Pembicaraan:Gunung Sereng, Kwanyar, Bangkalan
Bagian baruIni adalah halaman pembicaraan untuk diskusi terkait perbaikan pada artikel Gunung Sereng, Kwanyar, Bangkalan. Halaman ini bukanlah sebuah forum untuk diskusi umum tentang subjek artikel. |
|||
| Kebijakan artikel
|
||
Cari sumber: "Gunung Sereng, Kwanyar, Bangkalan" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · HighBeam · JSTOR · gambar bebas · sumber berita bebas · The Wikipedia Library · Referensi WP |
Artikel ini merupakan bagian dari ProyekWiki berikut ini: | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
GAMBARAN UMUM DESA GUNUNG SERENG DAN PRAKTIK PARON HEWAN DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN JAWA TIMUR A. Latar Belakang Objek 1. Keadaan Geografis Desa Gunung Sereng a. Luas dan Batas Wilayah Desa Gunung Sereng merupakan salah satu dari 21 desa yang ada di kecamatan Kwanyar. Desa Gunung Sereng bisa dikatakan sebagai desa terkecil, dari segi luas wilayah diantara ke 21 desa di kecamatan tersebut. Secara keseluruhan luas wilayah desa Gunung Sereng adalah 159 Ha dengan 98 Ha lahan kering (bukan sawah) dan 61 Ha lahan basah (sawah). Letak desa Gunung Sereng berada di bagian utara kecamatan Krejengan dengan batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebeh timur berbatasan dengan desa Alas Kokon 2) Sebelah selatan berbatasan dengan desa Paoran 3) Sebelah barat berbatasan dengan desa Kalean 4) Sebelah utara berabatasan dengan desa Karanggan.57 B. Letak geografis Desa Gunung Sereng merupakan desa yang berada di daerah perbukitan dan jauh dari pesisir. Jika dilihat dari pegunungan, letak desa Gunung Sereng berada di dataran tinggi. Letak seperti ini mengakibatkan tanah di desa tersebut gersang dan sulit sekali mencari sumber air. Sehingga pada musim kemarau masyarakat disana kesulitan air. Oleh karena iu, tanah disana hanya ditanami pada saat musim kemarau. 2. Keadaan Penduduk Desa Gunung Sereng 1. Jumlah Penduduk Mengenai jumlah penduduk desa Gunung Sereng, data terakhir yang dikumpulkan oleh petugas registrasi desa di awal bulan Nopember adalah 1460 jiwa Warga Negara Indonesia (WNI) dengan rincian 713 jiwa berjenis kelamin pria dan 747 jiwa berjenis kelamin wanita dengan 440 Kepala Keluarga (KK). Untuk Warga Negara Asing (WNA), tidak ada yang berdomisili di desa Gunung Sereng. Namun diakhir bulan Nopember, jumlah tersebut berubah menjadi 1457 jiwa WNI dengan rincian 711 jiwa berjenis kelamin pria dan 746 jiwa berjenis kelamin wanita. Adanya perubahan angka jumlah penduduk tersebut disebabkan oleh adanya tiga warga desa Gunung Sereng yang meninggal dunia 2. Keadaan Pendidikan Mengingat zaman semakin maju dan teknologi semakin canggih, penduduk desa Gunung Sereng tidak mau ketinggalan zaman. Mereka sangat fanatik terhadap praktik keagamaan, sehingga mereka lebih mementingkan pendidikan agama. Namun, dengan kesadaran yang seperti itu, mereka mulai merubah pola pikir mereka untuk tidak selalu mendalami tentang ilmu-ilmu agama. Mereka mulai mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah umum, seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) dan Perguruan Tinggi (PT). Bahkan, perubahan pola pikir masyarakat tersebut juga didukung oleh bermetamorfosanya lembaga pendidikan yang ada di desa Gunung Sereng. Di desa Gunung Sereng terdapat pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Manbaul ‘Ulum. Di pondok pesantren tersebut terdapat lembaga pendidikan berbasis islam mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Madrasah Aliyah (MA). Pondok tersebut pada mulanya hanya mendalami ilmu-ilmu agama, namun kemudian juga memasukkan materi non agama yang kemudian dibentuk lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) Madrasah Aliyah (MA). Selain itu, beberapa dari anak penduduk desa Gunung Sereng juga dikirim ke berbagai perguruan tinggi, baik yang berbasis islam, maupun umum, yang swasta maupun negeri. 3. Keberagamaan Adanya Pondok Pesantren dan berbagai lembaga pendidikan Islam di desa Gunung Sereng memberikan dampak positif terhadap keberagamanaan masyarakat setempat yang secara keseluruhan berbagama islam.59 Pesantren bukan hanya sebagai pusat pendidikan, namun juga berfungsi mengawal masyarakat dalam hal keberagamaan. Kiai, sebagai pimpinan Pondok Pesantren mengadakan berbagi kegiatan keagamaan. Mengingat mayoritas penduduk setempat merupakan anggota dari organisasi sosial-kegamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama’ yang secara historis dibentuk untuk mempertahankan tradisi, maka kegiatan keagamaan masyarakat desa Gunung Sereng erat dengan nuansa Nahdlatul Ulama’, seperti yasinan, tahlilan, ziaroh kubur dan shalawatan. Berdasarkan data monografi desa Gunung Sereng, terdapat 5 kelompok yasinan dan tahlilan, 5 kelompok selawatan di desa Gunung Sereng. Kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan di musholla atau masjid. Maka untuk menunjang kegiatan- kegiatan keagamaan di desa Gunung Sereng, didirikan 4 buah masjid dan 22 buah musholla.60 4. Keadaan Ekonomi Mayoritas masyarakat Gunung Sereng yaitu merantau, hal ini seperti halnya kebanyakan masyarakat Madura lainnya. Kebanyakan masyarakata yang merantau adalah orang-orang remaja dan bekerja sebagai tukang pangkas rambu dan yang lainnya ada yang berdagang, buruh dan pembantu rumah tangga. Letak geografis desa Gunung Sereng yang berada di daerah perbukitan menjadikan tanah di daerah tersebut gersang dan kekurangan air disaat musim kemarau tiba dan hanya disaat musim hujan datang tanah di desa Gunung Sereng ditanami. Sehingga kebanyakan masyarakat Gunung Sereng yang menetap disana menjadi petani dan buruh tani disaat musim hujan saja. Selain sebagai petani ada juga masyarakat desa Gunung Sereng bekerja sebagai pengrajin, buruh bangunan, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data monografi desa Gunung Sereng, ada 340 orang yang bekerja di luar Madura (merantau), 123 sebagai petani, 55 sebagai buruh tani, 15 orang sebagai buruh bangunan,30 orang sebagai pedagang, 15 orang sebagai pengrajin dan 13 orang sebagai PNS.61 Dari data tersebut, bisa dilihat kebanyakan dari masyarakat desa Gununug Sereng bekerja di luar Madura (merantau). Masyarakat setempat setiap tahunnya selalu rutin menanam padi dan jagung. Akan tetapi tanaman tersebut tidak begitu tumbuh dengan subur, karena tanahnya yang gersang. Ketika musim hujan, lahan pesawahan ada yang ditanami padi dan ada yang ditanami jagung. Tapi yang lebih banyak adalah yang ditanami jagung. sedangkan dimusim kemarau tanahnya dibiarkan begitu saja. Dengan 56 Ha luas lahan (sawah), dalam setiap tahunnya hanya menghasilkan kurang lebih 6.000 ton tanaman padi dan 16.000 ton tanaman jagung. 62 Bagi masyarkat setempat, tanaman padi dan jagung merupakan tanaman yang dikonsumsi untuk mereka sendiri, walau ada sebagaian kecil dari padi dan jagung tersebut yang dijual. Akan tetapi, hasil dari bertani mereka tidak bisa mencukupi hidup mereka selama satu tahun, karena hasil dari bertani mereka memang sediki, sehingga mereka menunggu kiriman dari keluarga mereka yang berada di perantauan.
|