Olahraga penonton

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pertandingan sepak bola yang ditonton oleh banyak penonton
Penonton menyaksikan lomba lari tahunan pada Hari Kemerdekaan (Amerika Serikat) di Alma, Colorado, 1800-an.
Penonton menyaksikan lomba lari tahunan pada Hari Kemerdekaan (Amerika Serikat) di Alma, Colorado, 1800-an.
Sydney Cricket Ground saat pertandingan uji coba kriket

Olahraga penonton adalah olahraga yang ditandai dengan kehadiran penonton di kompetisinya. Olahraga penonton bisa merupakan olahraga profesional atau olahraga amatir. Mereka sering dibedakan dari olahraga partisipan, yang lebih bersifat rekreasi.

Ringkasan[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar olahraga populer adalah olahraga penonton dan partisipan, misalnya sepak bola, basket, kriket, tenis, rugby, golf, atletik, dan voli. Olahraga yang kurang populer terutama adalah olahraga partisipan, misalnya berburu.

Peningkatan penyiaran acara olahraga, bersama dengan peliputan media, dapat mempengaruhi jumlah orang yang menghadiri acara olahraga karena kemampuan untuk mengalami olahraga tanpa harus hadir secara fisik, dan terkadang dengan pengalaman yang semakin ditingkatkan termasuk sorotan, ulangan, komentar, statistik, dan analisis. Beberapa olahraga dikenal sebagai "olahraga kursi malas" atau "olahraga ruang tamu" karena kualitas pengalaman penyiaran yang lebih baik dibandingkan dengan pengalaman langsung.

Olahraga penonton telah membangun budaya dan tradisinya sendiri, termasuk, di Amerika Serikat, cheerleading, maskot tim, dan hiburan pra-pertandingan serta jeda paruh waktu seperti kembang api, terutama untuk pertandingan besar seperti acara penentu kompetisi dan uji coba internasional. Gairah beberapa penggemar olahraga juga berarti bahwa kadang-kadang ada insiden penonton.

Pertandingan Major League Baseball yang dimainkan di Yankee Stadium di New York

The North American Society for Sport Management (NASSM) mendedikasikan sebagian besar konferensi tahunan mereka untuk penelitian yang membahas psikologi di balik keinginan untuk menonton olahraga penonton, dan bagaimana hal itu dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan permintaan. Sebagian besar penelitian berfokus pada mengeksploitasi kebutuhan akan pencapaian tidak langsung, dan keinginan di dalam penonton untuk memproyeksikan citra publik melalui deklarasi kesetiaan tim.

Pemisahan antara yang aktif dan yang pasif, garis antara olahraga dan penonton, menimbulkan paradoks penonton—dijelaskan oleh filsuf Prancis Jacques Rancière—yaitu mencari kesempatan untuk secara pasif merenungkan keterlibatan dalam suatu aktivitas, dan dengan melakukannya, mengorbankan momen hidup yang bisa digunakan untuk benar-benar terlibat dalam aktivitas tersebut.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]