mudah tertular adalah ketika berada dalam kontak dekat 6 kaki (1,8 m) dengan yang terinfeksi.[6][7][8]

Beberapa negara atau kawasan mengartikan "kontak dekat" atau close contact dengan definisi yang berbeda. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mendefinisikan close contact yakni "dalam 6 kaki (1,8 m) dari orang yang terinfeksi, dengan total kumulatif 15 menit atau lebih selama periode 24 jam."[9] Di Eropa mengartikan close contcat berdasarkan European Centre for Disease Prevention and Control atau Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa yakni "biasanya berjarak kurang dari 1 meter (3,3 ft)."[7]

Sementara di Australia, menurut The Australian Health Department atau Departemen Kesehatan Australia, dapat dikategorikan sebagai close contact ketika berada dalam satu ruangan tertutup dengan waktu yang cukup lama, seperti sekitar dua jam.[10] Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menghimbau jarak utama yang direkomendasikan adalah 1 meter (3,3 ft).[6] Dan di Indonesia sendiri, melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menghimbau jarak yang disarankan merujuk pada WHO yakni 1 meter (3,3 ft).[11]

Aerosol

Penularan COVID-19 bisa terjadi melalui aerosol yang mengandung sisa tetesan, yang dapat bertahan di udara dalam jangka waktu yang cukup lama.[6][12] Penularan umumnya lebih mudah terjadi di dalam ruangan yang banyak dikunjungi, seperti di dalam restoran, tempat gym, klub malam, kantor, tempat latihan paduan suaran dan juga rumah ibadah.[13] Penularan juga dapat terjadi di rumah sakit, khususnya ketika petugas kesehatan sedang melakukan prosedur medis kepada pasien COVID-19 yang menghasilkan aerosol.[13] Partikel virus telah terdeteksi hinggap di sistem ventilasi rumah sakit, dan ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan penularan aerosol dalam jarak jauh.[14]

Kontak fisik

Hubungan intim

A close-up photograph of two people kissing
Ciuman merupakan risiko tinggi dalam penularan COVID-19 karena tingginya tingkat virus dalam air liur manusia.

Virus dapat dengan mudah menular melalui air liur dan lendir dan juga ciuman. Ada kemungkinan bahwa melakukan kontak langsung dengan feses termasuk anilingus juga dapat menyebabkan penularan virus.[15] Meskipun demikian, hingga Juli 2020 belum ada laporan yang dipublikasikan tentang penularan COVID-19 melalui feses atau urin. Meskipun COVID-19 bukan penyakit infeksi menular seksual, hubungan intim memiliki risiko tinggi penularan COVID-19 karena adanya jarak yang dekat.[16]

Rutin mencuci tangan merupakan cara utama dalam pengendalian terhadap transmisi kontak langsung.[8] Pencegahan penularan juga dapat dilakukan dengan tidak berciuman dan menghindari hubungan seks kasual.[15][16] Bagi hubungan suami-sitri, disarankan untuk menggunakan masker selama berhubungan intim dan memakai kondom, atau hanya melakukan masturbasi atau melakukan cybersex bersama.[15]

Ibu ke anak

Hingga bulan Juli 2020, belum ada kasus penularan COVID-19 dari ibu ke anak selama kehamilan.[17] Penelitian para ahli tidak menemukan adanya virus yang dapat hidup dalam Air Susu Ibu atau ASI. WHO merekomendasikan supaya ibu pasca melahirkan namun dicurigai atau telah dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, supaya tetap atau mulai atau terus menyusui.[18]

Jumlah penularan

Virus ini dapat menular dengan sangat mudah dan berkelanjutan, tetapi jumlah orang yang akan terinfeksi melalui satu orang yang sudah terinfeksi sangat bervariasi jumlahnya. Banyak masyarakat yang tidak menularkan virus, namun beberapa orang justru menularkan virus ke banyak orang.[19] Pada bulan September 2020 diperkirakan satu orang yang terinfeksi rata-rata akan menularkan virus antara dua hingga tiga orang yang ada di sekitarnya atau close contact.[7] Virus ini lebih menular daripada influenza, tetapi tidak seperti penularan campak.[8]

Diperkirakan jumlah orang yang terinfeksi melalui satu orang dengan positif COVID-19, R 0 , sangat bervariasi. Pada awal penelitian, WHO memperkirakan untuk R 0 adalah 1,4–2,5 (rata-rata 1,95); namun penelitian selanjutnya bulan April 2020 menemukan rata-rata penularan R 0 menjadi 5,7.[20]

Referensi

  1. ^ "COVID-19: epidemiology, virology and clinical features". GOV.UK (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  2. ^ "Frequently Asked Questions (Spread)". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). 9 Oktober 2020. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  3. ^ Popa, Alexandra; et al. (23 November 2020). "Genomic epidemiology of superspreading events in Austria reveals mutational dynamics and transmission properties of SARS-CoV-2". Science Translational Medicine (dalam bahasa Inggris): eabe2555. doi:10.1126/scitranslmed.abe2555alt=Dapat diakses gratis. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  4. ^ Prentiss, Mara; et al. (23 Oktober 2020). "Superspreading Events Without Superspreaders: Using High Attack Rate Events to Estimate Nº for Airborne Transmission of COVID-19". medRxiv (dalam bahasa Inggris). doi:10.1101/2020.10.21.20216895. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  5. ^ Koesno, Dewi Adhitya S. (13 Juli 2020). Agung DH, ed. "10 Cara Cegah Penyebaran COVID-19 Melalui Airborne Transmisi Udara". www.tirto.id. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  6. ^ a b c "Q&A: How is COVID-19 transmitted? (How is the virus that causes COVID-19 most commonly transmitted between people?)". www.who.int (dalam bahasa Inggris). 9 Juli 2020. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  7. ^ a b c "Q & A on COVID-19: Basic facts". www.ecdc.europa.eu (dalam bahasa Inggris). 25 September 2020. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  8. ^ a b c "How COVID-19 Spreads". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). 5 Oktober 2020. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  9. ^ CDC. "Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  10. ^ "Quarantine for coronavirus (COVID-19)". Australian Government Department of Health (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  11. ^ "Apakah Social Distancing Itu?". www.padk.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  12. ^ de Oliveira, P. M.; Mesquita, L. C. C.; Gkantonas, S.; Giusti, A.; Mastorakos, E. (27 Januari 2021). "Evolution of spray and aerosol from respiratory releases: theoretical estimates for insight on viral transmission". Proceedings of the Royal Society A: Mathematical, Physical and Engineering Sciences (dalam bahasa Inggris). 477 (2245): 20200584. doi:10.1098/rspa.2020.0584alt=Dapat diakses gratis.  Diakses tanggal 20 Maret 2021.
  13. ^ a b "Q&A: How is COVID-19 transmitted? (What do we know about aerosol transmission?)". www.who.int (dalam bahasa Inggris). 9 Juli 2020. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  14. ^ Nissen K, Krambrich J, Akaberi D, Hoffman T, Ling J, Lundkvist Å, et al. (November 2020). "Long-distance airborne dispersal of SARS-CoV-2 in COVID-19 wards". Scientific Reports (dalam bahasa Inggris). 10 (1): 19589. doi:10.1038/s41598-020-76442-2. PMC 7659316alt=Dapat diakses gratis. , Diakses tanggal 20 Maret 2021.
  15. ^ a b c "Sex and Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)" (PDF). New York City Department of Health. 6 Agustus 2020. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  16. ^ a b "COVID-19 and Our Communities". ACON (New South Wales). 2020-08-03. At section "Sex and COVID-19". Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  17. ^ "Q & A on COVID-19: Medical information". European Centre for Disease Prevention and Control (dalam bahasa Inggris). 24 April 2020. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  18. ^ "Breastfeeding and COVID-19". www.who.int. World Health Organization. 23 Juni 2020. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 20 Maret 2021. Diakses tanggal 20 Maret 2021. 
  19. ^ Endo A, Abbott S, Kucharski AJ, Funk S (2020). "Estimating the overdispersion in COVID-19 transmission using outbreak sizes outside China". Wellcome Open Research. 5: 67. doi:10.12688/wellcomeopenres.15842.3. PMC 7338915alt=Dapat diakses gratis. PMID 32685698. 
  20. ^ Sanche S, Lin YT, Xu C, Romero-Severson E, Hengartner N, Ke R (Juli 2020). "High Contagiousness and Rapid Spread of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2". Emerging Infectious Diseases. 26 (7): 1470–1477. doi:10.3201/eid2607.200282alt=Dapat diakses gratis. PMC 7323562alt=Dapat diakses gratis. PMID 32255761.