Museum Uang Purbalingga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Museum Uang Purbalingga adalah sebuah museum khusus yang terletak di Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah Indonesia. Gagasan pendirian Museum Uang Purbalingga berasal dari Triyono Budi Sasongko yang menjabat sebagai Bupati Purbalingga dua periode (2000–2005 dan 2005 –2010). Pendirian Museum Uang Purbalingga memperoleh dukungan dari pejabat pemerintahan daerah, pemerintah pusat dan Bank Indonesia. Upacara pembukaan Museum Uang Purbalingga diadakan pada tanggal 18 Desember 2008.

Museum Uang Purbalingga difungsikan sebagai tempat wisata dan wahana untuk keperluan pendidikan serta hiburan bagi wisatawan. Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah memasukkan Museum Uang Purbalingga sebagai salah satu lokasi tujuan wisata dalam paket wisata Kabupaten Purbalingga. Museum Uang Purbalingga mengoleksi mata uang dan alat pembayaran yang pernah beredar di Indonesia dan mata uang asing. Selain itu, Museum Uang Purbalingga juga mengoleksi prangko dan bendera negara dari berbagai negara di dunia.

Museum Uang Purbalingga dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dan dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga. Kunjungan ke Museum Uang Purbalingga dapat dilakukan setiap hari dengan membeli tiket masuk. Harga tiket masuk lebih mahal pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur da lebih murah pada hari Senin hingga Jumat.[1] Museum Uang Purbalingga telah menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia atas pemecahan rekor sebagai pengoleksi mata uang asing terbanyak saat diadakannya upacara pembukaan museum.

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Museum Uang Purbalingga beralamat di Jalan Raya Kutasari-Tobo, Dusun II, Desa Kutasari, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Lokasinya berada pada titik koordinat 7°21’21.7” Lintang Selatan dan 109°19’51.0” Bujur Timur. Museum Uang Purbalingga dapat dicapai dari Stasiun Purwokerto dengan jarak tempuh sejauh 19 km, atau dari Terminal Purbalingga dengan jarak tempuh sejauh 7 km.[1]

Pendirian[sunting | sunting sumber]

Gagasan untuk mendirikan Museum Uang Purbalingga berasal dari Triyono Budi Sasongko dan keluarganya. Triyono merupakan Bupati Purbalingga yang menjabat selama dua periode yakni periode 2000–2005 dan periode 2005–2010.[2] Museum Uang Purbalingga digagas pendiriannya dengan tujuan untuk melestarikan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan perbankan khususnya mata uang dan alat pembayaran lainnya. Pelestarian khususnya pada mata uang dan alat pembayaran yang pernah beredar di Indonesia dan di dunia.[1] Gagasan ini mendapat dukungan oleh beberapa pejabat dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta didukung oleh pihak Bank Indonesia. Upacara pembukaan Museum Uang Purbalingga diadakan pada tanggal 18 Desember 2008.[1]

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Museum Uang Purbalingga termasuk salah satu wahana pendidikan yang berada di dalam kawasan Sanggaluri Park.[3] Status Museum Uang Purbalingga di Sanggaluri Park sebagai salah satu wahana penambah ilmu sekaligus hiburan bagi wisatawan.[4] Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah menyediakan paket wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Purbalingga. Museum Uang Purbalingga menjadi salah satu tempat kunjungan wisata yang ditetapkan selain ke Owabong, Taman Reptil dan Serangga, dan Museum Wayang.[5]

Koleksi[sunting | sunting sumber]

Koleksi Museum Uang Purbalingga merupakan sumbangan dari Triyono dan keluarganya.[2] Museum Uang Purbalingga mengoleksi uang dari berbagai masa yang berbeda, mulai dari masa sebelum penjajahan, masa penjajahan hingga masa pemerintahan dari beberapa Presiden Indonesia.[1] Berbagai mata uang dari masa kerajaan-kerajaan di Nusantara menjadi salah satu jenis koleksi uang di Museum Uang Purbalingga.[2] Koleksi uang di Museum Uang Purbalingga dari masa pemerintahan Presiden Indonesia, ada yang dari masa Presiden Soekarno hingga masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.[1] Selain itu, Museum Uang Purbalingga juga mengoleksi sedikitnya 183 mata uang asing dari berbagai negara.[2] Selain koleksi berupa uang, Museum Uang Purbalingga juga mengoleksi prangko dan bendera negara dari berbagai negara di dunia.[1]

Pengelolaan[sunting | sunting sumber]

Museum Uang Purbalingga dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga. Pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga.[1] Museum Uang Purbalingga dapat dikunjungi setiap hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00. Kunjungan ke Museum Uang Purbalingga dapat dilakukan dengan membayar tiket masuk. Harga tiket masuk untuk hari Sabtu, hari Minggu, dan hari libur lebih mahal dibandingkan harga tiket masuk pada hari Senin hingga Jumat.[1]

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Pada upacara pembukaan Museum Uang Purbalingga yaitu tanggal 18 Desember 2008, Museum Uang Purbalingga menerima piagam dari Museum Rekor Dunia Indonesia. Pemberian piagam atas pemecahan rekor sebagai kolektor mata uang asing terbanyak. Pada saat itu upacara pembukaan, Museum Uang Purbalingga telah mengoleksi sebanyak 183 mata uang asing. Piagam diberikan kepada Triyono Budi Sasongko selaku Bupati Purbalingga dan rekoris.[6]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 490. ISBN 978-979-8250-66-8. 
  2. ^ a b c d "Museum Uang Purbalingga, Purbalingga". Arsip Indonesia. 16 Juni 2017. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  3. ^ "Kabupaten Purbalingga" (PDF). UPT Perpustakaan Universitas PGRI Semarang. hlm. 152. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  4. ^ Siswanto, Edy (Desember 2018). Prasetyo, Joko, ed. Bunga Rampai Pemikiran Pendidikan. Surabaya: CV Cipta Media Edukasi. hlm. 176. ISBN 978-602-478-856-8. 
  5. ^ Windiatmoko, Doni Uji (Mei 2020). Seikat Karya Memahat Nama. Surakarta: CV Kekata Grup. hlm. 145. ISBN 978-602-476-953-6. 
  6. ^ Sarwono, Alyawati (2012). Zheng, H., dan Ngadri J,, ed. Rekor-Rekor MURI 2008-2009. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hlm. 185. ISBN 978-602-0025-39-1.