Masker dalam pandemi COVID-19: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
SRS
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 30 April 2020 20.03

Penduduk di Wuhan mengenakan masker (7 April 2020)

Penggunaan masker selama pandemi koronavirus mendapat rekomendasi dari berbagai badan kesehatan dan pemerintah di seluruh dunia. Namun tidak semuanya sepaham tentang protokol penggunaannya. Ada beberapa negara yang menganjurkan semua masyarakat menggunakannya, namun yang lain menganjurkan hanya pasien yang sakit dan pekerja medis yang menggunakannya. Selain itu badan kesehatan juga beberapa kali mengubah posisi dan rekomendasi mereka terkait penggunaan masker, dari tidak menganjurkan hingga menganjurkan sebagian hingga menganjurkan semua.[1] Penggunaan masker selama pandemi ini telah menimbulkan kelangkaan masker, penimbunan masker, kenaikan harga masker, pendistribusian dan pembatasan oleh pemerintah, hingga berebut masker antar negara.[2][3]

Jenis-jenis masker

Jenis-jenis masker yang digunakan, mulai dari paling tidak efektif hingga paling efektif, adalah masker kain dan masker debu, masker medis (non-bedah),[4][5] masker bedah, dan masker filter respirator, seperti masker N95 dan masker FPP. Masker-masker ini biasa digunakan bersama dengan kacamata plastik medis, pelindung wajah plastik, dan peralatan proteksi lainnya.

Masker kain

Homemade cloth face mask

Masker ini dapat dibuat sendiri maupun dibuat pabrik dari bahan kain biasa dengan berbagai motif dan bentuk, dan digunakan untuk menutupi hidung dan mulut. Masker ini terutama banyak digunakan terkait dengan kelangkaan masker yang lebih efektif terkait dengan anjuran pemerintah supaya setiap warganya menggunakan masker. Desain dan spesifikasi masker ini bebas, tidak diatur regulasi, dan tidak melindungi penggunanya terhadap virus.[6][7][8] Masker jenis ini dapat digunakan lebih dari sekali, dan beberapa jenis dapat dicuci dan dipakai lagi.

Selain masker buatan sendiri, masker buatan pabrik (misalnya masker debu yang digunakan di lokasi konstruksi bangunan maupun masker kain yang dibuat menyerupai masker medis) yang juga tidak efektif dalam melindungi dari virus, juga dapat dimasukkan ke kategori ini.

Masker medis

A surgical mask

Masker sekali pakai ini (baik masker bedah maupun non-bedah), jika dipakai dengan benar, dapat membantu melindungi dari partikel besar, percikan pernafasan, tetesan, percikan, semprotan, yang mengandung virus dan bakteria, sehingga tidak masuk ke hidung dan mulut pengguna masker. Selain itu juga mencegah cairan pernafasan penggunanya berdampak ke orang lain (pencegahan dua arah).[9]

Walaupun demikian, masker medis tidak dapat menyaring partikel yang sangat kecil. Masker ini juga tidak melindungi penggunanya secara sempurna, dikarenakan desainnya yang longgar, sehingga ada celah antara wajah dan masker. masker ini dibuat dari kain nontenun dengan teknik melt blowing.[10][11]

Masker ini biasanya memiliki material logam yang dapat dilengkungkan sesuai dengan bentuk hidung, supaya lebih efektif dalam menghalangi partikel berbahaya. Apabila masker ini dan masker N95 digunakan dalam waktu lama, dapat meninggalkan bekas di wajah.

Masker N95 atau setara

An N95 mask

Masker N95 AS, Masker KN95 dari Tiongkok, dan masker FFP2 dari Uni Eropa[12][13], mampu menyaring hingga 95% partikel di udara, termasuk virus.[14][15] Dibuat dari bahan yang sama dengan masker medis, masker jenis ini didesain supaya dapat menutupi hidung dan mulut dengan lebih sempurna (tidak longgar seperti masker medis), namun penggunaan dalam jangka waktu yang lama tanpa melepasnya dapat menyebabkan penggunanya kekurangan oksigen.[16][17]

Rekomendasi

Berbagai organisasi kesehatan merekomendasikan supaya orang-orang menutupui mulut dan hidung mereka ketika bersin atau batuk, idealnya dengan siku tangan, dan apabila menggunakan tisu, supaya segera membuangnya.[18][19] Selain itu penggunaan masker medis dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia,[20][21][22] karena dapat membatasi jumlah dan jarak percikan pernafasan yang keluar ketika seseorang berbicara, batuk, dan bersin.[23] OKD juga sudah mengeluarkan instruksi tentang bagaimana dan kapan kita perlu menggunakan masker.[24] Masker juga dianjurkan untuk orang yang menangani pasien yang sakit, atau beresiko tinggi, misalnya pekerjaan yang berhubungan dengan banyak orang.[22] Selain itu pengguna masker juga diwajibkan untuk membuangnya dengan benar.[25]

Walaupun tidak semua negara menganjurkan seluruh masyarakatnya menggunakan masker, beberapa negara mulai melakukan sosialisasi supaya masyarakat luas menggunakan masker ketika bepergian.[26]

Tiongkok menganjurkan anggota masyarakatnya yang sehat juga menggunakan masker, terutama jika berinteraksi dengan jarak kurang dari 1 meter dengan orang lain, termasuk menggunakan transportasi publik maupun di keramaian.[4][27][28] Alasan yang dikemukakan:[29][30]

  1. Penyebaran asimtomatik. Banyak orang yang mungkin sudah tertular tanpa menunjukkan gejala (simtom), atau hanya menunjukkan gejala ringan.
  2. Mustahil untuk menjaga jarak di tempat publik sepanjang waktu.
  3. Jika hanya orang sakit yang menggunakan, hanya akan menimbulkan efek negatif dibanding orang yang tidak menggunakan; antara lain ketidaknyamanan, pengeluaran ekstra untuk masker, bahkan perlakuan tidak adil dari orang yang tidak bermasker.
  4. Tiongkok tidak memiliki kekurangan masker, karena telah mulai mampu memproduksi 100 juta masker per hari sejak awal Maret.

Selain itu, menggunakan masker juga dapat mencegah penularan karena memegang bagian wajah dengan tangan yang terinfeksi virus, jika tangan tidak sering-sering dibersikah dengan benar.[31] Hal ini juga disebut oleh British Medical Journal sebagai alasan mengapa perlu adanya penggunaan masker universal (sakit maupun tidak sakit).[32]

Asian health officials and experts have been promoting universal masking. For instance, Linfa Wang (a leading infectious disease expert who heads a joint Duke University and National University of Singapore research team) stated that masking is about "preventing the spread of disease rather than preventing getting the disease," remarking that the point is to cover the faces of people who are infected but do not know it, so it is imperative for everyone to wear one in public.[33]

Kelangkaan masker


Budaya

Di dalam masyarakat Asia yang bersifat kolektif, alasan utama seseorang menggunakan masker adalah melindungi orang lain darinya.[34][35] Hal ini dipandang sebagai tanggung jawab bersama untuk mengurangi transmisi virus.[36] Masker dipandang sebagai simbol solidaritas.[36] Pengguna masker belum tentu sakit, dan orang lain pun memandangnya tidak secara negatif.

Di dalam masyarakat Barat yang bersifat individualisme, penggunaan masker hanya dipandang sebagai perlindungan diri sendiri.[34][37][38] Penggunaan masker di publik masih membawa stigma bahwa penggunanya sakit.[34][36][39] as it is seen as a sign of sickness.[39] Stigma ini merupakan penghalang yang besar bagi orang untuk menggunakan masker, karena mereka mungkin merasa malu dipandang sebagai orang sakit, dan memilih tidak menggunakannya.[40]

Penggunaan berdasarkan negara

Beijing Subway advises passengers to wear masks when taking trains
  • Indonesia Indonesia: Warga diperintahkan untuk menggunakan masker ketika keluar rumah.[41]

Referensi

  1. ^ Ting, Victor (4 April 2020). "To mask or not to mask: WHO makes U-turn while US, Singapore abandon pandemic advice and tell citizens to start wearing masks". South China Morning Post. 
  2. ^ DW News: US accused of hijacking shipments of masks
  3. ^ Global News: Trump wants 3M to stop sending masks to Canada
  4. ^ a b "For different groups of people: how to choose masks". NHC.gov.cn. National Health Commission of the People's Republic of China. 7 February 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 April 2020. Diakses tanggal 22 March 2020. Disposable medical masks: Recommended for: · People in crowded places · Indoor working environment with a relatively dense population · People going to medical institutions · Children in kindergarten and students at school gathering to study and do other activities 
  5. ^ Choi, David (2 April 2020). "Chinese government rejects allegations that its face masks were defective, tells countries to 'double check' instructions". Business Insider France. 
  6. ^ Reusability of Facemasks During an Influenza Pandemic: Facing the Flu. Washington, D.C.: National Academies Press. 2006-07-24. hlm. 6, 36–38. doi:10.17226/11637. ISBN 978-0-309-10182-0. 
  7. ^ MacIntyre, C. R.; Chughtai, A. A. (2015-04-09). "Facemasks for the prevention of infection in healthcare and community settings" (PDF). BMJ (dalam bahasa Inggris). 350 (apr09 1): h694. doi:10.1136/bmj.h694. ISSN 1756-1833. PMID 25858901. 
  8. ^ Chughtai, Abrar Ahmad; Seale, Holly; MacIntyre, Chandini Raina (2013-06-19). "Use of cloth masks in the practice of infection control – evidence and policy gaps". International Journal of Infection Control. 9 (3). doi:10.3396/IJIC.v9i3.020.13. ISSN 1996-9783. 
  9. ^ "N95 Respirators and Surgical Masks (Face Masks)". U.S. Food and Drug Administration (dalam bahasa Inggris). 2020-03-11. Diakses tanggal 2020-03-28.  Templat:PD-inline
  10. ^ "Not Enough Face Masks Are Made In America To Deal With Coronavirus". NPR.org. 2020-03-05. Diakses tanggal 2020-04-10. 
  11. ^ "Chinese mask makers use loopholes to speed up regulatory approval". Financial Times. 2020-04-01. Diakses tanggal 2020-04-10. 
  12. ^ "Comparison of FFP2, KN95, and N95 and Other Filtering Facepiece Respirator Classes" (PDF). 3M Technical Data Bulletin. 2020-01-01. Diakses tanggal 2020-03-28. 
  13. ^ "Strategies for Optimizing the Supply of N95 Respirators: Crisis/Alternate Strategies". U.S. Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa Inggris). 2020-03-17. Diakses tanggal 2020-03-28. 
  14. ^ "NIOSH-Approved N95 Particulate Filtering Facepiece Respirators - A Suppliers List". U.S. National Institute for Occupational Safety and Health (dalam bahasa Inggris). 2020-03-19. Diakses tanggal 2020-03-27. 
  15. ^ "Respirator Trusted-Source: Selection FAQs". U.S. National Institute for Occupational Safety and Health (dalam bahasa Inggris). 2020-03-12. Diakses tanggal 2020-03-28. 
  16. ^ Zie, John (March 19, 2020). "World Depends on China for Face Masks But Can Country Deliver?". Voice of America. 
  17. ^ Feng, Emily (March 16, 2020). "COVID-19 Has Caused A Shortage Of Face Masks. But They're Surprisingly Hard To Make". NPR. 
  18. ^ "Advice for public". World Health Organization. Diakses tanggal 8 February 2020. 
  19. ^ Home. "Novel Coronavirus". HPSC.ie. Health Protection Surveillance Centre of Ireland. Diakses tanggal 27 February 2020. 
  20. ^ "Severe Respiratory Disease associated with a Novel Infectious Agent". Government of Hong Kong. Diakses tanggal 1 February 2020. 
  21. ^ "Updates on Wuhan Coronavirus (2019-nCoV) Local Situation". MoH.gov.sg. Ministry of Health of Singapore. Diakses tanggal 1 February 2020. 
  22. ^ a b "Advice on the use of masks in the community, during home care and in health care settings in the context of the novel coronavirus (2019-nCoV) outbreak". World Health Organization. Diakses tanggal 21 February 2020. 
  23. ^ "2019-nCoV: What the Public Should Do". US Centers for Disease Control and Prevention. 4 February 2020. Diakses tanggal 5 February 2020. 
  24. ^ "Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public: When and how to use masks". World Health Organization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 March 2020. Diakses tanggal 9 March 2020. 
  25. ^ "Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public: When and how to use masks". World Health Organization. World Health Organization. 2020. Diakses tanggal 2020-04-06. 
  26. ^ "Puede que Asia haya tenido razón sobre el coronavirus y las mascarillas, y el resto del mundo se está convenciendo de ello". 1 April 2020. 
  27. ^ 疫情通报 [Outbreak notification]. NHC.gov.cn (dalam bahasa Tionghoa). National Health Commission of the People's Republic of China. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2020. Diakses tanggal 9 February 2020. 
  28. ^ "关于印发公众科学戴口罩指引的通知引". NHC.gov.cn (dalam bahasa Tionghoa). Chinese Center for Disease Control and Prevention. 18 March 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 March 2020. 
  29. ^ Cohen, Jon (27 March 2020). "Not wearing masks to protect against coronavirus is a 'big mistake,' top Chinese scientist says". Science. 
  30. ^ "Why healthy Chinese wearing face masks outdoors?". NHC.gov.cn. Chinese Center for Disease Control and Prevention. 23 March 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 April 2020. 
  31. ^ "How to avoid touching your face so much". BBC News. 18 March 2020. 
  32. ^ Greenhalgh, Trisha; Schmid, Manuel B; Czypionka, Thomas; Bassler, Dirk; Gruer, Laurence (9 April 2020). "Face masks for the public during the covid-19 crisis". BMJ: m1435. doi:10.1136/bmj.m1435. ISSN 1756-1833. Diakses tanggal 27 April 2020. 
  33. ^ Winn, Patrick (1 April 2020). "Will the US ever mimic Asia's culture of 'universal masking'?". Public Radio International. 
  34. ^ a b c Onishi, Norimitsu; Méheut, Constant (9 April 2020). "Mask-Wearing Is a Very New Fashion in Paris (and a Lot of Other Places)". The New York Times. 
  35. ^ Wong, Tessa (31 March 2020). "Why some countries wear face masks and others don't". BBC News. 
  36. ^ a b c Zheng, Sarah (14 March 2020). "Face mask culture during the coronavirus: East vs West". South China Morning Post. 
  37. ^ Leung, Hillary (12 March 2020). "Why Face Masks Are Encouraged in Asia, but Shunned in the U.S." Time. 
  38. ^ Winn, Patrick (1 April 2020). "Will the US ever mimic Asia's culture of 'universal masking'?". Public Radio International. 
  39. ^ a b Tett, Gillian (1 April 2020). "Why wearing masks may be the way forward". Financial Times. 
  40. ^ Friedman, Uri (2 April 2020). "Face Masks Are In". The Atlantic. 
  41. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama mal_apr4