Sabuai, Kumai, Kotawaringin Barat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sabuai
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Tengah
KabupatenKotawaringin Barat
KecamatanKumai
Kode pos
74181
Kode Kemendagri62.01.01.2003
Luas6500 km²
Jumlah penduduk699 jiwa
Kepadatan0,094 jiwa/km²
Jumlah RT7
Situs webprofil.digitaldesa.id/sebuai-kotawaringinbaratkab/


Sabuai adalah sebuah nama desa di wilayah pesisir Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sabuai adalah sebuah Desa di Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Sabuai merupakan salah satu diantara wilayah Desa tertua  yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan memiliki kisah sejarah yang panjang. Dari menjadi bagian wilayah kerajaan Nusantara, tempat jalur singgahnya para pedagang Nusantara, Asia dan Eropa, tempat masuknya penyebaran Ajaran Islam, menjadi bagian wilayah kekuasaan  Belanda dan Jepang, serta merupakan wilayah pertempuran fisik melawan penjajahan Belanda pada Agresi Militer Belanda II pada tahun 1946.

Masa Abad Ke X-XX[sunting | sunting sumber]

Pada masa lalu sekitar abad X-XX daerah pesisir pantai Desa Sabuai pernah menjadi kawasan penting dan ramai untuk perdagangan atau persinggahan kapal-kapal dari China entah secara sengaja maupun tidak sengaja. Persinggahan secara sengaja berarti terjadi proses komunikasi secara intensif antara pedagang China dengan penduduk setempat melalui jalur perdagangan. Dengan kata lain, maka kawasan pantai Desa Sabuai sejak abad X merupakan pelabuhan laut yang cukup ramai, tempat pertemuan antara pedagang China dan penduduk setempat. Dibuktikan dengan beberapa temuan arkeologis yang berupa keramik-keramik yang diperkirakan berasal dari masa Dinasti Tang (618-907), Dinasti Sung (960-1279), Dinasi Ming (1368-1644) dan Dinasti Ching (1644-1912). Pada abad-abad selanjutnya, komunikasi dan perdagangan tidak saja melibatkan para pedagang China, tetapi juga pedagang dari Eropa. Dengan temuan beberapa botol minuman yang bertuliskan huruf latin dalam bahasa inggris serta mata uang dari belanda. Di samping temuan benda yang berasal dari China dan Eropa, di Desa Sabuai juga ditemukan beberapa buah makam yang tidak diketahui siapa tokoh yang dimakamkan. Berdasarkan pada temuan makam dan nisan yang ada, dapat diperkirakan bahwa nisan tersebut berasal dari luar Kotawaringin Barat, mengingat batuan andesit tidak ditemukan di daerah ini. Sementara dari bentuk nisannya mengingatkan pada bentuk-bentuk nisan yang ada di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera pada masa-masa awal Islam datang (abad 13-15 M) serta temuan bata utuh dan serpihan di daerah ini mengindikasikan adanya sebuah struktur atau bangunan bata, yang di perkirakan dari masa Hindu-Budha.

Masa Kerajaan Kotawaringin[sunting | sunting sumber]

Soerat Djoewal Beli 7 Januarie 1925, Asip Djain bin Toeweng
Soerat Djoewal Beli 7 Januarie 1925, Arsip Djain bin Toeweng

Pada peta wilayah Kotawaringin tahun 1920 daerah ini berganti menjadi Saboei. pemberian nama Saboei untuk daerah bagian pesisir pantai sampai ke Tg. Pengoedjan sedangkan untuk daerah tepian S. Waringin diberi nama Koealasapo dan menjadi bagian dari daerah kekuasaan Kesultanan Kotawaringin yang berpusat di Pangkalanboeoen (Soekaboemi).  Pada tahun 1925 daerah pesisir pantai Negeri Soekaboemi ini masih menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Kotawaringin serta bertambah nya nama daerah di sebelah timur Saboei dengan sebutan Keraja di buktikan dengan Soerat Djoewal Beli  antara orang Bangsa Bugis bernama Hadji Muhamad Djin bin Daing Maloerang yang menjual  sebuah kebun dengan pagarnya di sebelah timur Koeala Pangkalan Boen, Kampoeng Keraja kepada Djain bin Toeweng anak Boemi-Poetra di Pangkalan Boen  bersaksi di hadapan Pangeran Adipatie (Mangkoe-Boemi) dan di saksikan oleh Kepala Kampoeng Saboei Muhammad Said  di Pangkalan Boen pada 7 Januarie 1925.

Masa Kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Dalam perjalanan sejarah sejak berdirinya hingga tahun 1935-1950 Kampoeng Saboei menjadi daerah basis peperangan fisik dalam merebut dan memepertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Kumandang dan gelora Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 benar-benar telah membangkitkan seluruh rakyat Indonesia untuk serentak dan bahu-membahu bersama-sama ikut turun kegelanggang dan kancah perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kampoeng Saboei yang pada masa itu dipimpin oleh Astur bin Mataher bersama para pemuda dan penduduk Kampoeng Saboei melakukan perlawanan terhadap penjajah di wilayah Kampoeng Saboei yang membentang dari KoealaSapo sampai ke Tandjung Pengoedjan untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Peta Ekspedisi Letkol Husin Hamzah
Peta Ekspedisi Letkol Husin Hamzah

Pada Agresi Militer Belanda II pada tahun 1946 Mayor Tjilik Riwut sebagai Komandan Pasukan M.N. 1001 Mobiele Brigade MBT/TNI. Dalam hal memberangkatkan tentara ekspedisi ke Kalimantan, didahului oleh Rombongan I Pasukan TKR Pimpinan Rahadi Usman yang gugur dalam pertempuran melawan militer Belanda/NICA di Ketapang, Kalimantan Barat. Disusul ekspedisi Tentara/Pasukan berikutnya Pimpinan Letnan Kolonel Husin Hamzah yang dalam pertempuran melawan pasukan Belanda/NICA di Teluk BogamSungai Rangas, Kotawaringin, Kalimantan Tengah. Letnan Kolonel Husin Hamzah gugur, segera Pimpinan pertempuran digantikan Mayor Firmansyah. Dalam pertempuran itu, pihak Belanda/NICA mengalami kekalahan lebih kurang 40 orang tewas bersama-sama komandannya, Luitenant De Vries, terkubur di Teluk Bogam itu.

Masa Indonesia[sunting | sunting sumber]

Di tahun 1960 Kampoeng Saboei di bagi menjadi 3 (tiga) yaitu, Kampung Sabuai, Kampung Keraya, Kampung Teluk Bogam. Selanjutnya pada tahun 2010 Desa Sabuai mengalami pemekaran wilayah/pembentukan Desa baru yaitu Desa Sabuai Timur yang berasal dari sebagian wilayah Desa Sabuai Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah.

Asal nama[sunting | sunting sumber]

Bekesah, sebelum menjadi Kampoeng wilayah ini telah ditempati oleh para pelaut dari Boné  sekitar tahun 1900-an yang mengalami gangguan pelayaran sehingga terdampar di wilayah pesisir pantai ini. Hadji Saman, salah satu dari para pelaut tersebut memutuskan untuk menetap dan tinggal di wilayah ini bersama berapa orang pelaut Boné lainnya. Setelah itu mulailah ada yang datang dan menempati wilayah ini serta melakukan perkawinan dengan sesama pendatang lainnya. Namun pada masa itu tempat tinggal mereka saling berjauhan mulai dari        tepian S. Waringin sampai ke Tg. Pengoedjan. Karena semakin banyaknya penduduk maka dibentuklan sebuah Kampoeng dengan melakukan penunjukan/pemilihan Tetoea Kampoeng untuk memimpin wilayah pesisir pantai ini. Hadji Saman ditunjuk/dipilih penduduk setempat untuk menjadi Tetoea Kampoeng diwilayah ini yang diberi nama SabolaE untuk daerah ini. Adapun nama SabolaE diambil dari bahasa Bugis-Makassar yang artinya “Satu Rumah” karena pada masa itu hanya ada satu buah rumah milik Hadji Saman yang berada diwilayah ini.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Seiring dengan perubahan dan perputaran waktu kepemimpinan di Desa Sabuai juga berganti-ganti, diantaranya yang pernah memimpin Desa Sabuai adalah :

No. Foto Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan No. SK Pengangkatan

& Pemberhentian

Keterangan Ref.
1. HADJI SAMAN 1900-an Pendiri/Tetoea/Kepala Kampung
2. TENGKU ABBAS 1920-1935 Kepala Kampung
3. MUHAMMAD SAID 1925 Kepala Kampung/Pendamping
4. ASTUR BIN MATAHER 1935-1950 Kepala Kampung
5.
Adnan Hasan
ADNAN HASAN 1950-1960 Kepala Kampung
6.
Tengku Abdurrahman
TENGKU ABDURRAHMAN 1960-1976 Kepala Kampung
7.
H.M. Yakub Usman
H.M. YAKUB USMAN 1977 2002 SK Pemberhentian : Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No.140/106/PEMDES.2002 Kepala Desa
8. ABDULLAH SANI 27 Juni 2002 Februari 2007 SK Pengangkatan : Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No.140/106/PEMDES.2002

SK Pemberhentian : Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No. 140/249/PEMDES.2007

Kepala Desa
9. HJ. SYAMSIAR Februari 2007 SK Pengangkatan :

Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No. 140/249/PEMDES.2007

Pj. Kepala Desa
10. RAHMAT GIYONO Kepala Desa
11. MISPUHADI 16 Juli 2013 SK Pemberhentian :

Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No. 140/68/PEMDES.2013

Pj. Kepala Desa
12. M. RUSLI 16 Juli 2013 26 September 2019 SK Pengangkatan :

Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No. 140/68/PEMDES.2013 SK Pemberhentian : Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No. 168 Tahun 2019

Kepala Desa
13. HASAN BASRI, S.E Mei 2019 September 2019 - Plt. Kepala Desa
14 RAHMAD SUGIONO, S.E 26 September 2019 9 Oktober 2019 SK Pengangkatan :

Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No. 168 Tahun 2019

Pj. Kepala Desa
15. TOHHARI 9 Oktober 2019 Sekarang SK Pengangkatan :

Keputusan Bupati Kotawaringin Barat No. 185 Tahun 2019

Kepala Desa

Kependudukan[sunting | sunting sumber]

Desa Sabuai Kecamatan Kumai pada tahun 2019 Penduduk berjumlah 612 Jiwa dan 171 Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 298 laki-laki dan 314 perempuan serta 7 Rukun Tetangga (RT). Lebih jelasnya dapat terlihat pada tabel :

No Rukun Tetangga (RT) Jumlah KK Laki-Laki Perempuan Jumlah Jiwa Keterangan
1. RT.01 25 49 47 96
2. RT.02 19 34 36 70
3. RT.03 28 41 47 88
4. RT.04 27 49 58 107
5. RT.05 30 41 48 89
6. RT.06 20 38 45 83
7. RT.07 22 40 39 79
Jumlah Total 171 298 314 612
  • Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Tidak Tamat SD 2 3 5
2. SD/MI 35 43 78
3. SLTP/Sederajat 15 24 39
4. SLTA/Sederajat 7 12 19
5. Diploma 0 1 1
6. Sarjana 5 6 11
7. Pend.Keterampilan 0 0 0
  • Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Islam 298 314 612
2. Kristen Protestan 0 0 0
3. Kristen Khatolik 0 0 0
4. Hindu 0 0 0
5. Budha 0 0 0
6. Kaharingan 0 0 0
7. Lainnya 0 0 0


Perekonomian

Sebagian besar mata pencaharian Masyarakat Desa Sabuai adalah usaha Pertanian dan Perkebunan, Desa Sabuai mempunyai lahan Pertanian yang sangat luas yang merupakan rencana lumbung pangan pertanian terbesar di wilayah Kecamatan Kumai. Desa Sabuai sebagian besar wilayahnya bertanah gambut, pasir dan sebagian besar masyarakat Desa Sabuai bekerja sebagai petani, karena lahan pertanian yang dimiliki serta kapasitas lahan pertanian yang cukup luas.

  • Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah
1. Petani 88 23 111
2. Nelayan 23 0 23
3. Wirawasta 15 10 25
4. Pegawai Negeri Sipil 1 1 2
5. Buruh 13 5 18
6. Pelajar 47 62 109
7. Ibu Rumah Tangga 0 80 80
8. Karyawan Swasta 8 5 13
9. Tidak Bekerja 4 8 12
10. Dagang 7 5 12
11. Tukang 8 0 8
12. Lainnya 19 11 30
  • Penyerapan Tenaga Industri Perdesaan
No Jenis Industri Jumlah Produk/bln Jumlah Tenaga Kerja Skala Usaha
1. Proses Pembuatan Minyak Kelapa >100 Ltr 15 org 3 unit
2. Proses Pembuatan Minyak VCO >5 Ltr 3 org 1 unit
3. Usaha Pengrajin Sapu Lidi, Aksesoris, dll >10 unit 10 2 unit
  • Potensi dan Pemanfaatan Lahan
No Jenis lahan Luas penggunaan (ha) Semetara belum Dikelola (ha) Jumlah (ha)
1. Lahan Sawah 745 400 1145 ha
2. Ladang 0 0 0
3. Tegalan/Kebun 150 0 150 ha
4. Pekarangan 60 70 130 ha
5. Padang Gembala 10 0 10 ha
6. Kolam/Empang 0 15 15 ha
7. Perkebunan 316,5 183,5 500 ha
8. Hutan 1.600 1.600 1.600 ha
9. Rawa 0 0 0
10. Lain-lain 0 2.950 2.950 ha
Jumlah 6.500 ha
  • Potensi Sumber Daya Alam
  1. Jenis Tanaman
No Jenis Tanaman Produksi(ton)/tahun Luas (ha)
1. Jungatap 1 10
2. Sawo 0 0
3. Kuweni 0,1 4
4. Mangga 0,5 10
5. Kelapa 10.000 biji 150
6. Singkong 0,5 2
7. Ubi Jalar 0,1 1
8. Jagung 0 0
9. Kelapa Sawit 100 100
  1. Jenis Ternak
No Jenis Ternak Jumlah Ternak (ekor) Luas Pengelolaan (ha)
1. Sapi 155 15 ha
2. Kambing 30 5 ha
3. Ayam 1000 2 ha
4. Itik 320 1 ha
5. Angsa 0 0
  1. Jenis Perikanan
No Jenis Alat Tangkap Jumlah Alat Tangkap Produksi (ton)/bln
1. Jaring Rajungan 850 Pcs 0,2
2. Jaring Udang 800 Pcs 0,1
3. Jaring Ikan 1300 Pcs 0,5
4. Sungkur 12 Pcs 0,1
5. Bubu 10 Pcs 0,1
6. Jala 10 Pcs 0,05

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Prestasi[sunting | sunting sumber]

Arsip Dokumentasi[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]